CHAPTER 3

34 2 0
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak ya ci~~

Jangan lupa komentar di setiap paragraf nya yah~

Happy reading..

Langkah kaki jenjang mulai melangkah di lantai dingin koridor yang ramai orang itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Langkah kaki jenjang mulai melangkah di lantai dingin koridor yang ramai orang itu. Laki-laki bertubuh tinggi sekitar 1,83 m itu berjalan sendirian di tengah-tengah keramaian suasana pagi Amerta.

Laki-laki yang mengenakan Hoodie hitam dan celana bahan berwarna putih itu berjalan menyusuri lorong kampus, tak perduli semua orang terutama kaum hawa tengah memandangi nya terkagum-kagum.

Pandangan nya lurus kedepannya dengan wajah yang datar. Laki-laki itu seakan tidak perduli dengan kehidupan disekitar nya. Tidak ada siapapun yang akan mengubah tatapan mahasiswa Fakultas Mipa itu. Bahkan ketika ia berbicara pun mimik wajahnya tidak berubah.

"Mahesa."

Bahkan ketika seseorang memanggil namanya, ia tidak berniat untuk berhenti atau menoleh kearah sumber suara itu. Laki-laki itu tetap berjalan tanpa beban dengan pandangan yang masih lurus ke depan.

Kini ia merasa dua orang di kedua sisinya ini sedang berusaha menyamakan langkahnya. Ia bisa menebak itu adalah Skala dan Juna. Walaupun rasa kesalnya masih ada karena kata-kata Juna yang sempat menyinggung nya kemarin, tapi ia tetap akan berusaha mengerti bagaimana attitude Juna saat berbicara.

"Sa. Gw mau minta maaf soal kemarin," ujar Juna dengan wajah melasnya.

Tidak ada jawaban dari Mahesa. Laki-laki itu seakan tidak menganggap keberadaan Skala dan Juna saat ini. Melihat itu Skala menatap iba kearah Juna, sedangkan Juna menghela nafasnya. Laki-laki itu sudah menebak respon Mahesa akan seperti ini. Entah laki-laki itu sudah memaafkannya atau belum yang jelas respon Mahesa tidak pernah berubah.

"Gw gak maksud buat nyinggung Lo kemarin, Sa. Gw khilaf." Suara Juna kembali terdengar membujuk Mahesa yang belum merespon apa-apa.

"Gw jijik liat muka Lo yang melas itu." Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Mahesa, Juna pun langsung sumringah karena Mahesa merespon nya.

"Jadi Lo maafin gw kan, yah?" Mahesa tidak mengidahkan ucapan Juna. Laki-laki itu hanya memutar bola matanya jengah.

Skala yang melihat pemandangan itu pun tersenyum tipis sambil menggelengkan kepalanya. Sikap Mahesa tidak gampang di tebak memang. Butuh effort yang besar jika ingin ucapan kita di respon oleh sang laki-laki sombong itu.

Ketiganya masih berjalan menyusuri lorong koridor Amerta dengan santai. Hanya sedikit informasi, Mahesa adalah seorang mahasiswa Fakultas Mipa jurusan Astronomi yang saat ini menjalani semester lima nya di UNA.

Mahesa sering menyebut dirinya cacat karena mahasiswa tampan ini hanya dapat melihat dengan satu matanya. Mata sebelah kanannya mengalami kebutaan karena suatu kejadian yang ia anggap sebagai mimpi terburuk seumur hidupnya.

MAHEZENA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang