part 21

518 17 4
                                    

SELAMAT MEMBACA

.
.
.
.
.
.


Melihat pepohonan yang melambai-lambai terkena angin dari kaca jendela. Pada jam pelajaran ke enam yang seharusnya diisi oleh pelajaran biologi, ziya  duduk termenung memandang kearah luar. Kepalanya bertumpu pada tangan, dengan tubuh sedikit condong ke depan. Suasana sekitarnya ramai yang diakibatkan oleh ketiadaan pelajaran biologi. Menurut ketua kelas, guru biologi mereka berhalangan hadir karena memiliki acara keluarga yang tidak dapat ditunda.

Kosong+tanpa tugas adalah idaman dari kebanyakan murid.

Ziya memandang ke arah luar dengan pikiran melayang ke jadian kemarin sewaktu dia membolos bersama Regan. Sejak kemarin sore, hatinya berbunga-bunga saking gembiranya. Dia kira, Regan akan memberikan hukuman mengerikan. Namun, cowok itu justru mengajaknya mengelilingi kebun binatang, melihat hewan-hewan dengan berbagai pertunjukan. Tidak hanya berkeliling kebun binatang, ziya juga mendapatkan traktiran. Pergi ke kebun binatang adalah salah satu dari sekian banyaknya impian ziya.

Karena, peristiwa tak terduga itulah perasaan ziya semakin dalam. Bunga-bunga bermekaran dengan kupu-kupu menari disekitarnya. Satu lagi hal yang membuatnya senang adalah, saat Regan mengantarnya pulang. Dia kira Regan akan menyuruhnya pulang sendirian, rupanya tidak.

"Heh cupu, Lo di panggil kak Viona tu, di belakang sekolah." Kata Tiwi yang merupakan teman sekelas nya.
tidak bisa dianggap teman, sih.

"Iya." Ziya tidak bisa  menolak. Sebab percuma dia menolak, pasti ia akan mendapatkan sesuatu yang tidak menyenangkan.

Ziya mendesah, dia memasukkan buku-bukunya ke tas.

Lagi, ziya mengalihkan pandangan ke arah luar jendela sebelum menuju belakang sekolah.

Di sepanjang jalan, kepala ziya sedikit menunduk. Karena, jalan yang dia lalui juga merupakan jalan menuju kantin, jadi terlalu ramai. Bahkan, ada beberapa murid laki-laki yang suka bergerombol untuk menghalangi jalan. Tidak hanya menghalangi jalan, beberapa dari mereka gemar menggoda murid lain. Terutama murid cantik, tetapi tidak dapat dipungkiri jika ziya bisa saja mengalami nasib buruk.

Seandainya ziya beruntung, dia dapat lewat dengan aman. Namun, jika tidak dia terpaksa tertahan dan menjadi mainan mereka. Ziya pernah mengalaminya dan hal itu sangat tidak enak. Menjadi badut untuk ditertawakan orang lain.

Langkah demi langkah ziya memantapkan hatinya. Dia akan berjalan cepat melewati mereka. Semakin tipis jarak nya, semakin cepat jantung ziya memompa.

Ziya melakukan langkah lebar nan cepat untuk melewati mereka. Namun, rupanya ada salah satu dari mereka yang menyadari kehadiran ziya.

Akibatnya, dengan amat terpaksa dan rasa takut ziya terjebak diantara para murid laki-laki nakal itu. Ziya tidak bisa lari menghindari mereka, karena tangannya dicekal kuat oleh salah satu dari mereka. Tenaga pria lebih kuat dari wanita, apalagi gadis sepertinya yang sangat jarang berolahraga. Hanya berolahraga ketika pelajaran olahraga di lapangan ada.

"Heh cupu lo mau lari?"

Bulir-bulir keringat keluar dari pori-pori kulit, tanpa dapat dicegah. Ciri-ciri seseorang ketika merasa takut atau gugup.

"Kok diam aja? Diantara kita lo suka sama siapa?"

"Heh jawab dong!"

Ziya tersentak. "gak a-ada."

"Hah, gak ada? Maksud Lo kita ini jelek?" Seru salah satu murid laki-laki yang ikut menahannya.

Ziya menjadi lebih panik seketika. Dia hendak menyangkal, tetapi ada seorang murid perempuan yang berseru, "gak sadar diri! Kalian yang gak pantas buat cewek udik kek dia!!!"

"HAHAHAHAHA!!" Disusul oleh tawa dari murid-murid lainnya.

Ziya menggeleng pelan, kepalanya semakin menunduk. Untuk saat ini dia merasa dirinya berdiri dengan banyak raksasa disekelilingnya. Seakan tubuhnya mengecil dan dunia terlihat kejam. Dunia emang benar-benar kejam.

Suara-suara mengerikan itu terus terdengar, rambutnya diacak oleh salah satu laki-laki yang ada di sana. Dibalik wajah yang tertutup oleh rambut berantakannya, air mata ziya menggenang di ujung.

"Heh udik! Lo itu gak pantes disini, kenapa lo sekolah disini?!" Pertanyaan yang lebih terdengar sebagai celaan.

"Pengen sok gaul dia! Tapi yang asalnya dari KAMPUNG AKAN SELALU KAMPUNGAN!! HAHAHAHAHA MIMPI LO KETINGGIAN!"

"HAHAHAHA!"

"Kampungan!"

"Dekil!"

"Otak udang!"

"Anak haram! Hahahaha."

Mendengar julukan - julukan dari mereka, ziya  merasakan perasaan marah, sedih, hina, dan takut hercampur menjadi satu.

"Cupu! Kenapa diam? Lo bisu?!"

Ziya menggeleng pelan. Namun, lagi-lagi percuma karena orang lain menjawab.

"Emang bisu dia!!"

Lagi-lagi suara tawa penuh ejekan menggema di telinga ziya. Dia terkejut saat tiba-tiba rahangnya mendapat cengkraman untuk dipaksa mendongak. Dia memberontak, ziya benci melihat wajah salah satu murid laki-laki yang berani memegang dagunya.

"S-sakit."

"Heh, bisa ngomong lu?

Rembulan meringis, kuku pria itu melukai kulit nya.

"Najis!" ucapnya kemudian melepas cengkraman dari dagu ziya.

Ziya meringis dia mengelus dagunya yang terasa perih.

"Kasihan banget sih orang tua lo, pantes mereka mati. Mereka pasti malu punya anak udik ke lu. Mending lo jual diri aja Sono, kan lumayan dapat duit."

Deg!

Dada ziya serasa  tercabik-cabik dan jantungnya ditarik keluar saat mendengar perkataan pria itu. Bukannya membela ziya, orang-orang sekitarnya justru tertawa. Ziya geram, telapak tangannya yang semula mengepal menahan diri dia layangkan hingga menimbulkan suara keras.

PLAK!

"LO! APA-APAAN, BERANI LO SAMA GUE?" Teriak pria yang bernama farel  itu dengan lantang.

Bukan salahnya kan?,  sudah  seharusnya ziya melakukan nya sebagai pembelaan untuk dirinya sendiri.

......



REGAN & ZIYA  (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang