CHAPTER 16

18 0 0
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak yah ci~

Jangan lupa komentar tiap paragraf ~

Happy reading ~

Zena berjalan menuju pintu kamarnya sambil bersenandung kecil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zena berjalan menuju pintu kamarnya sambil bersenandung kecil. Ia membuka pintu coklat di hadapannya, dimana perpaduan antara biru dan putih yang merupakan warna kegemarannya menjadi pusat saat pintu tersebut dibuka.

Kamar Zena terbilang cukup rapi dan bersih. Kamarnya itu dipenuhi dengan poto-poto nya bersama keluarga besar rumah pantinya yang dicetak dan di pajak indah pada beberapa bingkai, tak lupa ada rak kecil berisikan buku-buku tebal miliknya.

Zena memasuki kamarnya dan meletakkan tas yang di bawa sejak tadi pada kursi yang berada didekat meja belajarnya. Dari belakang, ketiga temannya masuk menyusul Zena. Ibel yang berada paling belakang pun langsung menutup pintu kamar tersebut.

Cepat-cepat ketiga gadis itu menghampiri Zena yang bersiap masuk ke kamar mandi yang terletak berhadapan dengan lemari nya. Nawa langsung menarik Zena untuk duduk di kasur. Yohana dan Ibel sudah duduk di atas kasur milik Zena, keduanya menatap Zena dengan tatapan seolah meminta penjelasan.

"Siapa yang tadi nganter Lo, Ze?" tanya Nawa langsung.

"Lo bukan tipe yang gampang di ajak nebeng sama orang kecuali sama kita," timpal Ibel.

"Lo juga bukan tipe yang mau ngerepotin orang lain kecuali sama kita," tambah Yohana juga.

Zena menyunggingkan bibirnya menatap julid kearah tiga gadis dihadapannya. "Ucapan kalian membuat gue gak minat cerita sama kalian."

Nawa memicingkan matanya menatap Zena. "Lo di anter pak Damar itu, sampe cengengesan gini?"

Ibel menganga tak menyangka mendengar ucapan Nawa kemudian memusatkan perhatiannya kearah Zena. "Lo pindah haluan, Ze?"

"Lo udah gak ngegilain kak Mahesa? Tipe lo sekarang suami orang, Ze?" Yohana juga ikut menimpali dengan pertanyaannya itu.

Zena menunjukkan senyuman terpaksa nya menatap ketiga temannya dengan tatapan jengkel. "Sembarangan banget yah suudzon nya, sialan. Otak doang pinter, masa seleranya suami orang. Gak mungkin lah."

Nawa, Ibel dan Yohana menatap lega pada Zena. Sebelum Zena pulang ke rumah panti tadi, ketiga temannya itu mengobrol dengan Bunda Amira dan Teh Lola. Bunda Amira mengatakan bahwa Zena pergi ke rumah pak Damar untuk menjadi teman les anaknya. Ketiganya juga paham betul bahwa Zena memang selalu terobsesi dengan pekerjaan sampingan.

Bunda Amira selalu melarang Zena untuk bekerja sampingan yang dapat memberatkan dirinya, tapi selain itu Zena juga sangat ingin membantu keuangan Bunda Amira dan rumah panti.

Selama ini Zena dan anak panti lainnya selalu bergantung kepada Teh Lola karena Teh Lola satu-satu orang yang bisa membantu keuangan dalam hidup mereka selama ini. Selain itu Bunda Amira juga membuka usaha jualan kue yang ia buat saja.

MAHEZENA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang