Bab 9 (Perasaan Kacau)

18 1 0
                                    

Seperti biasa setelah perkuliahan usai Azrina selalu menghabiskan waktu di perpustakaan. Entah itu membaca buku atau mengerjakan tugas kuliah.

Kali ini Azrina mencari-cari buku di rak, dan mengambil salah satu buku yang dia inginkan, lalu membuka perlahan lembar-perlembar buku itu.

Beberapa saat kemudian gadis cantik itu mengernyitkan dahi ketika melihat seorang laki-laki dari balik rak tengah serius di meja perpustakaan dengan laptopnya.

"Hmmmmh!"

Azrina membuang napas seraya mengalihkan pandangan.

'Tidak pernah janjian tapi selalu bertemu. Fix kalian jodoh!'

Ucapan Kinan kembali terngiang di telinganya.

Gadis cantik berkerudung pastel itu kembali mengintip laki-laki berkulit putih bersih yang sedang mengerjakan tugas di meja perpustakaan.

'Tidak! Aku tidak boleh berpikir macam-macam!' nasihatnya dalam hati seraya mengalihkan pandangan.

Azrina tampak cemas, dia mondar-mandir di lorong rak perpustakaan, kepalanya menunduk, gadis itu mulai memijit keningnya, lalu kemudian mendongak.

"Huuuuuuh!"

Embusan napas keras keluar dari mulutnya, kepalanya perlahan menggeleng-geleng.

'Dengar ya Azrina! Tidak ada apa-apa dalam pertemuan tidak sengaja kalian. Kamu tidak boleh terbawa rasa! Jaga hatimu! Bismillah! Ayo baca istighfar!'

Azrina mencoba menenangkan gejolak perasaan yang berkecamuk di dada.

Setelah memejamkan mata, mengatur napas, dan mengontrol emosi, gadis itu mulai membalikkan badan.

Sontak dia tercengang, niatnya melangkah meninggalkan tempat itu terhenti saat melihat seorang laki-laki berdiri tepat di hadapannya.

"Gus!" sebutnya lirih.

"Dik Nana ngapain dari tadi di sini?"

Mata Azrina berkedip-kedip, kedatangan Gus Aif yang tiba-tiba benar-benar mengejutkan dan membuat pikirannya kacau.

"Oooh... Cari buku ini."

Spontan Azrina menjawab dan menunjukkan buku psikologi kepribadian warna kuning yang ada di tangannya.

"Buku ini bagus loh, di dalamnya menerangkan macam-macam kepribadian manusia," terang Azrina.

"Kepribadian sanguinis, melankolis, koleksi, dan masih banyak lagi," tambahnya dengan wajah bingung.

Gus Aif tersenyum tipis.

"Kalau kepribadianku, termasuk yang mana?"

"Oooh, butuh wawancara atau observasi untuk mengetahui kepribadian Gus Aif. Saya tidak bisa menebak secara langsung, karena saya kan, bukan dukun," jawab Azrina dengan meringis.

Gus Aif tersenyum renyah.

"Aku pikir semua mahasiswi psikologi itu bisa membaca kepribadian seseorang, ternyata ilmu mereka tidak sama dengan dukun toh?" ledek Gus tampan itu.

Azrina tersenyum dengan sejenak memalingkan wajah.

"O, iya. Dik. Aku mau bicara sebentar boleh?" tanya Gus Aif kemudian.

"Mau bicara apa?"

Gus Aif mulai membalikkan badan dan melangkah menuju meja perpustakaan di mana dia meletakkan laptop.

Azrina pun mengikuti langkah Gus Aif.

Gus Aif mulai duduk, dan Azrina mulai menarik kursi untuk duduk di hadapan laki-laki berkemeja biru bermotif kotak-kotak itu.

Janji Untuk Azrina Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang