CHAPTER 35

27 0 0
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak yah ci~

Jangan lupa komentar tiap paragraf ~

Happy reading ~

Helaan nafas berat kesekian kalinya keluar dari mulut gadis yang saat ini menggunakan dress putih sederhana selutut, rambutnya tertata rapi dengan jepitan simpel berwarna senada dengan dress yang ia kenakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Helaan nafas berat kesekian kalinya keluar dari mulut gadis yang saat ini menggunakan dress putih sederhana selutut, rambutnya tertata rapi dengan jepitan simpel berwarna senada dengan dress yang ia kenakan.

Ia menatap lurus jalanan malam yang ramai sudah menjadi ciri khas kota tersebut. Ia melamun sedari tadi sampai-sampai ia tak menyadari bahwa mereka sudah berada di tempat yang di tuju.

Laki-laki yang duduk di sampingnya pun akhirnya menoleh pada gadis itu. Ia menggenggam tangan gadis yang tak lain adalah Zena itu seolah sedang menyadarkan pandangan gadis itu.

Zena menoleh pada Mahesa yang saat ini memandang nya dengan senyuman tipisnya miliknya. Mahesa merapikan kembali rambut Zena yang sedikit berantakan.

"Kamu pasti deg-degan," ujar  Mahesa menatap mata Zena lekat.

Zena mengangguk pelan. Pandangan nya sayu karena ini adalah pertama kalinya ia pergi menemui kedua orang tuanya. Tujuh belas tahun bahkan lebih itu bukan waktu yang sebentar.

Zena memutuskan untuk menuruti permintaan Bunda Amira untuk menemui Kedua orang tuanya. Mahesa juga ikut serta memberikan Zena kata-kata yang meyakinkan hatinya bahwa gadis itu memang tak bisa terus berjauhan dengan orang tua kandung nya.

Dan akhirnya Zena mau menemui mereka setelah tujuh belas tahun lebih tak bertemu. Ia masih ingat apa yang di katakan Bunda Amira untuk meyakinkan nya. Zena tidak mau menjadi anak yang tak hormat pada orang tua nya karena sejak kecil ia di bimbing oleh Bunda Amira.

Ia mengesampingkan ego nya dan mengutamakan apa yang sudah Bunda Amira ajarkan untuk nya.

Usapan yang di timbulkan Mahesa pada pipi Zena membuat gadis itu menatapnya lekat. "Aku tau gimana kamu, Ze. Mau gimana pun mereka orang tua kandung kamu. Kamu nemuin mereka tanpa rasa terpaksa, kan?"

Zena tersenyum tipis sambil menggelengkan kepalanya. Ia meraih tangan Mahesa yang berada di pipinya nya. "Banyak hal yang pengen aku tau dari mereka." Zena terdiam sejenak. "Mas, pulang aja. Nanti aku kabarin lagi kalo udah selesai, yah."

"Kamu yakin gak mau di tungguin aja?"

"Gak usah, Mas. Katanya Mas Hesa mau kumpul sama temen-temen, kan?"

Mahesa meraih handphone nya yang berada di bawah dashboard, ia menatap ke layar benda pipih tersebut. "Kayak nya gak jadi. Skala sama Jayden gak bisa ikut, aku males ikut juga."

"Paling kak Seno sama kak Juna ngamuk."

"Kamu yakin?"

"Yakin, Mas. Kamu pulang dulu aja. Nanti aku kabarin lagi."

Mahesa menghela pasrah. Ia kembali mengelus surai Zena. Zena tersenyum melihat wajah Mahesa yang mulai memelas. "Aku masuk sekarang yah, Mas. Makasih."

MAHEZENA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang