part 17

803 23 0
                                    

SELAMAT MEMBACA.

.
.
.
.
.
.

Bel istirahat berbunyi.
Ziya duduk di kursi, mulai bergabung dengan pembicaraan Zara dan Mauren yang sedari tadi sedang membicarakan sesuatu.

"Lagi ngomongin apa?" Tanya ziya.

"Itu.. si Mauren kemar-" kalimat Zara terhenti, karena tiba-tiba Mauren langsung membekap mulut Zara.

Beberapa kali Zara memberontak, minta di lepaskan. Tapi Mauren tidak mau. Ia malah menatap ziya yang menatapnya bingung. Mauren membalas dengan cengengesan.

"Apa ada sih?"

Mauren tertawa renyah. "Nggak ada apa-apa kok."

Mauren melepas bengkapa nya pada Zara. Zara kembali duduk sambil merajuk.

"Jangan asal ngomong dulu deh!" Ujar Mauren lirih dengan mata yang sudah menatap Zara cukup tajam. Tapi Zara tidak menghiraukan tatapan Mauren, ia malah asik mendumel sendiri tanpa bersuara.

"Udah jangan di dengerin omongan Zara barusan." Mauren mencoba mengalihkan pembicaraan.
Ziya mengangguk saja, tanpa ingin tahu lebih banyak.

"Ren." ziya memanggil mauren.

"iya?"

"Udah siap tugas fisika?"

"Oowh tugas fisik-" Mauren menepuk jidatnya. "Gue belum siap, jancok! Ini pasti gara-gara gue mikirin Marsel yang udah ambil first kiss gue kemarin." Celetuk Mauren, tanpa sadar  malah membocorkan rahasianya sendiri.

Mauren cengengesan. "Anu..itu..gue pergi dulu deh!"

Mauren melengos begitu saja. Meninggalkan ziya dan juga Zara.

Sial! Mauren jadi malu sendiri sekarang.

Tapi langkah Mauren terhenti. Ia membalikkan badan, menghadap ziya dengan wajah malu-malu.

"Mmm minjem dong tugas fisika Lo." Pintanya.

Ziya mengambil buku fisika nya dan memberikannya pada Mauren. Dengan langkah cepat Mauren berlalu setelah mengatakan kata terimakasih.

"siang, ziya." sapa seorang cowo yang kini mulai mengambil tempat duduk di sebelah ziya.

Zara yang tau situasi pun memilih pergi dari pada jadi nyamuk.

"Siang juga kak sekala." jawab ziya kikuk.

"Ini." sekala menaruh sebuah kotak bekal di atas meja ziya. Ziya menatap sekala bingung. "Gue tau Lo pasti belum makan kan?"

"Mmm emang nya kakak udah makan? Kenapa ga kakak aja yang makan?" Tanya ziya heran.

"Gue tadi udah sarapan, jadi ini buat Lo aja."

"Makasih kak, Duh jadi ngerepotin."

Sekala tersenyum senang. Ziya yang melihat itu tentu saja juga ikut tersenyum. Ayolah! Ciptaan tuhan yang satu ini begitu manis dan tampan.

Brakk!

Mereka kaget mendengar sebuah suara yang cukup keras. Ziya menoleh ke arah cowok yang kini duduk di sampingnya itu.

"kenapa?"

Regan menatap ziya cukup lama.

"Kerjain tugas gue selama gue nggak masuk! Sekarang!" Regan menyuruh beberapa buku tulis di meja.

"Sekarang?"

"Tahun depan."

Ziya menghela napas, harus sabar-sabar kalau dekat dengan Regan.

Saat ziya mulai membuka buku, tangan sekala malah menghentikan dirinya.

"Lo apa-apaan sih?" Tanya Sekala sedikit kesal pada regan.

Regan menatap sekala malas. "Kenapa? Ngga suka Lo?" 

"Lo bener bener...Lo nyuruh ziya untuk ngerjakan tugas Lo selama Lo ga masuk? Gila Lo gan!" Protes regan tidak habis fikir.

Sekala menarik tangan ziya. Mencoba membawa pergi gadis itu dari sana secepat mungkin.

"Lo berani bantah omongan gue?" Seketika ziya menahan langkahnya.

Ziya menatap sekala dengan senyuman kecil, mengatakan jika dia baik-baik saja. Tapi tidak untuk sekala, ia menggelengkan kepala.

"Jangan cegah dia, sekala!" Regan menatap sekala tajam. "Itu udah kewajiban dia! Dia punya tanggung jawab yang harus di tuntaskan!"

Ziya melepas tangan sekala. "Aku ga apa-apa, kak Regan benar, ini tanggung jawab aku."

Ziya Kembali duduk. Mencoba menyelesaikan tanggung jawab yang harus dia lakukan. Ini sudah jadi kesepakatan mereka dari awal.

Regan tersenyum miring, ia senyum yang mengartikan dia menang dan meremehkan sekala.

Sekala hanya bisa berdecak kesal, lalu pergi dari sana.

"kerjain yang benar ya sayang..."

Ziya berhenti menulis begitu mendengar ucapan Regan. Tapi ia mencoba untuk tidak menghiraukan.

"Semangat ngerjainnya" Regan mengelus puncak kepala ziya.

Ziya menghela napas. Ia tidak boleh baper. Ia tahu Regan hanya main-main saja.

"Iya." jawab ziya ketus.

Punggung Regan menyender pada kursi. Untuk kali ini Regan kembali menjadi egois.
Ia tidak mau jika ziya bersama sekala.

....

REGAN & ZIYA  (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang