Jangan lupa tinggalkan jejak yah ci~
Jangan lupa komentar tiap paragraf ~
Happy reading ~
Zena dan tiga temannya kini sedang duduk di antara penduduk Amerta yang juga sedang menghabiskan waktu mereka untuk duduk di taman kampus yang mampu menyejukan mata.
Taman yang di isi dengan beberapa kursi dan meja yang terbuat dari kayu kokoh dengan pohon pinus yang juga menjadi penyejuk vibes pada taman tersebut.
Letak taman yang berada di samping gedung Ontspannen. Dimana gedung tersebut hanya di khususkan untuk kantin, kafetaria dan ruang-ruang khusus masing-masing organisasi kreatif para mahasiswa Amerta.
Tak jauh dari letak taman hijau Amerta, ada lapangan outdoor khusus olahraga yang juga menjadi salah satu fasilitas milik Amerta.
Kembali lagi pada keempat gadis yang menjadi salah satu penghuni Amerta yang menghabiskan waktunya di taman. Masing-masing dari mereka sedang bergulat dengan buku dan laptop.
Nawa dan Zena tengah fokus pada layar laptop. Karena mereka berdua satu fakultas, jadi lebih sedikit memudahkan mereka untuk bekerja sama dalam tugas apapun. Apalagi masuk jurusan astronomi bukan keinginan Nawa, jadi ia terkadang harus terpaksa memahami apa yang telah di pelajari dosen-dosen jurusannya walaupun harus meminta bantuan dari Zena.
Tak jauh dari mereka duduk, ada Yohana yang juga ikut sibuk bergulat dengan iPad nya. Gadis itu tengah bergulat dengan sebuah gambar kerangka-kerangka manusia yang sudah seperti rumus-rumus matematika, bikin pusing.
Sedangkan Ibel, gadis dari fakultas hukum jurusan hukum tata negara itu juga tengah sibuk dengan layar laptop dan buku-buku tebalnya.
Helaan nafas keluar dari mulut milik salah satu keempat gadis tersebut. Ia melepas kacamatanya yang sedari terlampir di tungkal hidung nya.
"Pusing.."
Keluhan Ibel membuat ketiga temannya itu menoleh kearahnya. Gadis itu sudah merebahkan kepalanya pada meja kayu di depannya. Melihat itu, teman-temannya itu hanya menggelengkan kepalanya.
"Suruh siapa masuk hukum. Tata negara pula..." Celetuk Nawa.
"Bapak gue nih! Maksa-maksa masuk hukum padahal anaknya goblok kalo soal beginian," rengek Ibel.
"Yaudah, nikmatin aja lah, Bel. Udah terlanjur lagi, mau nyalahin siapa pun juga gak ngaruh," ucap Yohana yang masih bergulat dengan layar gadget nya.
Zena menoleh kearah Ibel sambil merangkul bahu Nawa. "Iyah, Lo liat Nawa. Temen Lo ini juga masuk astronomi karena kakak nya yang minta. Kasih tau Naw, apa aja yang Lo dapet?"
"Dapet pelajaran kalo Lo harus jadi mahasiswi yang lebih sabar menghadapi dosen yang banyak mau nya," ucap Nawa dengan wajah bangga sendiri.
Ibel yang dari tadi mengeluh itu hanya menghela nafas panjang. "Masalah nya gue harus bikin cerita kasus tiba-tiba yang sama sekali belum gue pahami. Baru semester satu udah di bikin trauma. Pelan-pelan bisa, gitu loh..."
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHEZENA [END]
Teen Fiction[ HARAP FOLLOW SEBELUM BACA ] Menceritakan tentang seorang laki-laki yang belum bisa melihat titik keindahan dalam semesta dan seorang perempuan yang hanya bisa mendengar kesunyian dalam hidupnya. Mahesa dan Shazena yang dipertemukan dalam sebuah...