part 32

455 17 1
                                    

SELAMAT MEMBACA.

.
.
.
.
.
.

Hari hari ziya lalui dengan rutinitas membosankan. Rasanya dirinya seperti berada di dalam sel tahanan.

Tetapi ziya juga menikmati momen barunya menjadi ibu hamil. Entah mengapa semenjak berhenti sekolah dirinya tidak merasa mual atau pusing lagi.

Bintang sudah menampakkan cahayanya, bulan pun bersinar terang. Hari sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam, tapi tak menyurutkan niat Ziya yang sangat ingin memakan bakso dan mencari makanan dijajaran penjual pinggir jalan.

Usia kandungan nya sudah mencapai 4 bulan. "Anak mama lagi pengen jajan ya?" Tanya Ziya pada anak di perutnya. Ia tersenyum setiap mengingat nya.

Berkat memikirkan anaknya ia tak terlalu mengingat hinaan dari orang-orang.

Ia pun mulai berjalan karena takut hari akan semakin malam. Setelah menemukan penjual bakso, ziya pun memesan.

"Pak bakso nya satu ya, di bungkus gak usah pakai kecap sama saos ya." Ucap Ziya pada penjual bakso dan ia duduk di kursi yang sudah di sediakan sambil menunggu pesanannya jadi.

Setelah selesai ia mulai berjalan dan membeli aneka jajanan pasar yang di jual di pinggir jalan. Setelah nya ia melangkah pulang kerumahnya.

Setelah sampai dirumahnya ia memindahkan semua yang ia beli ke piring. Ia begitu menikmati. "Duh dek mama bisa gemukan ini."

"Besok mama harus kerja dek, kamu yang baik ya di dalam." Ucap ziya setelah itu ia membereskan sisa-sisa makanan nya, lalu memejamkan mata dan terlelap tidur.

.....

Seperti yang sudah di rencanakan Ziya semalam, bahwasanya dirinya akan mulai pergi bekerja lagi.

Ziya masih bekerja di tempat semasa ia masih sekolah. Ia juga berniat untuk menjadi buruh cuci untuk biaya persalinannya kelak.

Ziya telah siap pergi kerja, saat baru saja memasukkan kunci rumah kedalam tas nya, ada ibu-ibu komplek yang sedang berbelanja sayuran.

"Gak malu banget ya kamu, udah hamil di luar nikah tapi masih punya muka buat keluar rumah." Hina Bu Susi, tetangganya yang memang suka menyinyirnya sejak dulu.

"Iya buk, gapunya malu atau gimana ya? Udah miskin, hamil di luar nikah, anaknya haram, gapunya keluarga, tapi wajar sih mana mau laki-laki itu sama dia yang miskin dan murahan." Ucap ibu-ibu yang tidak Ziya ketahui namanya.

Mata ziya berkaca-kaca, perkataan ibu-ibu itu sungguh melukai hati kecilnya. Dirinya emang miskin tetapi dirinya tak sehina itu.

"Lebih baik kamu itu pergi dari sini, bisa-bisa karena kamu kami semua kena himbasnya." Ucap ibu-ibu itu lagi.

"Iya benar, lebih baik kamu pergi dari sini. Ayo kita usir saja dia ibu-ibu." Bu Susi pun mengajak ibu-ibu lainnya untuk mengusir Ziya.

"Ibu-ibu mohon jangan usir saya, saya gak tau harus kemana nanti Bu." Tangis ziya histeris.

"Ayo cepat kemasi barang-barang kamu, dan pergi dari sini." Begitu lah yang di ucapkan ibu-ibu lainnya.

Dengan berat hati Ziya mengemasi semua barang-barang yang sekiranya sangat ia butuh kan dan pergi dari rumah peninggalan orang tua nya.

"Kamu bukan anak haram, kamu anak spesial buat mama." Ucap ziya pada anak dalam kandungan nya.

Sebelum pergi ia melihat kearah belakang kembali, ia sangat tak rela jika harus meninggalkan rumah yang penuh kenangan itu.

Cuaca sangat panas, matahari sekarang sudah tepat diatasnya.

Ziya kali ini masih berjalan di trotoar jalan yang ada di kota. Ziya bingung dia harus pergi kemana, sampai ia memutuskan untuk ke desa saja memulai hidup barunya disana.

Tapi mencari tempat tinggal didesa sangatlah tidak mudah. Dari tadi ziya sudah mencari kosan atau kontrakan tapi tidak ada yang cocok di kantongnya. Ada juga yang menolaknya mentah-mentah karena ziya memberi tahu kalau dia sedang mengandung. Tak hanya itu, mereka malah menghina anak nya, sungguh hati Ziya sangat sakit jika ada yang berbicara seperti itu kepada anaknya.  Sampai kakinya berhenti di sebuah kontrakan yang begitu kecil, bahkan lebih kecil dari rumah peninggalan orang tuanya. Catnya juga sudah mengelupas serta terdapat banyak sekali debu. Sepertinya kontrakan ini sudah lama di tinggal pemiliknya atau justru belum ada pemiliknya.

"Lihat apa dek." Tanya ibu-ibu yang entah kapan berada di sampingnya.

"Eh, anu itu. Maaf sebelumnya nama saya Ziya Bu, saya dari kota dan ingin mencari tempat tinggal, dan kebetulan lihat rumah itu. Ibu tau gak rumah ini punya siapa?"

"kebetulan kontrakan ini punya saya. Kalau kamu mau tinggal di sini boleh banget. Tapi maaf nih dek kontrakannya kecil, tapi tenang aja ini cocok kok sama kantong." Katanya cengengesan.

"Gak papa kok Bu, saya juga belum kerja dan kebetulan lagi cari yang murah." Jawab ziya.

Dia hanya ingin ada tempat untuknya tidur dan mandi itu sudah lebih dari cukup.

"Yasudah kamu lihat dulu."

Ziya berjalan memasuki kontrakan kecil itu. Ternyata di dalam tidak sekotor di luar.

"Maaf ya dek luarnya kotor karena ibu hanya sempat bersihkan bagian Dalamnya aja. Oh iya panggil aja ibu Leni."

"Gak papa kok Bu, malahan saya sangat berterimakasih. Tapi Bu saya-" ziya menggantung ucapannya dia ragu apakah kalau dia jujur hamil tanpa seorang suami bisa di terima disini.

"Saya mengerti. Kamu tetep boleh kok tinggal disini." Senyum tipis terbit di bibir ziya.

"Sekali lagi makasih Bu."

Baiklah mulai hari ini Ziya akan memulai hidupnya berdua bersama anak yang sedang ia kandung.



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

REGAN & ZIYA  (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang