part 27

353 14 1
                                    

SELAMAT MEMBACA

.
.
.
.
.
.


"Hey! Gue mau jawaban lo sekarang! Ya atau tidak?!"

"Tidak," jawab ziya lirih.

Wajah nathan yang semula senang langsung menggelap, tergantikan oleh wajah kesal. Jawaban ziya sangat diluar dugaannya. Pria itu berjongkok. "Lo bilang apa?"

Ziya mengigit bibirnya. "Tidak," jawabnya sekali lagi. Bukan tanpa alasan mengapa ziya menjawab tidak, sebab dia percaya Regan akan menyelamatkan nya.

Nathan tertawa jahat. "Lo masih berharap ada orang yang nolong, Lo?" Regan bertanya dengan nada meremehkan.

"Pa-pasti kak Regan bakal nyelamatkan aku, dia pasti sekarang lagi mencari aku."

Mendengar ucapan ziya membuat nathan semakin menatap gadis di hadapannya dengan rendah. "Gak, Lo itu jalang Regan. Lo berharap Regan bakal peduli sama keberadaan lo?"

"Awalnya gue kira lo itu pacar berharga Regan, rupanya hanya seorang pelacur rendahan yang bisa ditinggal kapan saja. Dia gak peduli dan gak akan pernah peduli sama lo! Jadi biarkan gue menjadi penikmat tubuh jalang lo itu setelah mereka." Lanjut Nathan.

"Ka-kamu-"

"Lo gak percaya?" potong Nathan, pria itu mengambil benda persegi panjang pipih dari saku. "Lihat ini! Gue udah WA dia dan respon Regan mengecewakan sekali. Status pesan hanya dibaca tanpa balasan, lu pikir jalang kayak lo setara dengan berlian? Gak! Lo itu setara dengan sampah, sesuai kasta lo yang rendah."

Tubuh ziya semakin bergetar. Bola mata ziya memandang layar ponselnya, dia baru tahu jika smartphonenya ada di Nathan. Perkataan pria itu ada benarnya, siapa dirinya bagi Regan? Mereka hanya dua orang asing yang terikat tidak sengaja di pertemukan.

"Gimana? Perkataan gue benar." Nathan menyeringai.

"Ka-ka-mu gila."

Nathan semakin menyeringai. "Maka, biarkan orang gila ini bermain dengan mainannya," bisik pemuda itu tepat di telinga Ziya.

Tubuh Ziya menegang. Air matanya turun saat Nathan menjilat daun telinganya. "Lo kotor. Tapi seharusnya bukan masalah buat Lo."

"Le-pas!" Ziya sedikit membentak.

Nathan berhenti, pemuda itu membisikkan sesuatu, "biarkan gue menikmati tubuh lo, setelah itu Regan."

Ziya melotot. "Kamu udah jan-ji!"

Nathan memundurkan wajahnya. "Gue gak pernah janji, gue hanya bilang akan mempertimbangkan."Nathan kembali menyeringai.

Ziya melotot tak percaya. Dia tidak habis pikir bagaimana bisa ada manusia sejahat ini.

Nathan mulai menjalankan aksinya, berpindah dari daun telinga menuju leher. Sementara itu tangan Nathan berkeliaran, pemuda itu membuat beberapa kancing baju ziya terlepas.

"Diem!"

"Pergi!!" Ziya menggelengkan kepalanya kekanan-kiri.

"JALANG DIAM!"

Brakk!

Setelah bentakan nathan, tanpa terduga pintu di dobrak. Saat melihat pelaku yang mendobrak pintu, ziya  langsung meminta pertolongan. "To-long," ujarnya lirih.

Pelaku yang mendobrak pintu tak lain adalah Sekala. Hati Sekala terasa diiris-iris saat melihat ziya yang menangis. Bahkan, walaupun lirih Sekala tahu jika Gadis itu meminta pertolongan. Telapak tangan Sekala mengepal, dengan langkah lebar dan pandangan menggelap dia menuju Nathan.

Dia menarik Nathan menjauhi ziya dan langsung meninju pria itu.

"Lu apakan ziya, hah?!!"

Sekala terus memukuli Nathan sambil memberikan umpatan. Kemudian, tak lama kemudian Regan datang. Dia langsung memisahkan Sekala dari Nathan yang terkapar.

Regan juga melihat Ziya, dia tertegun saat melihat keadaan Ziya.

Sekala menuju Ziya, pria itu melepaskan ikatan yang melilit tubuh gadis itu. "Lo aman," ujar Sekala dan bersamaan dengan itu dia memeluk Ziya.

"Kak Sekala ke-napa ada di sini?"

Hati Sekala teriris tiap kali melihat keadaan Ziya. Dia memegang kedua bahu gadis itu. "Gue gak akan pernah menjauh, Ziya. Gue gak pernah mengingkari janji. Maaf gue terlambat," ujarnya kemudian memeluk erat Ziya sekali lagi

"Kak Regan." Ziya merasa terkejut sekaligus senang saat melihat Regan datang bersama Sekala.

Nathan yang semula terkapar lantas berdiri. Dia mengelap darah dari hidungnya sambil menyeringai. "Wow! Sepertinya tujuan awal gue akan tercapai. Kabar baiknya, gue dapat bonus."

Senyuman Ziya menghilang. Dia langsung panik saat mengingat tujuan awal Nathan. Dia menatap Regan dan Sekala khawatir secara bergantian.

"Kak..."

Percaya sama kita. Kita pasti selamat." Sekala meyakinkan ziya yang ketakutan.

"Hey, jalang! Pelet apa yang Lo kasih ke mereka berdua?" Nathan menunjuk Regan dan Sekala secara bergantian. "Kalian berdua seperti anjing!"

Regan yang sejak tadi sudah merasa gatal untuk bertindak lantas langsung meninju Nathan hingga pemuda itu tersungkur. "Lo Anjing!" ucapnya sembari meninju.

Nathan belum menyerah, pria itu justru tertawa. "Gue akui kalau hebat bisa melewati anak buah gue."

"Anak buah lo banci!"

Nathan terkekeh, "dan kalian akan berhadapan lagi dengan mereka. KELUAR LO PADA!"

Selanjutnya anak buah Nathan berdatangan. Ziya semakin kencang memegang tangan Sekala. Sekala menatap tangannya, dia tersenyum walaupun mereka dalam situasi buruk. "Percaya sama kita."

"Lo pengecut, nathan." Bukan Sekala melainkan Regan.

"Kenapa? Lo takut berhadapan dengan anak buah gue yang banci?"

Adu tonjok pun terjadi. Regan dan sekala sama-sama berhasil mengalahkan anak buah Nathan.

Nathan pun sudah terkapar lemas.

Tidak mau membuang kesempatan, Regan dan sekala membawa ziya pergi dari tempat terkutuk itu.

Ziya merasa lega, tetapi kemudian Ziya merasa bingung tak kala mereka memasuki kawasan rumah mewah.

"Kenapa kita ke sini, kak?"

"Rumah gue."

"Hah?!"

Regan tidak menjawab. Regan menghentikan motornya di depan pagar sebuah rumah mewah dan seorang satpam membuka kan pagar itu untuk mereka.

"Kak," panggil ziya lirih begitu dia turun dari motor Regan. "Kak, kita dimana?"

Sebelum menjawab Regan melepaskan helmnya. "Lo lupa? Lo pernah ke sini."

"Eh!" Ziya lantas mengamati bangunan dihadapannya, dia baru ingat. Bangunan mewah dihadapannya sama dengan rumah yang dia datangi beberapa kali. Karena kejadian tadi membuat dirinya menjadi orang bodoh.

"K-kenapa kak Regan bawa Ziya ke-kesini? Ziya bisa pulang."

Regan memandangi Ziya dari atas hingga bawah dengan datar. "Lo kotor. Gue gak suka milik gue kotor. Masuk!" jawabnya dengan perintah diakhir kalimat sebelum berlalu pergi.

Ziya tertegun beberapa saat karena Regan mengucapkan kalimat tersebut.
Ah seperti nya dirinya benar-benar jatuh dalam pesona kakak kelasnya itu.

REGAN & ZIYA  (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang