part 16

856 19 0
                                    

SELAMAT MEMBACA

.
.
.
.
.
.

Regan menghentikan langkah, menatap tidak percaya.

"Ziya?"

Ziya yang merasa terpanggil langsung menoleh. Terkejut mendapati Regan disana.

"Kak Regan?" Buru-buru ia menghapus sisa air matanya yang tertinggal.

Ziya tersenyum. "Kok kakak bisa ada di sini?"

"Harus nya gue yang nanya itu sama Lo."

Regan mengambil tempat duduk di samping ziya, sedikit memberi jarak.

"Ngapain Lo malam-malam di sini sendirian? Dan Lo kayak habis nangis, emangnya kenapa lo nangis?"

"Ibu aku mengalami tabrak lari kak, kata dokter ibu gabisa di selamatkan karena kehilangan darah yang cukup banyak dan di nyatakan meninggal." Jelas ziya dengan tatapan sendu.

"Maaf, Tapi bener gue ga bermaksud bikin Lo sedih lagi."

"Iya kak ngga apa-apa, ini udah takdir."

"Gue turut berdukacita ya."
Ziya tersenyum lalu mengangguk.

"ini udah malam. Ngapain kakak di luar? Angin malam dingin loh." katanya.

"Tadi gue cuma suntuk aja, terus mutusin buat jalan-jalan bentar. Pas mau arah pulang gue ngeliat Lo di sini. Karena penasaran gue coba cari tahu. Siapa tahu itu bukan manusia tapi dedemit." jelas Regan panjang lebar.

"Ihk masa aku di katain dedemit. kakak itu yang kayak dedemit." celetuk ziya asal.

Regan menganga mendengar itu. Dia di samakan dengan dedemit?

"Lo bilang gue dedemit?" Ujar Regan menunjuk dirinya sendiri.

Ziya meneguk salivanya susah payah. Duh! Kenapa bisa mulutnya blak-blakan kalau bicara? Habislah riwayat gadis itu. Ia menyengir takut.

"Eh, i-itu anu."Ucapnya terbata-bata.

"Anu apa?"

"Anu deh pokoknya!" Jawab ziya cepat.

Regan menatap ziya lekat. Membuat cewek itu makin gugup sendiri. Regan tertawa kecil melihat ziya yang kebingungan.

"Anu itu satu kata tapi beribu makna. Jadi, sekarang anu apa?" Tanya Regan lagi.

"Maaf, aku nggak bermaksud nuduh kakak mirip dedemit." Ucap ziya sambil memainkan jarinya.

"Tapi emang cocok jadi sejenis dedemit sih. Mirip soalnya" ucap ziya lirih. Tapi Masi bisa di dengar Regan sedikit.

"Apa Lo bilang?"

Ziya terkejut karena Regan dengar ucapannya barusan. Mampus!

Ziya berdiri. Ia menempelkan kedua telapak tangan sambil sedikit membungkuk badannya di depan Regan.

"Maaf, maaf. Reflek nyebut gitu aja"

REGAN & ZIYA  (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang