CHAPTER 15

24 0 0
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak yah ci~

Jangan lupa komentar tiap paragraf ~

Happy reading ~

Sudah pukul sembilan malam suasana kota Jakarta masih terbilang ramai jika hari sudah semakin malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah pukul sembilan malam suasana kota Jakarta masih terbilang ramai jika hari sudah semakin malam. Banyak kendaraan mobil dan motor yang berlalu lalang di atas aspal jalanan yang di soroti berbagai lampu kota saat itu.

Berbeda dengan suasana kota yang ramai dengan suara-suara khas jalanan, kini suasana dalam mobil yang juga tengah berjalan menyusuri jalanan kota itu nampak hening.

Ada dua orang lawan jenis sedang dalam satu mobil tersebut tanpa ada yang mengangkat suara, mereka masih terdiam. Mata sang pengemudi tengah fokus menatap lurus kedepan sedang sang penumpang yang berada di samping nya itu menatap keluar jendela pada pintu disebelahnya.

Gadis itu terdiam menikmati debaran jantung yang kini tengan ia rasakan. Tak seperti biasanya, suasana yang tidak pernah Zena rasakan saat bersama Mahesa. Saat masih di kediaman Damar tadi, laki-laki paruh baya itu meminta sang putra untuk mengantar Zena pulang seperti apa yang di minta Esta.

Saat melihat keberadaan Zena di rumahnya pun Mahesa nampak terkejut namun tak lama laki-laki itu menyemulakan raut wajahnya dan memilih untuk pura-pura tidak mengenal Zena.

Alhasil kini Mahesa dan Zena berada di mobil milik yang sama. Belum ada yang mengeluarkan suaranya sedikitpun. Zena yang masih berusaha untuk meredakan pacuan jantungnya sedang Mahesa juga tengah berpikir bagaimana cara ia menyapa Zena terlebih dahulu.

Laki-laki itu berusaha untuk tidak membuang kesempatan berbicaranya terhadap gadis yang akhir-akhir ini berada di pikirannya.

Mahesa menoleh sesaat kearah Zena yang masih fokus melihat keluar jendela, laki-laki itu berdehem kecil. "Kenapa bisa ada di rumah saya?"

Mendengar suara berat khas Mahesa yang berhasil memecah keheningan di mobil itu membuat Zena langsung menoleh kearah sang pemilik suara.

Gadis itu terdiam sebentar seraya menelan saliva nya yang mulai serat di tenggorokannya. "Pak damar minta saya buat jadi temen les nya Esta selama satu bulan. Katanya Esta lagi siap-siap ujian, jadi saya temenin dia selama sebulan."

"Kuliah kamu gak ngerasa keganggu kalo kamu yang masih harus fokus belajar, malah harus ngebagi waktu buat nemenin Esta belajar? apalagi sampe malem kaya gini."

"Saya gak merasa terganggu sama sekali, kak. Apalagi setelah tau kalau Esta itu adik dari kak Mahesa, tentu saya lebih semangat terus buat bantuin... canlon adik ipar," ucap Zena yang mulai bisa mengontrol debaran jantungnya.

Mahesa menoleh kearah Zena yang sedang menatapnya sembari tersenyum lebar. Laki-laki itu kembali memfokuskan netranya kearah depan. Sedangkan Zena yang tak dapat respon apa-apa dari sang pengemudi itu hanya mencabikkan bibirnya manyun lantaran kesal.

MAHEZENA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang