part 6

1.1K 42 1
                                    

SELAMAT MEMBACA

.
.
.
.
.
.

Malam ini, tepat nya malam minggu banyak anak remaja yang keluar rumah dengan pasangannya untuk pergi jalan-jalan, ke mall, nonton bioskop, dan lain lain.
Berbeda dengan ziya yang hanya diam di rumah setiap malam Minggu tiba.

setelah kematian ayahnya, ziya jarang sekali keluar rumah apa lagi di malam hari. Ziya tidak lagi ingin keluar rumah saat malam hari karena baginya tidak ada lagi sosok pelindung untuk nya.

"Malam ini banyak sekali bintang nya." gumam ziya melihat banyak bintang di atas sana.

Ziya tersenyum sendu "andai saja ayah bisa selamat waktu itu, pasti ayah Masi ada di samping ziya dan ibu sampai sekarang" ziya hanya bisa berandai-andai saja saat ini.

"Ziya masuk nak! Sudah malam, nanti kamu bisa masuk angin." teriak frada yang memecahkan lamunan ziya.

"Iya Bu." ziya pun bergegas masuk kedalam rumah.

"Bu."panggil ziya.

Frada menoleh ke anak nya itu "iya, kenapa nak?"

"Eum, berhubungan besok ziya libur, bagaimana kalau kita pergi ziarah? Rasanya sudah lama kita tidak berziarah bu."

Frada mengangguk anggukkan kepalanya "baiklah, besok pagi kita berangkat. Toh benar kata mu, sudah lama juga kita tidak kesana."

"Kalau gitu ziya pergi kekamar dulu Bu, selamat malam." ziya mengecup pipi frada dan berlari ke kamar sambil terkekeh.

Frada hanya menggeleng kan kepala lalu beranjak pergi ke kamar nya.

.....

Seperti yang di rencanakan semalam. Ziya dan ibunya kini berada di tempat pemakaman umum.
Saat sudah sampai dimana ayahnya di kuburkan, ziya tidak bisa lagi menahan tangisnya. Ia berjongkok dan menangis sambil memegang batu nisan ayahnya.

"Maafin ziya ayah, karna ziya lah ayah pergi. Andai waktu itu ziya mendengar apa yang ayah ucapkan untuk melihat kanan dan kiri dulu saat ingin menyebrang, pasti semua itu ga akan terjadi." Tangisnya pun  semakin pecah saat mengingat kejadian beberapa tahun lalu.

"Sudah lah nak, jangan menangis! Ayah pasti sudah tenang di sana. Ini semua memang sudah takdir, jangan menyalahkan dirimu sendiri." ujar frada yang mencoba menenangkan putri kesayangan nya itu.

Tidak mau berlarut larut dalam kesedihan, frada pun mengajak ziya untuk pulang kerumah.

"Ziya, ayo nak pulang." ajak frada
Yang di anggui oleh ziya.

Ibu dan anak itu pun akhirnya pergi meninggalkan pemakaman dan menaiki angkot untuk pulang kerumah.

.....

Di sisi lain, Regan saat ini sedang berdiri di pinggir balkon kamar nya sambil mengisap rokok yang sudah entah habis berapa batang itu.

Saat sedang menghembuskan asap rokok nya, tiba tiba saja bayang bayang wajah gadis yang sempat ia lihat beberapa kali itu melintas di pikiran nya.

Orang-orang menyebutnya dengan sebutan gadis cupu.

Sadar akan apa yang ia pikir kan, Regan menggeleng kan kepala nya "mikir apa si Lo gan." ucapnya pada dirinya sendiri.

Ia mematikan puntung rokoknya yang tersisa sedikit dan membuang ke tong sampah, lalu berjalan santai masuk ke dalam kamar nya dan tidak lupa untuk menutup kembali kaca balkon nya itu.

Ia mendaratkan bokong nya di sofa yang terletak tidak jauh dari tempat tidurnya dan bermain game free fire bersama gio, fano, Marsel.

"Woyy anj*Ng di mana ni musuh yang nembakin gue." suara gio dari sebrang sana.

"Belakang Lo Yo musuh nya." sahut Marsel.

"Aaaa bantu gue gan, fann." ucap gio panik.

"Berisik." Fano berbicara.

"Ae lahh kan kan gue mati, lu si sel kagak mau bantu gue."

"Ahh kan brisik ae lu Yo, mati kan guee."

"Itu fan belakang Lo juga adaa." teriak gio saat ia sudah menjadi penonton dan menonton Fano bermain.

"Sialann." umpat Fano saat dirinya di kalah kan musuh.

Dan sekarang tinggal Regan sendiri lah yang masi hidup.

"Ayoo babang regann boyahin dong, kan Lo jago." ujar gio pada Regan

"Sialann." umpat Regan saat diri nya di kalahkan musuh. ia pun mematikan hp nya dan meletakkan nya di atas meja.

Entah sudah berapa lama Regan bermain game sampai hari sudah menunjukkan pukul 17.54

Regan pun beranjak dari duduknya dan berniat mandi supaya badan nya segar kembali.

......

Malam harinya, Regan dan kedua orang tuanya sedang melaksanakan makan malam bersama.

"Gan, papa minta sama kamu buat bubarin geng berandalan kamu itu, itu hanya merusak masa depan kamu." ucap arsen membuka suara.

Mendengar itu Regan meremat sendok yang ia pegang dengan kuat.

"Nanti saja pah di bicarakan. Tidak baik berbicara saat makan." Potong syafani.

"Hhhh" hanya helaan nafas yang keluar dari mulut Arsen.

Mereka pun melanjutkan makan malam tanpa ada seorang pun yang berbicara, hanya ada suara dentingan sendok dan piring yang menemani mereka sampai selesai makan.

"Regan, ikut papa ke ruang kerja sekarang!" ujar Arsen yang sudah berjalan dahulu dan di ikuti oleh Regan di belakang nya.

Saat sampai di ruang kerja arsen menyuruh Regan agar duduk di depannya. Tidak lupa juga ia menutup pintu ruang kerja nya itu.

"Ada apa?" tanya Regan santai.

Arsen menghembuskan nafas nya. "kamu tahu kan bahwasanya kamulah satu satu nya pewaris seluruh harta papa?" Tanya Arsen.

"Hmm"

"Jadi papa minta agar kamu mengikuti apa yang papa ucapkan tadi."

Regan menaikkan satu alis nya seolah bertanya kenapa?

Lagi lagi arsen menghembuskan nafas gusarnya itu.

"Jangan membuat mama mu kecewa Regan, dan jangan mempermalukan papa mu ini! Jika kamu tidak mau mengikuti apa mau papa, jangan harap kamu mendapatkan sepeserpun harta dari papa. Siap-siap saja kamu jadi gelandangan di luar sana."

Pernyataan papany itu membuat Regan terkejut, apa kata nya? Menjadi gelandangan? Tentu saja Regan tidak mau itu terjadi. Tapi ia juga tidak ingin membubarkan dengan cuma-cuma apa yang telah dia bangun dari nol.

"Aku gabakal bubarin apa yang udah aku bangun dari awal pah." Setelah mengucapkan kalimat itu, Regan pun pergi meninggalkan ruang kerja papanya itu.

"Anak ini, selalu saja begitu."ujar Arsen memijat kepala nya.

REGAN & ZIYA  (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang