CHAPTER 34

23 0 0
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak yah ci~

Jangan lupa komentar tiap paragraf ~

Happy reading ~

Happy reading ~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dor!

Suara pecahan balon yang nyaring membuat semua orang yang ada di ruangan tengah itu menoleh pada gadis yang melongo seakan terkejut dengan apa yang terjadi.

Nawa mendecak sinis menatap Ibel yang masih melamun. "Ibel Lo bisa tiup balon gak sih? Ini udah balon ke tiga yang Lo pecahin, yah."

"Yang dua balon tadi bukan gue yang pecahin. Hilal sama Chiko tadi, tuh," ucap Ibel sambil menunjuk kearah dua bocah yang juga duduk lesehan bersama nya dengan masing-masing balon di tangan nya. Merasa di tunjuk Ibel, dua bocah itu hanya menyengir kuda.

Nawa yang mendengar alasan dari Ibel hanya memutar bola matanya malas. Ia tengah merakit sebuah lembaran menjadi kertas kotak kecil, di bantu oleh Yohana dan Teh Lola. Tak jauh dari sana Bunda Amira sedang duduk di sofanya. Sedangkan di seberang wanita paruh baya itu ada Mahesa dan Skala yang duduk juga.

"Kalo ngerjain sesuatu itu yang bener. Di potong upah Lo sama Bunda Amira, gue ketawa aja sih."

Ibel merotasi pandangan nya. "Lagian gue pecahin cuma sekali. Manusia tak luput dari kesalahan, Naw."

Dor!

"Anjir."

"Jangkrik! Manusia emang gak luput dari kesalahan tapi kadang kesalahannya itu di ulang lagi sampe jadi kebiasaan!" Ibel yang mendengar amukan Nawa hanya meringis.

Hal itu membuat satu ruangan tertawa ringan. Rumah panti memang ramai karena kehebohan yang selalu di timbulkan oleh anak-anak di sana. Tapi kali ini rumah tersebut bertambah ramai karena kedatangan teman-teman Zena dan teman-teman Mahesa di sana.

Mereka membantu mempersiapkan syukuran atas hari jadi nya Hasbi dan Kiara untuk nanti sore, dua anak kembar yang juga merupakan anak panti asuhan bakti kasih. Keduanya adalah anak panti termuda dari anak panti lainnya.

Dari arah pintu dapur, seorang gadis berjalan menuju ruangan yang kini sedang ramai. Dengan nampan berisi gelas di tangannya. Tak lupa Seno dan Riki yang menyusul dari belakang dengan masing-masing tangan mereka yang membawa piring.

Setelah meletakkan gelas di meja ruang tengah tersebut, Zena menoleh pada dua anak perempuan yang duduk membantu Nawa, Yohana dan Teh Lola. "Yola bisa bantu teteh, gak?"

Salah satu anak perempuan yang duduk di sana pun mengangkat kepalanya memandang Zena. "Bantu apa, Teh?" Tanya Yola.

"Bawain nasi gorengnya di dapur, kak Seno sama kak Riki cuma bawa piring aja tadi." Yola langsung mengangguk lalu beranjak dari duduknya dan berjalan menuju dapurnya.

"Lo.. masak, Ze?" Tanya Yohana ragu.

Seisi ruang tengah tersebut menengok kearah Zena dengan tatapan penasaran. Termasuk Bunda Amira dan Teh Lola yang nampak terkejut mendengar Yohana memastikan bahwa Zena memasak.

MAHEZENA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang