Jangan lupa tinggalkan jejak yah ci~
Jangan lupa komentar tiap paragraf ~
Happy reading ~
"Mereka semua bener, Jay. Anak Amerta bener. Gue cacat."
Pergerakan Jayden berhenti saat Mahesa mulai membuka suara nya. Ia mendecih pelan lalu membalikkan tubuhnya memandang Mahesa.
"Terus apa urusannya sama gue?" Tanya Jayden.
Pertanyaan Jayden membuat Skala dan Juna mendecak menahan sebalnya. Riki dan Seno saling melemparkan pandangan nya bingung satu sama lain. Sedangkan Jakas, matanya terkunci pada netra milik Mahesa, tatapannya sulit di artikan.
Mahesa menghela nafas panjang. pandangan nya sedikit menunduk. "Gue buta. Sebelah mata gue mengalami kebutaan. Ini semua karena kecelakaan yang menjadi alasan kenapa gue gak dateng ke festival waktu itu."
Mendengar itu rangang Jayden mulai mengetat, matanya yang bergetar menatap tajam Mahesa, kedua sisi tangannya juga mengepal. Terkejut, kecewa, dan ada perasaan lain yang terbesit dalam dirinya namun tak bisa terjelaskan.
*Flashback on
Di sebuah ruangan cukup luas yang di penuhi oleh beberapa alat musik tersusun rapi pada tempat nya. Di ruangan itu juga sudah terdapat enam laki-laki tengah bergulat dengan alat musiknya masing-masing, musik yang mereka mainnya berirama dan cukup terdengar bising jika di telingan orang yang tidak menyukai musik band.
Salah satu dari mereka berdecak sebal dan menghentikan permainan bass di tangan nya. Mau tak mau kelima laki-laki yang juga ada di sana menghentikan gerakan tangannya.
"Ini udah jam berapa? Mahesa belum dateng dari tadi. Kita harus latihan dulu sebelum tampil," gerutu Jayden.
"Terusin aja dulu latihannya. Gue udah kabarin dia buat cepet-cepet dateng, tapi emang belum ada respon lagi, hp dia gak aktif."
Riki yang duduk di pojokan mengangguk setuju dengan perkataan Jakas lalu menatap Jayden. "Lagian kita juga udah sering latihan."
Jayden mendecak untuk kesekian kalinya. Ia meraih handphone yang terletak pada nakas di dekatnya. Laki-laki itu terlihat mencoba menghubungi Mahesa namun tak ada respon darinya. Frustasi Jayden sudah memuncak.
Helaan nafas Jakas terdengar samar, lalu laki-laki itu melepaskan tali bass yang terkait pada bahunya. Hal itu membuat kelima laki-laki yang ada di ruang tersebut menoleh kearah nya.
"Biar gue susul ke rumahnya." Jakas meraih handphone nya yang terletak di nakas yang sama dengan letak handphone milik Jayden tadi.
Jakas membuka pintu ruang tersebut dan pergi meninggalkan teman-temannya yang masih menatapnya dengan tatapan bingung.
Juna menghela nafas dan berjalan menuju sofa manjang berwarna kuning yang ada di ruangan itu. "Mahesa gak pernah kaya gini tiba-tiba. Gak ada kabar. Dan kayaknya Jakas khawatir."
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHEZENA [END]
Teen Fiction[ HARAP FOLLOW SEBELUM BACA ] Menceritakan tentang seorang laki-laki yang belum bisa melihat titik keindahan dalam semesta dan seorang perempuan yang hanya bisa mendengar kesunyian dalam hidupnya. Mahesa dan Shazena yang dipertemukan dalam sebuah...