Wajah Azrina memerah, rasa malunya menggunung di ubun-ubun. Gadis itu seolah tak sanggup menatap Gus tampan yang duduk di sebelah kanannya.
"Saya tidak bisa menolak jika ada seseorang yang ingin berfoto dengan saya. Tapi asal kamu tahu, saya sama sekali tidak punya hubungan spesial dengan mereka semua. Kalau pun suatu saat saya menyukai seorang wanita, pasti saya akan minta foto bersamanya, tapi bukan untuk diupload di media sosial, melainkan sebagai syarat kelengkapan berkas di KAU," terang Gus Aif dengan tersenyum lembut.
Perlahan Azrina menoleh membalas senyum Gus tampan itu sembari mengangguk.
"Kamu ada jadwal asesmen kan, Dik?" tanya Gus Aif kemudian.
"Oh, iya."
Seketika Azrina bangkit dari tempat duduknya.
"Saya permisi dulu ya, Mas. Assalamualaikum!"
Azrina bergegas melangkah keluar dari halaman masjid, meninggalkan Gus Aif yang masih duduk di teras.
****
Waktu terus berjalan. Tepat jam tujuh malam Azrina sudah berada di aula SMA Negeri tempat dia sekolah dulu, di mana mahasiswi cantik itu diundang sebagai pemateri untuk kegiatan Diklat Kepemimpinan Organisasi Intra Sekolah.
Selama kurang lebih dua jam, Azrina menyampaikan materi tentang kepemimpinan, mengajak para peserta main game kepemimpinan, dan berbagi pengalamannya saat berkecimpung dalam organisasi ketika SMA dulu.
Tidak disangka ternyata ada sepasang mata yang memperlihatkan kepiawaian gadis itu dalam menyampaikan materi.
Saat mengakhiri acara Azrina baru tersadar kalau ada laki-laki yang berdiri di depan pintu aula.
Azrina sedikit tercengang. Gadis itu terlihat gugup saat laki-laki berkemeja putih dengan motif garis vertikal tersenyum renyah padanya.
Perlahan gadis itu melangkah keluar aula, laki-laki yang semula memperhatikannya tampak berbincang akrab dengan beberapa guru laki-laki yang ada di sana.
Sementara saat keluar dari ruangan Azrina langsung disambut oleh Waka kurikulum sekolah, mereka berdua berbincang seraya melangkah beriringan menuju kantor sekolah tersebut.
Sesaat setelah itu Azrina mulai berpamitan, menyalami beberapa orang guru yang ada di dalam kantor tersebut.
Gadis cantik ini berjalan menyusuri koridor menuju halaman sekolah.
Dia menoleh ke kanan kiri, mencari seorang laki-laki yang tadi sempat memperhatikannya saat menyampaikan materi kepada siswa, namun entah kenapa laki-laki itu sudah tak nampak lagi.
Sejenak Azrina duduk di kursi panjang yang ada di halaman sekolah, tepatnya di tepi lapangan basket.
Pikiran Azrina mulai bertanya, untuk apa laki-laki itu datang ke sekolah ini.
Rasa penasaran yang kuat, membuat Azrina kembali menoleh ke kanan kiri. Berusaha mencari Gus tampan yang sekarang entah berada di mana.
Karena sudah lebih dari tujuh menit menunggu, akhirnya Azrina beranjak dari tempat duduknya.
Gadis itu melangkah menuju Toyota Yaris warna putih yang terparkir di bawah ring basket.
Bergegas dia membuka pintu mobil.
Saat mulai duduk dan menghidupkan mesin mobil tiba-tiba muncul Gus tampan bernama panjang Saifuddin Zuhri dari lorong sekolah.
Laki-laki itu berjalan dengan tiga orang guru laki-laki.
Saat tidak sengaja saling memandang, senyum manis pun bersamaan mereka berdua layangkan.
Selang beberapa saat Azrina mengalihkan pandangan, menyentuh klakson mobilnya, memberi isyarat kalau dia berpamitan.
****
Pagi menjelang. Gadis yang biasa berjalan melewati trotoar kampus itu, kina mengemudikan mobil saat menuju kampusnya.
Bukan karena tidak ingin berjalan kaki. Tapi, semenjak pulang dari rawat inap satu Minggu yang lalu, orang tuanya mengirimkan mobil untuk transportasi agar gadis itu tidak kecapean saat berkegiatan di kampus.
Mobil Azrina mulai masuk ke halaman parkir, dia menghentikan mobilnya di sebelah Kijang Innova warna hitam.
Azrina turun dengan membawa tas dan laptop di tangannya. Begitu juga dengan pemilik mini bus warna hitam tersebut.
Saat meninggalkan mobil masing-masing, tidak sengaja keduanya bertemu muka.
Sejenak mereka tercengang dengan mata saling memandang, apalagi ketika melihat warna baju mereka yang senada di pagi ini.
Azrina dengan gamis modern warna putih tulang dan Gus Aif dengan kemeja putih bermotif gadis vertikal.
"Assalamualaikum, Dik Nana!" sapa laki-laki itu dengan senyum mengembang.
"Waalaikum salam."
Azrina membalas salam dengan anggukan.
Keduanya kembali terdiam seolah hanyut dalam kebekuan.
"Mmmm.... saya...."
Keduanya sama-sama berucap dengan mata saling memandang.
"Dik Nana mau bicara apa? Silahkan duluan!"
Gus Aif mempersilahkan Azrina untuk mengungkap isi hatinya terlebih dahulu.
"Mas Aif saja, dulu!" balas Azrina.
Gus Aif menunduk dengan tersenyum tipis, kemudian kembali mendongakkan kepala.
"Saya kagum dengan kemampuan Dik Nana berbagi ilmu tadi malam," puji laki-laki itu dengan kembali tersenyum lembut.
Azrina tersenyum lalu menunduk.
"Terima kasih," ucapnya.
"O, iya. Dik Nana mau bicara apa?" tanya Gus Aif lagi.
Azrina mulai mengangkat kepalanya.
"Mmmm.... Mas Aif tadi malam berada di sana. Apa jadi pemateri juga?"
Sejujurnya Azrina masih sangat penasaran dengan keberadaan Gus Aif tadi malam di tempat itu.
"Kebetulan saya diminta untuk mengisi program sentuhan rohani. Karena acaranya jam 12 malam, jadi saya menginap di sana. Maaf, baju saya juga belum ganti," cerita Gus Aif dengan tersenyum.
"Ooooh...."
"O, iya. Dik. Apa saya bisa bicara sebentar, setelah kamu selesai kuliah?" tanya Gus Aif lagi.
"Mmm... Mau bicara apa, Mas?"
"Ada hal penting yang ingin saya katakan."
Azrina berpikir sejenak, lalu kemudian menjawab.
"In Sha Allah, bisa."
"Kira-kira jam berapa, Dik Nana ada waktu?"
"Mmm... selepas salat Dzuhur."
"Baik, saya tunggu di kantin, ya! Sekalian makan siang."
"Mmmm...."
Azrina mengangguk.
"Terima kasih banyak ya, Dik. Kalau begitu saya permisi dulu. Ada janji dengan dosen," pamit Gus Aif setelah Azrina menyetujui meluangkan waktu untuknya.
"Assalamualaikum!"
Salam laki-laki itu seraya berjalan cepat meninggalkan Azrina yang masih berdiri di tempatnya.
Pikirkan Azrina mulai dipenuhi tanya. Sembari memperhatikan langkah laki-laki itu, hati Azrina berbisik, 'Mau bicara apa ya, Gus Aif padaku?'
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Untuk Azrina
RomanceDia adalah Saifuddin Zuhri, seorang laki-laki yang terlahir dari keluarga Nahdiyin. Cerdas, pintar, santun, dan ramah, itulah yang membuat pria ini digandrungi oleh kaum hawa. Bukan hanya itu, kesalihannya pun membuatnya diidam-idamkan untuk dijadik...