Keesokan paginya seperti rencana kemarin Ummi Halimah mengajak Azrina jalan-jalan menikmati riuhnya suasana di luar pesantren.
"Jadi mampir rumah kamu ya, Nduk?" tanya Ummi Halimah saat mereka dalam perjalanan menaiki mobil.
"Tidak usah, Bu Nyai."
"Kenapa?"
"Belum waktunya pulang. Saya 'kan, bukan anak lulus SD yang baru belajar mondok. Saat nggak kerasan, nangis maksa pulang."
Azrina tersenyum renyah.
"Ma Sha Allah. Sudah nggak rindu rumah lagi sekarang?"
Ummi Halimah menoleh dengan tersenyum lega.
"In Sha Allah, mboten."
"Alhamdulillah."
*****
Mobil yang dikendarai Kang Ali, salah satu sopir pesantren terus melaju, hingga sampai di dihalaman parkir toko busana muslim terlengkap di kota itu.
"Ayo turun, Nduk!"
Ummi Halimah menepuk lengan Azrina ketika mobil berhenti.
Dengan sigap Kang Ali membukakan pintu mobil untuk Ummi.
Azrina pun bergegas mengikuti langkah Ummi.
Mereka berdua bergandengan masuk ke dalam toko tersebut.
"Di sini mukenahnya bagus-bagus, ummi suka."
Ummi Halimah memuji toko busana muslim favoritnya itu.
Matanya mulai mencari-cari barang yang dia inginkan.
"Nduk, bagus mana, mukenah yang ini apa ini?"
Ummi Halimah menunjuk mukenah warna peach dan warna cokelat muda.
"Mmmm.... kalau untuk Bu Nyai, mungkin lebih bagus warna yang cokelat," sahut Azrina.
"Kalau buat kamu?"
"Buat saya?"
Azrina balik bertanya.
"Iya."
Ummi Halimah mengangguk.
"Kalau saya lebih suka warna putih, Bu Nyai. Lebih bersih saja rasanya."
"Gitu ya, Nduk?"
"Mmm...."
Azrina mengangguk.
Ummi Halimah pun berjalan menuju deretan mukenah warna putih yang terpajang di toko.
"Nduk, mana yang bagus?"
Ummi Halimah kembali meminta saran Azrina saat memilih mukenah.
"Ini bagus Ummi. Bordirannya sederhana tapi mewah."
Azrina menyentuh mukenah warna putih dengan bordiran yang melingkar di sisi-sisi mukenah.
"Ya sudah, ummi mau ambil yang ini."
Selepas meminta pendapat Azrina, Ummi Halimah langsung memanggil pramuniaga.
"Mbak! Mukenah yang seperti ini, dua. Langsung kamu bungkus ya, soalnya ini untuk hadiah," terang Ummi Halimah pada pramuniaga.
"Baik Bu, mungkin bisa dipilih kotak hampers nya!" jawab pramuniaga itu.
"Pilihkan yang paling bagus saja, saya masih mau lihat-lihat yang lain," sahut Ummi Halimah pasrah.
"Baik, Bu."
Beberapa saat kemudian pramuniaga telah selesai mengemas barang pesanan Ummi Halimah.
Wanita setengah abad itu terlihat menyelesaikan pembayaran di kasir, dan setelah itu mengajak Azrina kembali ke dalam mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Untuk Azrina
RomansaDia adalah Saifuddin Zuhri, seorang laki-laki yang terlahir dari keluarga Nahdiyin. Cerdas, pintar, santun, dan ramah, itulah yang membuat pria ini digandrungi oleh kaum hawa. Bukan hanya itu, kesalihannya pun membuatnya diidam-idamkan untuk dijadik...