Bab 19 (KKN)

6 0 0
                                    

Tiga Minggu telah berlalu, Ujian Akhir Semester tiba, dan hari ini adalah hari terakhir ujian. Azrina tampak serius mengerjakan soal-soal dalam lembar kerja warna putih siang itu, hingga beberapa menit kemudian waktu ujian usai.

Mahasiswi cantik itu mulai keluar dari ruangan. Saat melangkah sesekali dia melihat handphonenya, mengetik sebuah pesan di dalam handphone itu.

"Na, jadwal pembekalan KKN kita, besok loh. Aku seneng banget kita bisa satu tim," ujar Kinan saat meraka berjalan beriringan menyusuri koridor fakultas.

Azrina terlihat acuh, gadis cantik itu tetap saja fokus dengan handphonenya.

"Benar-benar, ya! Si Gus itu, sudah bikin kamu lupa segalanya, bahkan orang di samping kamu, kamu anggap tembok," keluh Kinan geregetan.

"O, iya. Kamu ngomong apa tadi?" tanya Azrina dengan tersenyum tanpa rasa bersalah.

Kinan yg merasa kesal bergegas melangkah cepat meninggalkan Azrina.

"Ki!" seru Azrina dengan mengejar sahabatnya.

"Gus Aif bilang, kalau besok dia akan sidang skripsi di kampus dakwah, dia minta maaf, karena sibuk nggak sempat ke kampus ini," jelas Azrina.

"Terus apa hubungannya sama aku?" sahut Kinan ketus.

"Maaf, tadi aku sudah mengabaikan kamu!"

Azrina mengapit lembut lengan Kinan.

"Hmmh!"

Kinan membuang napas keras.

"Pakai ilmu pelet apa sih Gus itu, sampai bisa nguasain pikiran kamu?"

"Maksudnya?"

"Dia jauh aja, kamu cuek banget sama aku, apalagi setiap hari dia ke sini. Bisa-bisa kamu nggak kenal aku lagi."

"Kok ngomong gitu sih, Ki?"

"Awas loh, Na! Sekali pun hanya lewat pesan, bisa-bisa kamu dosa besar!"

"Maksudnya?"

"Ya dosa besar, karena pacaran online kamu yang berlebihan."

"Ma Sha Allah, Ki! Picik banget sih pikiran kamu. Aku nggak seburuk itu. Aku dan Gus Aif tau batas, Ki. Lagian kita nggak pacaran."

"Nggak pacaran tapi sayang-sayangan di handphone. Tetep aja, dosa!"

Kinan menoleh dengan menunjuk wajah Azrina.

"Selama ini, Gus Aif hanya mengirim pesan mengingatkan aku solat, mengingatkan aku belajar, itu saja. Nggak lebih, dan nggak ada kata sayang-sayangan!" tegas Azrina dengan mata membola.

"Hmmh!"

Kinan tersenyum sinis dengan melipat kedua tangannya di depan dada.

"Aku nggak maksa kamu untuk percaya sama aku, Ki! Tapi kalau kamu sahabat aku, tentunya kamu kenal, aku ini seperti apa," jelas Azrina.

Azrina yang merasa sahabatnya itu meragukan kejujurannya segera mempercepat langkah mendahului sahabatnya.

"Na! Tunggu dong!" Bergegas Kinan berlari kecil menyusul langkah Azrina.

"Iya, deh aku percaya."

Kinan mulai mengapit lengan Azrina dengan manja.

Perlahan Azrina menepis tangan itu.

"Aku kecewa kamu nggak percaya sama aku," ujar Azrina.

"Aku juga kecewa kamu lebih perhatian sama Si Gus dari pada aku," balas Kinan.

"Haaa?" Azrina menoleh dengan menautkan kedua alisnya.

"Kalau udah balas chat Si Gus, kamu cuek banget sama aku," keluh Kinan.

"Kayaknya sama, kalau kamu lagi teleponan, chattingan sama temen Antoni yang polisi itu, kamu juga cuek banget sama aku, kadang-kadang kamu tiba-tiba ngilang kalau diajak ketemuan sama dia, dan aku jadi korban untuk nyelesaiin tugas-tugas kamu," balas Azrina panjang lebar.

"Parah mana coba? Aku hanya chatting sebentar, nggak pernah teleponan, nggak pernah janjian ketemu, sementara kamu?" tambah Azrina dengan wajah kesal.

"Mmm ... Iya, sih," sahut Kinan dengan meringis tanpa beban.

"Hmh! Dasar!" Azrina memukul lengan Kinan kasar.

"Maaf deh, Na!" Kinan berusaha merayu Azrina dengan memeluk lembut sahabatnya dari samping ketika mereka jalan beriringan.

****

Hari itu telah berlalu, kini jadwal pembekalan KKN telah tiba, setelah mendapatkan materi dan pulang ke kosan, Azrina mulai berkemas, mempersiapkan barang-barang yang hendak dibawa ke tempat KKN, karena dua hari lagi adalah jadwal keberangkatan.

Tidak terasa dua hari berlalu, jadwal keberangkatan KKN telah tiba.

Setelah acara pelepasan mahasiswa oleh rektor kampus selesai, Azrina dan Kinan mulai berjalan menuju bus yang telah disiapkan oleh kampus untuk mengantarkan mereka ke tempat KKN masing-masing.

Saat hendak naik ke dalam bus seorang laki-laki menghentikan langkah Azrina.

"Dik Nana!" panggil laki-laki itu.

Azrina dan Kinan bersamaan menoleh.

"Assalamualaikum!"

Laki-laki itu tersenyum dengan beruluk salam.

"Waalaikum salam, Mas Aif," sahut Azrina dengan membalas senyumnya.

"O, iya. Ini buat kamu."

Gus Aif menyodorkan goodie bag berukuran 30 x 50 centimeter pada Azrina.

"Apa ini?" tanya Azrina penasaran.

"Siapa tahu kamu butuhkan saat di tempat KKN nanti," sahut Gus Aif.

Azrina mengintip isi goodie bag itu. Ada sari kurma, madu, vitamin C, minyak angin aroma therapy dan obat-obatan yang lain.

"Kegiatan kamu di sana banyak, jadi  jaga kesehatan, ya!" pesan Gus Aif.

Azrina mengangguk sembari tersenyum.

"O, iya. Mas pesan satu lagi," lanjut Gus Aif.

"Jangan lupa shalat?" celetuk Kinan menyela obrolan mereka berdua.

Spontan Azrina menoleh dengan menginjak sepatu Kinan.

"Auuuw!" Seketika Kinan mengerang kesakitan.

"Iya, jangan lupa shalat," kata Gus Aif dengan tersenyum. "Ya sudah, sana masuk, Dik! Sudah ditunggu teman-teman kamu," lanjutnya.

"Pamit dulu ya, Mas. Assalamualaikum!"

Setelah beruluk salam Azrina berbalik dan menarik lengan Kinan untuk masuk ke dalam bus.

****

Kini Azrina sudah duduk di dalam bus. Baru saja dia meletakkan bokong di tempat duduk, tiba-tiba terdengar notifikasi pesan di handphonenya.

Bergegas Azrina membuka pesan itu, ternyata Gus Aif yang mengirim pesan.

(Tadi aku mau pesan, kalau ada laki-laki yang mendekati kamu, jangan lupa bilang, kalau sudah ada laki-laki yang hendak menghitbah kamu)

Mahasiswi cantik itu tersenyum saat membaca pesan, ada sesuatu terasa hangat menelusup di hatinya. Perlahan gadis itu menoleh ke luar jendela, memperhatikan Gus Aif yang masih berdiri di trotoar jalan halaman kampus.

Azrina tersenyum saat mahasiswa fakultas hukum itu menoleh ke arahnya. Dan dengan sumringah Gus Aif membalas senyum mahasiswi cantik itu.

Beberapa saat kemudian mesin bus menyala, bus mulai melaju, mereka berdua pun saling melambaikan tangan.

Bersambung



Janji Untuk Azrina Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang