CHAPTER 19

18 0 0
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak yah ci~

Jangan lupa komentar tiap paragraf ~

Happy reading ~

Sepasang kalau panjang berjalan menyusuri koridor, kaki yang menapakkan kaki di lantai tersebut nampak terburu-buru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepasang kalau panjang berjalan menyusuri koridor, kaki yang menapakkan kaki di lantai tersebut nampak terburu-buru. Matanya memandang lurus ke depan, kakinya membawa laki-laki itu untuk masuk kearah pintu lift yang kebetulan masih terbuka.

Ia menekan tombol lift yang berada di sebelah pintu tersebut. Setelah menekan tombol tersebut, akhirnya pintu lift yang ia tempati itu tertutup otomatis. Mata laki-laki itu tak henti-henti mengamati monitor lift yang menunjukkan angka yang bergantian.

Ting.

Suara lift mulai memberikan kode bahwa ia sudah berada di lantai yang ia tuju. Laki-laki itu keluar setelah pintunya terbuka dan berjalan kembali.

Laki-laki itu melewati sederet ruangan di koridor yang tidak begitu ramai. Ada beberapa orang yang sempat menyapanya dengan ramah namun tak di pedulikan nya. Laki-laki tetap abai terhadap sekitar, ia memfokuskan dirinya agar tetap berjalan menuju ruangan yang ia tuju.

Setelah mengajak kakinya menyusuri koridor dan beberapa kali melewati ruangan-ruangan di sana. Akhirnya tubuhnya sudah berhadapan dengan pintu ruangan yang ia tuju. Namun saat mau membuka pintu, pergerakannya tak berhasil untuk membuka pintu itu. Pintunya sudah terkunci.

Laki-laki yang tak lain adalah Mahesa itu mengerutkan dahinya tipis. Ia kembali ke ruang UKS di gedung fakultas kedokteran untuk menemui Zena, namun pintu ruang tersebut sudah di kunci.

Ia menoleh ke segala arah dan menemukan seorang laki-laki yang tengah mendorong benda beroda dengan tumbukan kardus bertumpang di sana.

"Permisi maaf, Pak. Ruang UKS udah di kunci yah?"

Pertanyaan Mahesa tentu membuat pria itu menghentikan tenaganya untuk mendorong benda tersebut. Ia memutar pandangannya pada Mahesa.

"Udah, Mas. Baru aja di kunci sih setelah yang make keluar."

"Terus mahasiswi yang ada di dalem tadi, bapak tau gak kemana?"

"Waduh saya gak tau, Mas. Kayaknya keluarnya baru banget."

Mahesa mengangguk paham kembali memandang pria itu. Ia kembali melangkahkan kakinya menjauh dari ruang itu setelah mengucapkan terimakasih kepada pria tersebut.

Dengan buru-buru Mahesa kembali memasuki lift. Laki-laki itu kini menggunakan kaos putih yang di balut dengan jaket berwarna abu-abu dan jeans hitam menutupi kaki panjangnya.

Selama di dalam lift Mahesa terdiam menyandarkan tubuhnya pada dinding lift, ia memikirkan urutan kalimat yang Skala dan Juna sematkan di pikirannya.

Perlahan Mahesa akan mencoba meruntuhkan tembok gengsinya. Ia sedang menjunjung tinggi rasa penasarannya terhadap Zena dan menepis kekhawatirannya.

MAHEZENA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang