Malam itu suasana di rumah Ummi Halimah tampak ramai. Karena semua orang sibuk mengurus Ning Zia.
Mbak-mbak santri yang bolak balik masuk kamar untuk melayani calon istri Gus Aif, Ning Hana yang sibuk di dapur meracik ramuan alami campuran param kocok untuk obat oles kaki Ning Zia yang masih bengkak, dan Azrina yang juga ikut membatu kakak Gus Aif tersebut.
"Dik! Ini ditumbuk sampai halus ya! Aku mau keluar dulu sebentar," pesan Ning Hana dengan menyentuh pundak Azrina.
"Ya, Mbak," sahut gadis itu dengan tersenyum.
Azrina mulai menumbuk dedaunan apotik hidup yang sudah diracik oleh Ning Zia.
"Mana Ning Hana, Nduk?"
Tiba-tiba Ummi Halimah masuk ke dapur.
"Masih kelua Bu Nyai."
Azrina menoleh dengan tersenyum.
"Matur nuwun yo Nduk," kata Ummi Halimah dengan menyentuh pundak Azrina dan membantu gadis itu mengambil mangkung sebagai tempat dedaunan apotik hidup yang sudah ditumbuk.
"Matur nuwun, kamu sudah ngewangi Ummi ngopeni Ning Zia," kata wanita itu lagi.
"Ning Zia iku amanah Nduk. Amanah almarhum Kiai, karo amanahnya Kiai Anshor, untuk ummi jaga," ceritanya dengan kembali menyentuh lembut pundak Azrina.
"Beberapa tahun yang lalu, Kiai Anshor melamar Aif untuk Ning Zia. Almarhum Kiai langsung setuju. Makanya ummi jaga amanah itu, dan ummi juga wanti-wanti ke Aif untuk mengemban amanah itu, sama seperti halnya ummi," tambahnya.
"Waktu itu ummi sempat ragu loh Nduk. Aif akan menentang perjodohan ini, karena koyo'e, arek iku wes nduwe calon.
Ummi takut banget dia menyakiti hati ummi dan almarhum abahnya, mempermalukan ummi di hadapan keluarga besar Kiai Anshor.
Tapi ternyata, ora. Aif anak sholih, dia manut karo ummi, dia tidak menentang perjodohan ini, dia mau menjalankan amanah almarhum abahnya," cerita wanita itu sembari menuang param kocok yang sudah Azrina tumbuk ke dalam mangkuk.
"Jujur, ummi tadi seneng banget, Nduk. Aif perhatian sama Ning Zia. Saat mendengar Ning Zia kena musibah, Aif buru-buru melihat, dia juga yang nyaranin agar ummi membuat param kocok ini. Terus saiki, arek iku yo bingung nggolek jadwal praktek dokter spesialis ortopedi, karena nggak puas Ning Zia hanya diperiksa oleh mantri kesehatan," cerita ummi Halimah lagi.
Azrina tersenyum tipis dengan menoleh.
"Ummi jadinya seneng banget, Nduk. Ternyata Aif wes remen Karo Ning Zia. Yo, ummi wis nyonko sih. Ning Zia iku 'kan ayu, solihah, pinter, pastine nyawang Ning Zia sing saiki wis gadis, Aif yo bakal langsung jatuh cinta."
Ummi Halimah tersenyum geli sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Yo wes, Nduk. Ummi ke kamar dulu, matur nuwun yo, wes ngewangi ummi!" pamitnya.
"Mmm..."
Azrina menggumam dengan mengangguk.
"Bu Nyai!"
Kemudian Azrina menyeru wanita yang hendak keluar dari pintu dapur itu.
"Opo?"
Ummi Halimah menoleh.
"Mmmm.... Tadi Bu Arini ke sekolah. Beliau mengabarkan kalau besok sudah bisa mengajar kembali," terang Azrina.
"Terus?"
"Mmmm.... Azrina mau pamit, Bu Nyai. Besok pagi Azrina mau pulang. Azrina ingin fokus kembali mengerjakan tugas skripsi, karena tugas mengajar di sini sudah selesai."
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Untuk Azrina
RomanceDia adalah Saifuddin Zuhri, seorang laki-laki yang terlahir dari keluarga Nahdiyin. Cerdas, pintar, santun, dan ramah, itulah yang membuat pria ini digandrungi oleh kaum hawa. Bukan hanya itu, kesalihannya pun membuatnya diidam-idamkan untuk dijadik...