CHAPTER 22

22 0 0
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak yah ci~

Jangan lupa komentar tiap paragraf ~

Happy reading ~

Sebuah kendaraan beroda empat terparkir di halaman luas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebuah kendaraan beroda empat terparkir di halaman luas. Di dalam mobil tersebut seorang laki-laki tengah duduk di kursi pengemudi menatap lurus kedepan sana. Ia terlihat tengah mengawasi sesuatu di luar mobilnya.

Tak jauh dari tempat mobilnya di parkirkan ada dua orang berlawan jenis tengah duduk saling berhadapan di kursi dan meja kayu. Suasana tempat itu penuh dengan pepohonan hijau yang menjadi kesan damai taman itu, namun terganggu oleh cuaca yang mendung dan jalanan nya yang nampak basah karena jejak hujan pagi ini.

Laki-laki itu masih menatap dua orang yang masih menampilkan wajah tenang itu, lebih tepatnya laki-laki di hadapannya masih terlihat santai, tidak seperti gadis di hadapannya yang memasang wajah cemas. Dengan tangannya yang terlipat di atas dada ia menghela nafas. Perasaan khawatir mulai menjalar lagi di dalam hatinya.

Sedangkan di sisi lain, seorang laki-laki dan perempuan yang tengah duduk berhadapan itu masih belum ada yang mengangkat suaranya masing-masing. Laki-laki yang duduk di hadapannya itu masih menatapnya seolah sedang menunggu apa yang ingin gadis di depannya itu bicarakan.

Sedangkan gadis itu masih menatap lurus meja kosong di hadapannya. Kedua tangannya yang berada di bawah meja itu mulai bergerak tak tenang. Keringan dingin di dahinya sudah muncul sedari tadi.

"Sampai kapan kita mau diem kaya gini? Kamu mau bicarain apa?"

Gadis yang tak lain adalah Yohana itu masih bungkam tanpa menatap kearah Maven. Keterdiaman gadis itu membuat Maven menghela nafas lelah.

"Kamu mau putus?"

Helaan nafas keluar dari mulut Yohana. Gadis itu mengangkat kepalanya menatap Maven, ia mencoba untuk menahan agar tak mulai emosional saat ini.

Setelah merasa mantap dan siap. Tangan Yohana mulai bergerak meronggoh tas yang ada di pangkuannya. Ia mengeluarkan benda panjang kecil yang sengaja ia bungkus menggunakan tisu.

Ia mengulurkan tespek kecil itu kearah Maven. Hal itu membuat Maven melotot terkejut lalu langsung merampas benda itu sambil menengok kanan dan kiri. Ia kembali memandang Yohana dengan tatapan perotes.

"Kamu gila? Ini tempat umum. Orang-orang bisa liat." Ucapan Maven membuat kedua tangan Yohana mengepal di bawah meja.

"Kamu liat dulu hasilnya."

Maven mengecek dua tespek di tangannya. Laki-laki itu nampak mengamati dengan tatapannya yang mulai bergetar. Entah apa arti dari tatapannya itu. Yang jelas bukan perasaan senang.

Kemudian ia kembali mengangkat kepalanya memandang Yohana yang menatap dengan tatapan datar sulit di artikan. Mata Yohana terlihat bergetar seolah menahan airmata yang memberontak untuk keluar.

MAHEZENA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang