part 25

393 13 2
                                    

SELAMAT MEMBACA

.
.
.
.
.
.
.

"Loh kenapa? Walaupun status kalian beda jauh, bukan berarti gak ada kemungkinan tuan muda suka kamu. Lagi pula kamu itu baik dan polos, loh!"

"Polos apanya toh, mas? Dia itu ular dibalik sikap polosnya. Jalang!"

"Jaga mulut kamu, Nuri! Kamu itu sudah dewasa, seharusnya lebih tahu tata krama dalam berbicara. Jangan sembarangan menuduh orang!" Entah sejak kapan Mbak Meta tiba, kepala pelayan kafe itu langsung menegur Nuri.

Ziya menatap Mbak Meta, dia mengucapkan terima kasih tanpa bersuara.

"Walaupun hanya seorang pelayan, kamu itu juga harus melatih mulut kamu dalam berbicara. Jangan sampai kafe terkena masalah gara-gara pekerja seperti kamu." lanjut Mbak Meta.

Mbak Nuri menunduk, tampaknya wanita itu merasa bersalah. "Iya maaf, mbak."

Mbak Meta menghela napas. "Yasudah, bubar kalian! Kita memiliki banyak pesanan yang harus segera diantar, jangan sampai mengecewakan pelanggan."

"Baik, mbak!" Ziya dan karyawan lain menyahut bersamaan.

Ziya bergegas mengerjakan bagiannya dengan telaten. Gadis muda itu mendapatkan tugas mengantar pesanan ke meja-meja yang telah diinstruksi kan.

Waktu berjalan, langit semakin menghitam seiring berjalannya waktu. Ketika sudah waktu bagi ziya pulang, gadis itu segera berpamitan pada karyawan lain. Dia juga membawa sekantung berisikan makanan yang sengaja dia beli agar bisa dia nikmati di rumah.

Begitu melangkah keluar ruangan, udara sejuk menyambut Ziya. Angin yang bergerak dengan kecepatan lumayan kencang membuat bulu kuduk berdiri. Gadis itu segera memeluk dirinya sendiri begitu angin menerpa membuat tubuhnya mengigil kedinginan. Jika dilihat, tampaknya bintang-bintang tidak akan menampakkan diri seperti biasa. Hanya bulan, itu pun tidak tampak secara sempurna karena tertutup awan mendung.

Pergi naik bus, tetapi pulang ia harus berjalan karena bus yang ia naiki saat pergi tidak kunjung datang.  Ziya dapat melihat rumah-rumah di sepanjang jalan yang tampak terang karena lampu dinyalakan. Selain itu Ziya juga dapat melihat gedung-gedung pencakar langit yang masih terang benderang, sebab belum mengizinkan karyawannya untuk pulang. Tidak hanya itu, pada jam seperti ini jalanan dipenuhi oleh cahaya merah dan kuning.

Saat dirinya sudah berjalan cukup lama ia pun melewati gang kecil yang menuju rumahnya. Jalanan yang semula ia lewati tampak ramai sekarang sepi dan hanya ada lampu jalanan yang redup. Ziya merasa ada seseorang yang mengikuti nya dari tadi, ia pun mencoba mempercepat jalannya. Namun naas  ada seseorang yang memukul bahu sampai ia terjatuh. Makanan yang ia bawa pun berserakan di jalanan. Ziya berteriak minta tolong saat orang itu menariknya. tetapi tak seorang pun yang datang menolong nya. Hingga kesadaran nya pun mulai menghilang karena orang itu membiusnya.

.......

Begitu memasuki kamar, regan langsung menuju kamar mandi. Sebenarnya dia juga merasa tak nyaman saat berkeringat, jadi walaupun hari sudah malam dia tetap akan mandi. Regan menghabiskan waktu selama 15 menit di kamar mandi. Dia keluar dengan rambut basah dan jubah mandi. Regan merasa lebih segar dari sebelumnya.

Regan mengambil handphone nya yang berbunyi dari dalam tas. Ada notif pesan dan dia membuka pesan itu.

[Babu]

|Kesayangan lo ada di gue.

Kedua alis Regan bertautan. Kesayangan? Regan merasa bingung, mengapa gadis itu mengirimkan pesan tak jelas seperti ini. Lagipula sejak kapan gadis itu menggunakan panggilan lo-gue? Regan tidak menanggapi pesan itu, dia hanya membacanya lalu mematikan ponsel. Sepertinya gadis itu salah kirim dan melihat pesan dari ziya membuat Regan merasa apa yang dikatakan teman-teman benar. Ziya tidak hanya berpura-pura polos.

"Bang, buruan!" Regan menoleh kearah pintu karena mendengar suara syafani.

"Iya ma sebentar." Regan mengambil pengering rambut, dia mengeringkan rambutnya terlebih dahulu. Dia lantas bergegas ganti baju lalu pergi ke ruang makan.

Tiba di ruang makan, Regan langsung disambut oleh pemandangan anggota keluarganya yang telah duduk manis.

Baru saja hendak mengambil makanan handphone  Regan  berbunyi, lantas dia meraih ponselnya, rupanya ada pesan masuk dari gadis cupu itu lagi.

[Babu]

|Gue penasaran sampe kapan lu bisa tahan.

Salah satu Alis Regan terangkat, dia merasa bingung.

"Regan jangan mainan hp di meja makan!" tegur papanya. Jari-jari regan yang semula ingin mengetik balasan langsung berhenti. Dia hanya membaca pesan itu dan mematikan ponselnya.

Makan malam  berlangsung dengan cerita. Meja makan diisi oleh canda tawa dari mamanya. Regan tersenyum tipis saat mama nya tertawa.

.......

Sementara itu ditempat yang gelap dan berdebu ziya tengah bersusah payah meraih sesuatu dengan kakinya. Entah sudah berapa lama dia terkurung dengan tubuh terikat di tempat ini, dia tidak tahu. Jarak pandang Ziya terbatas sebab cahaya yang minim. Hanya ada lampu kuning yang menyala redup dan dikelilingi sarang laba-laba. Gadis itu juga dapat mendengar suara cicitan tikus dari segala arah.

Ziya lelah berteriak minta tolong. Tetapi tidak ada satupun yang mau menolongnya, dia hanya mendapati perintah untuk diam. Tidak kehabisan cara, ziya tanpa sengaja melihat benda besi yang runcing berada di dekat kakinya. Berhasil, tinggal sedikit lagi.

Bunyi engsel pintu yang sudah tua dan berisik mengagetkan ziya. Dia buru-buru menyembunyikan benda temuannya itu.

"Lo ngapain?" tanya seorang pemuda yang baru saja tiba saat melihat tingkah aneh ziya.

Dalam hati Ziya dilanda kecemasan mendadak. Kepalanya menggeleng, dia berdoa semoga orang itu tidak tahu rencana ziya.

Pemuda itu mendekati ziya yang duduk dengan tangan, kaki dan tubuh terikat. Dia berjongkok dan mulai menilai dalam kegelapan. Tentu saja dia bukan orang yang mudah dibohongi, dia menungging kan salah satu sudut bibirnya.

Ziya semakin merasa was-was dan takut saat jarak mereka tidak lagi jauh. Samar-samat dia juga melihat senyuman setan pria itu. Tangan pria itu bergerak hingga menyentuh kaki ziya yang bergetar. Dalam sekali tarikan dia mengangkat kaki ziya dan mengambil sesuatu yang berada di bawahnya.

Ziya melotot, dia memekik tertahan. Sekarang posisinya bertambah tak nyaman, tubuhnya melorot tatkala pemuda itu mengangkat kakinya tinggi.

"Lo pikir gue gak tahu rencana, Lo?" Pria itu tersenyum meremehkan. Senyuman yang sama dengan kala itu. Dia menunjukkan sebuah benda yang terbuat dari besi kepada Ziya.

Ziya berkeringat dingin, rencananya menggunakan benda besi itu untuk memotong tali gagal. Melihat kegelisahan gadis dihadapannya membuat pria itu semakin senang. Dia lanjut berkata, "Gue gak suka cewek ribet kayak lu. Lebih baik duduk manis dan tunggu pangeran lu. Itu kalau dia bisa selamat." Pria itu pun menyeringai.

"Ke-napa kamu la-ku-in ini?"

Wajah pria itu menggelap, dia mencengkram rahang ziya."Lo mau tahu?" Ziya mengangguk walau susah. Pria itu melanjutkan bicaranya, "itu karena lo cewek nya regan." Pria itu kembali menyeringai.


REGAN & ZIYA  (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang