Bab 22 (Gus Aif pergi dari rumah)

12 0 0
                                    

Malam itu di rumah keluar Dr. Ilham, seorang rektor universitas swasta ternama, tampak seorang ibu dan anak gadisnya tengah menyiapkan hidangan untuk makan malam.

"Kata Budhe Ida, dr. Iqbal itu, suka loh Nak, sama kamu."

"Ah! Bunda."

Azrina  terlihat acuh, sama sekali tidak tertarik dengan cerita ibunya tentang dokter muda yang kemarin berkunjung ke rumahnya bersama Budhe Ida, kakak kandung ibunya.

"Loh, kenapa? Bunda senang, ada laki-laki salih, taat beribadah, dari keluarga baik-baik, yang suka sama kamu."

"Bunda ngomong apa sih?"

"Benar loh, Nak. Kata budhe, dr. Iqbal itu memang tertarik sama kamu. Dan siap menghitbah kamu."

"Bunda!"

Gadis cantik bernama panjang Azrina Rahila yang tengah berkonsentrasi memotong wortel di atas talenan seketika menoleh ke arah ibunya.

"Kenapa? dr. Iqbal itu sudah punya pekerjaan mapan, meski tergolong dokter muda di rumah sakit, tapi karirnya cukup bagus, dan saat ini, sudah menjabat sebagai kepala ruangan," cerita ibu Azrina.

"Bunda dengar juga, dia akan segera melanjutkan pendidikan spesialisnya," tambah istri Dr. Ilham itu meyakinkan putrinya.

Perlahan Azrina menyentuh tangan ibunya, merangkul lengannya erat, lalu menyandarkan kepala di bahu sang ibu.

"Bunda.... Sebenarnya.... Nana.... Sudah memiliki pilihan," cerita Azrina dengan pelan dan hati-hati.

"Loh! Kamu punya pacar?"

"Astaghfirullah hal 'adzim, Bun. Enggak. Nana nggak pacaran," jawab Azrina berusaha meyakinkan sang ibu.

"Lalu?"

"Mmmm.... Ada seorang laki-laki yang mendekati Nana, dan berkata, In Sha Allah akan segera datang ke rumah ini untuk menghitbah Nana," cerita Azrina dengan menatap mata sang ibu penuh keyakinan.

"Siapa?"

"Kakak tingkat di kampus Nana, Bun."

"Teman satu fakultasmu?"

"Bukan Bun, dia mahasiswa fakultas hukum."

"Hmmmm!"

Wanita paruh baya yang berdiri di sebelah Azrina menghela napas dalam sembari memandang wajah putrinya.

"Apa yang membuat kamu yakin kalau laki-laki itu benar-benar akan menghitbahmu?" tanyanya penasaran.

"Ya, karena dia adalah laki-laki yang baik. Dan tidak mungkin menghianati ucapannya."

"Dari mana kamu tahu kalau dia tidak akan menghianati ucapannya?"

"Dari sikapnya, Bun. Kita kan sering bertemu saat kegiatan di kampus. Dia sangat baik, sopan, santun, dan juga salih," terang Azrina.

Wanita paruh baya itu kembali memandang putrinya.

"dr. Iqbal itu, sangat taat beribadah. Bagaimana dengan laki-laki itu?"

"In Sha Allah, dia juga taat beribadah, Bun."

"Dari mana kamu tahu?"

"Dia sering jadi imam saat salat jamaah di masjid kampus."

Azrina bercerita dengan senyum penuh kekaguman.

"Dia juga sering memberi ceramah di masjid kampus. Dan sering diundang memberikan tausiyah di masjid komplek perumahan dekat kampus," tambah Azrina.

"Mmmm...."

Ibunda Azrina tersenyum kecil sembari mengangguk-angguk.

"Siapa namanya?" tanya wanita paruh baya itu kemudian.

Janji Untuk Azrina Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang