Bab 15 (teras masjid)

10 0 0
                                    

Jam 10.30 perkuliahan telah selesai, semua mahasiswa berlomba keluar ruangan. Azrina dan Kinan sengaja berjalan pelan agar tidak berebut pintu saat keluar.

Dua sahabat ini menghentikan langkah ketika melihat seorang laki-laki duduk di kursi tunggu depan lobbi fakultas.

Sesaat setelah itu Azrina berjalan cepat mendahului Kinan.

Dengan sigap Kinan menarik lengan gadis itu.

"Mau ke mana kamu?" tanya Kinan sinis.

"Apaan sih, Ki?"

Azrina berusaha menepis tangan Kinan yang tiba-tiba mencengkeram lengannya.

Gadis cantik itu mengabaikan Kinan, dia terus berjalan menghampiri putra Kiai yang duduk di kursi panjang depan lobbi fakultas.

"Assalamualaikum!"

Azrina menyapa dengan tersenyum ramah.

Gus Aif yang semula berkonsentrasi dengan tab di tangannya perlahan menoleh.

"Waalaikum salam," balas laki-laki itu dengan wajah datar.

"Mas Aif ada kepentingan apa ke sini? Apa bisa saya bantu?"

Azrina bertanya dengan lembut.

"Mau bicara dengan kamu sebentar, bisa?" sahut Gus Aif tanpa basa-basi.

"Oh, iya."

Azrina tersenyum kemudian mengatur jarak saat duduk di sebelahnya.

"Mmm.... Saya minta maaf ya, Mas. Tadi malam saat Mas Aif telepon, saya masih mengerjakan tugas."

Azrina menjelaskan alasan mengapa tidak mengangkat telepon Gus tampan itu.

"Iya tidak apa-apa."

"O, iya. Mau bicara apa?" tanya Azrina.

Gus Aif mulai menoleh, menatap Azrina sejenak, lalu mengalihkan pandangan.

"Teman-teman bilang, kamu berpamitan untuk tidak bergabung dengan kegiatan kita lagi."

"Iya. Saya minta maaf, tidak berpamitan langsung pada Gus Aif," ucap Azrina.

"Kegiatan saya sangat banyak akhir-akhir ini, saya merasa tidak nyaman, karena tidak bisa membantu teman-teman dengan maksimal, selain itu hampir UAS, jadi sementara ingin konsentrasi belajar," lanjutnya.

Gus Aif tersenyum dingin.

"Saya juga banyak kegiatan, mengerjakan tugas akhir, kegiatan UKM, ada beberapa pekerjaan di luar kampus, kuliah di kampus lain, dan masih banyak lagi."

Gus Aif membalas penjelasan Azrina dengan nada sedikit sinis.

"Bukankah tidak perlu setiap hari kamu datang ke sana, boleh satu Minggu sekali, boleh dua Minggu sekali, atau bahkan satu bulan sekali. Jadi alasan kamu terlalu klise untuk tidak bergabung dengan kegiatan kami lagi," tabahnya.

"Mmmm.... masalahnya...."

Belum sempat Azrina selesai bicara, Gus Aif menyela.

"Masalahnya saya tidak bisa memaksa kamu untuk berpikir seperti saya."

Azrina menoleh, menatap heran laki-laki yang tampan sinis padanya itu.

"Aku minta maaf jika pernah berbuat salah padamu," kata Gus Aif tanpa melihat Azrina.

"Terima kasih sudah pernah membantu kegiatan kami," tambahnya.

"Aku permisi dulu, assalamualaikum!"

Gus Aif bangkit dari tempat duduk dan melangkah meninggalkan Azrina.

Janji Untuk Azrina Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang