part 20.

591 25 0
                                    

SELAMAT MEMBACA

.
.
.
.
.

Sudah beberapa hari ini ziya tak lagi berurusan dengan Regan. Dan seharusnya dirinya senang karena sudah terbebas dari cowok dingin nan sarkas itu. Tapi ada satu hal yang membuat ziya resah sejak dimana Regan menyatakan perasaannya. Karena keresahannya ia menjadi sulit tidur dan sering melamun. Untuk mengurangi rasa resahnya itu, ziya memutuskan  pergi ke perpustakaan untuk membaca buku, mungkin dengan membaca buku dapat membantu dirinya.

Karena, masih pagi. Perpustakaan  High Internasional School yang terletak di lantai dua tampak sepi. Biasanya pada saat jam-jam istirahat perpustakaan ini lumayan ramai, entah meminjam buku karena tugas atau membaca novel yang tersedia. Ziya  mengambil buku Dengan sampul hijau tua yang terletak di barisan rak tingkat ke tiga. Kemudian dia mendaratkan bokongnya di kursi kayu tak yang telah disediakan oleh pihak sekolah.

Ziya membuka halaman pertama buku itu. Bola matanya bersinar saat menemukan bahwa halaman di buku ini disertai dengan gambar yang menarik bak buku anak-anak. Tidak membutuhkan waktu lama, ziya larut dalam bacaannya.

Saking serunya materi yang ada dibuku itu membuat ziya tanpa sadar telah menghabiskan setengah halaman buku dan dia juga tidak sadar jika bel masuk sekolah telah berbunyi. Ziya merasa aneh saat dia menutup bukunya, dia merasa hawa yang tidak seperti biasanya. Terlalu tenang.

Apakah sudah bel? Tanya ziya cemas untuk dirinya sendiri.

Kedua bola mata ziya lantas bergerak mencari jam yang ada di perpustakaan. Dia menemukannya, betapa terkejutnya ziya saat melihat dua angka yang ditunjuk oleh kedua jarum itu.Ziya berharap semoga jam itu salah. Segera, dia taruh buku yang dia baca sebelumnya ke tempat semula.

Ziya berlari sambil menyambar tasnya. Perpustakaan ini cukup luas dan dia berada di bagian jauh dari pintu keluar. Begitu tangannya hampir mencapai pintu keluar, ziya dikejutkan oleh seorang cowok yang tiba-tiba melalui pintu itu. Ziya terbelak, dia berusaha mengerem kedua kalinya untuk berhenti.

Namun, tidak selamanya berjalan mulus. Karena berhenti mendadak, ziya menabrak dada bidang cowok itu dengan cukup keras. Ziya meringis, dia tidak dapat mencegah saat tubuhnya di dorong ke belakang sehingga pantatnya lebih dulu mencium permukaan lantai nan keras.

"Aduh!" Ziya mengeluh, kemudian dia mendongak.

"Udah?" Cowok yang tadi dia tabrak bersuara.

Kedua bola mata ziya terbuka lebar, dengan tergesa-gesa dia berdiri dari posisi jatuh memalukannya.

Tentu saja malu! Karena kejadian beberapa detik lalu kedua pipi ziya  bersemu merah. Dia berdeham untuk menghilangkan kecanggungan. "Ada apa kak?"

Cowok  berwajah datar itu seakan tidak terpengaruh oleh kejadian tadi. "Lo tahu."

"Hah?" Ziya mendongak dengan menunjukkan ekspresi bertanya.

Regan maju selangkah, membuat ziya mundur satu langkah. Bola mata ziya bergerak tidak jelas dengan kedua tangan diletakkan ke belakang tubuh. Jantung ziya kian berdetak lebih cepat saat Regan terus bergerak maju.

Cowok itu maju, tetapi ziya terus mundur seiring langkah cowok itu. Hingga akhirnya, ziya terdesak. Tanpa sadar belakang ziya adalah rak buku dan dia menjadi lebih panik dari sebelumnya.

Gadis itu hendak berlari, tetapi Regan menarik tasnya hingga dia dia kembali ke posisi semula. Bedanya, jarak antara pria itu dan tubuhnya sangat dekat. Saking dekatnya, ziya menahan napas saat ini. Dia dapat merasakan hembusan napas cowok dihadapannya.

"Ma-mau apa?" Ziya bertanya gugup dengan bola mata memandang arah lain.

Regan sedikit membukukan tubuhnya, "menurut Lo?" Bisiknya.

"Mmm." Ziya tidak menjawab dia hanya bergumam dengan pandangan ke arah lain. Sungguh! Jantung ziya terasa menggila.

"Kenapa diam?"

Ziya mendorong Regan agar cowok itu menjauh, dia menggeleng. "Enggak, ziya cuma mikir."

"Ck, jangan pura-pura bego. Lo tahu apa kesalahan Lo."

Ziya tampak bingung, dia mengangguk kaku. "maaf kak tadi aku buru-buru mau ke kelas, mangkanya nabrak deh."

"Bukan soal itu. "

"Hah?"

"Kenapa Lo ngehindar dari gue?"

Ziya terbelak mendengar kata itu, dia memekik saat tiba-tiba cowok itu menarik tangannya.

Sepanjang koridor Ziya memberontak untuk dilepaskan. Dia juga memohon ampun di setiap langkah, walau tidak ada respon. Tenaga cowok itu terlalu kuat, tidak sebanding dengan tenaganya. "Kak, tolong lepas nanti ada yang lihat loh." Bola mata ziya  mengawasi sekitar, dia takut jika ada murid lain yang melihat mereka.

Tidak ada jawaban membuat Ziya kesal. "Kak Regan!"bentaknya.

Langkah kaki kakak kelas nya itu berhenti seketika, membuat ziya nyaris menabrak untuk sekian kalinya. Semakin gelisah, saat kakak kelasnya itu tiba-tiba memepetnya ke tembok. Ziya menelan ludah kasar.

"Apa maksud Lo bentak-bentak gue?" Tanya cowok  dihadapannya dengan nada yang membuat tubuh ziya bergetar ketakutan. Dalam pikirannya dia bertanya-tanya. Apakah dia melakukan kesalahan lagi.

"Ma-af tadi cuma refleks karena kakak ga mau lepasin tangan aku."

Cowok itu mundur selangkah. "Jawab pertanyaan gue tadi."

Ziya mengalihkan pandangannya ke arah lain. Dia berdeham, "aku ga ngehindar kok, perasaan kakak aja mungkin."

Regan menatap ziya tanpa ekspresi yang sulit untuk ditebak. Dia lanjut menarik, Ziya hanya pasrah ketika tubuhnya ditarik menuju area Parkiran. Dia tidak memberontak seperti sebelumnya, karena ziya  harus menormalkan jantungnya yang berdetak tak wajar.

Di parkiran, Regan menyuruhnya naik ke jok penumpang. Ziya menurut, tetapi dia kesusahan untuk naik keatas apalagi dia memakai rok dan motor ninja memiliki body yang cukup tinggi. Regan? Pria itu tidak melirik atau bahkan membantunya.

Setelah bersusah payah akhirnya dia berhasil. Regan melajukan motornya keluar pekarangan sekolah. Ziya heran, mengapa penjaga gerbang sekolah tidak mencegah mereka. Padahal ziya tadi berharap mereka tidak diperbolehkan keluar sekolah saat jam pelajaran, tetapi penjaga gerbang sekolah justru tersenyum dengan ramah. Harapannya pupus melihat sikap penjaga gerbang tadi, dengan hati tidak tenang dia membolos tanpa tujuan yang tidak diketahui.

.....

Ziya merapikan rambutnya yang berantakan selama dijalan. Kemampuan mengendara Regan sungguh diluar nalar, berkali-kali jantung ziya  hampir melompat keluar dari tempatnya. Ziya  yang hanya berpegangan pada jok motor nyaris berteriak jika saja tidak mengingat siapa pria dihadapannya.
Untung saja dia tidak mengalami kematian mendadak.

Mengedarkan pandangan ke sekeliling, Ziya merasa heran mengapa Regan membawanya ke tempat seperti ini. Tidak mungkin bukan jika seorang Regan pergi ke tempat seperti ini, Ziya justru mengira pria itu akan membawanya ke tempat yang menyeramkan. Namun, Regan justru mengajaknya ke kebun binatang.

Jadi, mereka membolos dan menempuh perjalanan menyeramkan untuk kemari? Serius?

Ziya menyeritkan dahinya bingung. Suatu keajaiban dia bisa kemari.

"Kenapa bengong? Mau gue tinggal?"

"Eh! Enggak." Ziya  tersadar, dia buru-buru menyusul Regan.

Ziya mengantri untuk membeli tiket masuk. Dia sedikit tak nyaman saat mendapatkan tatapan dari orang sekitarnya. Mungkin karena dia memakai seragam sekolah dan ini masih jam pembelajaran. Setelah membeli dua tiket dengan uang yang diberikan oleh regan, dia menghampiri pria itu.



Sebenarnya susah banget mau lanjut buat alur nya gimna + kayak ngga semangat gitu🤧. Tapi karena mungkin beberapa penasaran ngebuat aku jadi pengen lanjutin lagi. Aduhh curhat dikit gapp kali ya?

Ok Tunggu kelanjutannya ya. Jangan lupa kasi jejak kalau suka sama ceritanya😀
Tandai juga dong kalau ada typo.

REGAN & ZIYA  (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang