Kini mobil yang membawa peserta lomba olimpiade matematika dari SMA Al Ma'arif telah melaju.
Suasana mobil hening, 2 peserta lomba tampak serius dengan materi soal-soal matematika, dan beberapa guru pendampingnya juga tampak serius dengan handphone masing-masing.
Sementara Azrina terlihat memijit-mijit kepala.
"Bu Nurul, Ustadz Yazid, saya titip anak-anak ya! Saya mau ke puskesmas dulu melihat Dika, sekalian saya juga mau periksa," kata Azrina di tengah keheningan itu.
"Loh, Mbak Azrina sakit?"
Ustadz Yazid yang duduk di depan menemani kang Ali menyetir mobil seketika menoleh.
"Iya Ustadz. Saya titip anak-anak, ya! Saya tidak ikut ke diknas mendampingi anak-anak lomba."
"Iya, nggak apa-apa. Wajah kamu kelihatan pucat," sahut Bu Nurul.
"Terima kasih, Bu."
Azrina tersenyum dengan menyentuh tangan Bu Nurul.
"Kang Ali, aku berhenti di depan Puskesmas, ya? Kita lewat depan Puskesmas kecamatan kan?"
"Iya Mbak," sahut kang Ali.
****
Akhirnya mobil pun sampai di jalan depan Puskesmas.
Azrina bergegas turun dan menyebrang jalan untuk menuju puskesmas yang ada di seberang.
Gadis itu mulai mencari kamar Andika, yang kabarnya tadi subuh dilarikan ke tempat ini.
Benar saja saat ini Andika sedang diinfus dan terbaring di bed puskesmas.
"Assalamualaikum!"
Azrina masuk ke dalam kamar rawat inap santri putra itu.
"Waalaikum salam."
Serempak Andika dan seorang teman yang menjaganya menjawab salam Azrina.
"Mbak Azrina, kok ke sini, bukannya nemeni teman-teman lomba?"
"Mbak ingin lihat kamu. Teman-teman kamu, didampingi Bu Nurul dan Ustadz Yazid. Bagaimana kabar kamu, Dik? Sudah lebih sehat belum?" sahut Azrina dengan kemudian bertanya.
"Alhamdulillah sudah lebih baik, Mbak. Maaf ya Mbak, aku nggak bisa ikut lomba."
"Iya, Dik. Nggak apa-apa, yang penting kamu cepat sehat."
"Terima kasih ya, Mbak."
"Sama-sama."
Di tengah obrolan mereka tiba-tiba dokter masuk ruangan.
"Diperiksa dulu ya, Dik!" kata seorang laki-laki berjas putih dengan stetoskop di lehernya.
Setelah dokter memeriksa Andika, Azrina mulai bertanya.
"Apa perlu di rujuk ke rumah sakit umum, Dok?" tanya Azrina khawatir.
"Jika memang perlu dirujuk, saya siap menanggung semua biayanya," tambah Azrina.
"Tidak perlu, Mbak. Kesehatan adik ini sudah membaik, tadi dehidrasi karena muntah-muntah. Istirahat dua atau tiga hari di sini, In Sha Allah akan sembuh," sahut dokter.
Setelah mendengarkan penjelasan dokter akhirnya Azrina tersenyum lega.
****
Kini Azrina sudah kembali ke rumah Ummi Halimah.
Dengan memijat-mijat dahinya dia masuk ke dalam rumah itu.
"Assalamualaikum!"
Azrina berucap salam saat melihat Ummi Halimah duduk di sofa ruang tengah dengan kitab tebal ditangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Untuk Azrina
RomanceDia adalah Saifuddin Zuhri, seorang laki-laki yang terlahir dari keluarga Nahdiyin. Cerdas, pintar, santun, dan ramah, itulah yang membuat pria ini digandrungi oleh kaum hawa. Bukan hanya itu, kesalihannya pun membuatnya diidam-idamkan untuk dijadik...