Bab 6 (Ketua BEM)

17 3 0
                                    

Pagi ini suasana di kampus sangat riuh, mahasiswa mulai berdatangan dan saling bertegur sapa satu sama lain, ada yang buru-buru naik ke dalam lift, ada juga yang berlari-lari menaiki tangga untuk menuju kelas masing-masing.

Azrina, gadis cantik berkulit kuning langsat, berbaju gamis modern, dengan warna kerudung yang senada, tampak sendirian berjalan menyusuri trotoar kampus.

"Na!"

Seruan seorang teman menghentikan langkah Azrina.

"Sudah sehat kamu?" tanya Azrina saat gadis berpipi chubby menjejeri langkahnya.

"Ya sudahlah. Kalau masih sakit, mana mungkin aku ke kampus," sahut gadis imut dengan busana muslim casual itu.

"Eh, Na. Aku ada info penting nih buat kamu. Aku dapat info ini langsung dari teman fakultas hukum."

Azrina mulai melirik sahabatnya yang bicara menggebu dengan nada serius.

"Kamu tahu nggak? Ternyata, Saifuddin itu ketua BEM fakultas hukum. Bukan hanya itu Na, dia juga salah satu cowok populer yang digandrungi cewek-cewek di kampus, loh!" ujar Kinan dengan ekspresi masih menggebu.

"Kemana aja ya Na, kita selama ini? Kok nggak tahu kalau ada cowok populer di kampus," tambah Kinan dengan tersenyum getir.

"Dan bukan hanya itu Na. Ternyata, Saifuddin, juga putra Kiai. Sebutannya, Gus. Gus Aif. Pantas aja ya, namanya islami banget," tambah Kinan.

Azrina tersenyum kecil dengan terus melanjutkan langkah tanpa berkomentar apa pun.

"Kok kamu diam aja sih, Na? Nggak penasaran apa sama laki-laki itu, laki-laki yang modus sama kamu?"

Azrina mulai membuang napas kasar, dan menoleh ke arah Kinan.

"Enggak. Aku nggak penasaran," jawab Azrina.

"Loh, kok bisa? Padahal dia lumayan ganteng loh, Na."

"Terus apa urusannya sama aku?"

"Ya ada urusannya lah, Na. Mulai saat ini, kamu harus ngasih sinyal positif, kalau dia deketin kamu lagi."

"Apaan sih, orang dia nggak pernah deketin aku."

"Loh, dia itu lagi berusaha deketin kamu, Na. Masak sih kamu nggak ngerasa?"

"Enggak."

"Nana!.... Please deh! Laptop ketukar, ngikuti kamu ke perpus, sampai mau jadi teste kamu saat praktikum, apa coba itu namanya, kalau bukan modus untuk deketin kamu?"

"Itu nggak sengaja, Ki. Pertemuan kita terjadi karena nggak sengaja," tegas Azrina.

"Fix, kalian pasti berjodoh, pertemuan tidak sengaja antara putra Kiai dengan putri doktor. Anak orang yang sama-sama faham agama. Jodoh kayaknya kalian."

"Ngomong apa sih kamu, Ki? Aku mau ke perpus dulu," ujar Azrina kesal seraya meninggalkan sahabat karibnya itu.

"Na, tunggu dong!"

"Iya, aku tunggu di perpus, sana kamu kuliah dulu!" sahut Azrina tanpa menoleh ke arah Kinan, gadis yang sengaja ke kampus pagi ini untuk mengulang mata kuliah statistik karena mendapatkan nilai C saat Ujian Akhir Semester kemarin.

****

Dalam kesendirian melangkah menuju perpustakaan, tiba-tiba terbersit bayangan Gus Aif di benak Azrina, bisikan kata-kata Kinan kalau mereka berjodoh, dan beberapa adegan pertemuan tak disengaja mereka tampak berputar-putar di dalam ingatan Azrina.

'Aah!'

Azrina berusaha menepis bayangan laki-laki berkulit putih bersih itu, dia mempercepat langkahnya menuju perpustakaan.

"Gus Aif!"

Belum sempat bayangan laki-laki itu hilang, tiba-tiba terdengar seseorang memanggil nama Gus Aif.

Azrina yang baru saja masuk perpustakaan spontan menghentikan langkah. Matanya berusaha mencari suara yang membuatnya penasaran.

Saifuddin Zuhri, laki-laki berkemeja maroon yang tengah berdiri di depan rak buku itu, tampak dihampiri tiga orang mahasiswi.

Ketiga mahasiswi itu sepertinya hendak berkonsultasi, karena terlihat menunjukkan sebuah buku kepada Gus Aif.

Azrina mulai memperhatikan mereka. Matanya tak berkedip melihat laki-laki yang biasa di sapa Gus Aif itu.

Tanpa sengaja Gus Aif pun melihat ke arah Azrina.

Gus Aif tersenyum, Azrina pun membalas senyumnya, lalu kemudian beranjak dari tempatnya berdiri untuk mencari buku yang dia butuhkan.

"Hmmmmh!"

Hembusan napas kasar keluar dari hidung mancung Azrina.

Gadis cantik itu, sepertinya masih memikirkan laki-laki yang baru saja tersenyum padanya.

Dari balik rak buku, dia kembali memperhatikan Gus Aif.

Kini Gus Aif telah berpindah duduk di meja panjang perpustakaan bersama tiga orang mahasiswi yang tadi menghampirinya, dan terlihat dua orang mahasiswa lain juga bergabung di antara mereka.

Beberapa orang mahasiswa itu berdiskusi dengan serius, begitu juga dengan Azrina, gadis cantik ini juga serius memperhatikan Gus Aif.

Tidak lama setelah itu Azrina mengalihkan pandangan, matanya berkedip-kedip seolah memikirkan sesuatu.

Kata-kata Kinan kembali terngiang di telinganya, dia mencoba menepis sesuatu yang mengganggu pikirannya tersebut dengan fokus mencari buku yang dibutuhkan.

"Hmmmmh!"

Hembusan napas kasar pun kembali terdengar.

Azrina memejamkan mata, kemudian menunduk sejenak.

"Gus Aif," gumamnya lirih dengan menggelengkan kepala.

Perlahan Azrina membuka mata dan memutuskan untuk keluar dari perpustakaan.

Namun saat membalikkan badan, Azrina tercengang, langkahnya terhenti dan tubuhnya mematung.

Seorang laki-laki yang ada dalam pikirannya tiba-tiba berdiri tepat di hadapannya.

"Gus!" sebut Azrina lirih dengan wajah tak percaya.

"Gus?" tanya Gus Aif dengan wajah heran.

Sontak Azrina tersadar dari kebekuan.

"Mmm.... Biasanya.... Dipanggil Gus, kan?" tanya Azrina dengan suara gelagapan.

"Oooh. Iya."

Gus Aif membalas dengan senyum sembari mengangguk.

"Aku, boleh panggil Gus juga, kan?" tanya Azrina dengan tersenyum.

"Iya, tentu. Mbak Nana boleh panggil saya apa saja."

Azrina mengangguk. Gadis itu tampak bingung hendak bicara apa lagi pada Gus Aif. Akhirnya dia memutuskan untuk menghindar dari hadapan laki-laki itu.

"Mmmm.... Aku ada kelas, aku permisi dulu ya!" pamit Azrina.

Gadis dengan tinggi 158 centi meter itu bergegas melangkah pergi dari hadapan Gus Aif.

'Hmmmh! Kenapa aku jadi salah tingkah seperti ini?' bisik Azrina dalam hati saat melangkah keluar dari ruang perpustakaan.

Gus Aif mulai membalikkan badan, memperhatikan langkah tergesa Azrina yang baru saja meninggalkannya. Laki-laki itu tersenyum kecil seraya menggeleng-gelengkan kepala.

Bersambung

Janji Untuk Azrina Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang