Azrina mulai memikirkan apa yang harus dia lakukan.
Perlahan dia tepis segala kecemasan yang menyelimuti pikirannya.
Beruntung gadis ini adalah gadis yang cerdas dan aktif mengikuti olimpiade mata pelajaran ketika masih sekolah dulu. Jadi cukup mudah baginya menyiapkan materi yang hendak dia ajarkan.
Bukan hanya itu, keaktifannya dalam organisasi pun, memudahkan dia untuk meminta bantuan orang ahli, karena banyaknya teman yang dia miliki.
Waktu dua hari, tidak membuat semangatnya gentar, tanpa pikir panjang Azrina bergerak cepat, meminta dukungan Ustadz Ibnu dan rekan guru untuk kelancaran kompetisi yang akan dia lakukan, bukan hanya itu Azrina juga sudah menetapkan siswa yang hendak dia bimbing melalui arahan Ustadz Ibnu dan rekan kerjanya.
****
Siang ini Azrina mulai berkonsentrasi membuka laptop di kamar, menyiapkan materi yang hendak dia latihan pada siswa.
Azrina juga menghubungi seorang teman yang ahli di bidang matematika.
Dia meminta arahan tentang materi apa saja yang harus dia siapkan untuk mengikuti olimpiade nanti.
Secepat kilat beberapa contoh soal sekaligus jawabannya telah dia dapatkan.
Azrina mulai mempelajari, hingga tiba waktu jam mengajar tiba.
****
"Assalamualaikum Bu Nyai!"
Azrina menghampiri Ummi Halimah yang saat itu tengah menemani Mbok Rum di dapur, seorang juru masak yang telah lama mengabdi di ndalem pesantren.
"Waalaikum salam."
Ummi Halimah menoleh dengan tersenyum.
"Mau berangkat, Nduk?" tanya wanita setengah abad itu saat Azrina meraih tangannya.
"Saya minta doa restu Bu Nyai. Saya akan membina anak-anak untuk mengikuti olimpiade. Saya mohon doanya agar diberi kelancaran dan keberhasilan!"
Azrina memohon dengan mencium lama punggung tangan wanita itu
"Iya. Pasti ummi doakan," jawabnya dengan mengusap lembut kepala Azrina.
****
Malam pun menjelang, tepat jam sembilan malam, selepas para santri selesai mengaji, Azrina mulai membimbing para santri yang akan dikirim olimpiade.
Gadis itu meminta izin pada Ummi Halimah untuk membimbing santri di pendopo ruang tamu rumahnya.
Ruangan yang biasa ditempati wali santri untuk sowan.
Azrina mulai membimbing dua santri putri dan dua santri putra dari sekolah menengah pertama pesantren tersebut.
Mereka berempat belajar dan berlatih soal setelah mendengarkan materi yang disampaikan Azrina.
"Kita hanya punya waktu dua hari, sekarang dan besok. Jadi semangat ya belajarnya, jangan lupa berdoa juga, biar saat lomba nanti diberi kelancaran!" ucap Azrina di sela membimbing mereka.
"Iya, Mbak. In Sha Allah, pasti semangat."
Waktu terus berjalan, jam dinding sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam.
"Kita lanjutkan besok ya, belajarnya! Besok siang saat di sekolah kita latihan soal lagi, dan malamnya kita belajar lagi di sini!" pesan Azrina sebelum mengakhiri pertemuan.
"Iya Mbak," jawab mereka berempat serempak.
"Sebelum kembali ke asrama, kita berdoa dulu, untuk kesuksesan kita nanti!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Untuk Azrina
RomansaDia adalah Saifuddin Zuhri, seorang laki-laki yang terlahir dari keluarga Nahdiyin. Cerdas, pintar, santun, dan ramah, itulah yang membuat pria ini digandrungi oleh kaum hawa. Bukan hanya itu, kesalihannya pun membuatnya diidam-idamkan untuk dijadik...