6. KHAWATIR

787 79 4
                                    

Isagi berlari kencang di sepanjang lorong koridor, membuat seluruh perhatian tertuju kepadanya. Tapi Isagi tidak menggubris hal itu, karena yang terpenting baginya saat ini adalah keadaan sahabatnya.

Pagi ini Isagi mendengar kabar bahwa Kurona berkelahi dengan anak kelas 3 yang sempat mengganggunya kemarin. Isagi sama sekali tidak menyangka jika Kurona akan melakukan pembalasan demi dirinya dan itu membuatnya semakin merasa bersalah.

Brakk!!

Suara dobrakan pintu terdengar keras membuat semua orang yang berada di dalam terlonjak kaget. Pandangan gadis bersurai blueberry itu tertuju kepada Kurona yang tengah duduk dengan luka yang sedang diobati oleh Hiori. Kurona tersentak, bagaimana Isagi tahu bahwa dirinya berada di UKS sekarang.

“Yo-Yoichi? Apa yang lo lakuin di sini? Se-seharusnya kan lo lagi rapat di ruang osis sekarang..” Kurona bertanya dengan gugup.

Isagi tidak menjawab. Ia menulikan semua ucapan yang keluar dari mulut Kurona sembari memberinya tatapan tajam. Orang yang ditatap semakin dibuat takut sampai keringatnya bercucuran deras. Isagi jika sedang marah sangat menyeramkan tau! Bagaimana jika setelah ini Isagi akan membunuhnya.

‘Ya tuhan, tolong bantu hambamu yang sedang kesulitan ini! Hambamu ini masih belum siap buat mati duluan. Saya masih pengen nikahin Isagi lalu bangun rumah tangga bareng dia!

“Psstt, Hiori bantu gue napa!”

Aura kematian dari Isagi semakin membesar. Hiori hanya memegang pundak Kurona seolah-olah memberikannya semangat lalu pergi begitu saja meninggalkannya sendiri.

‘Hiori kampret! Gue malah ditinggal sendiri. Awas aja lo nanti!Kurona mengumpat di dalam hatinya. Merutuki sikap Hiori yang asal main pergi saat dirinya sedang merasa kesulitan.

Kurona semakin dibuat gemetar ketika Isagi berjalan mendekat ke arahnya. Ya Tuhan, Kurona belum siap untuk mati sekarang, dosa-dosanya masih terlalu banyak.

Namun hal tak terduga terjadi. Isagi tiba-tiba memeluk erat dirinya, membenamkan wajahnya di dada milik Kurona. Mereka berdua terdiam sampai suara isakan kecil terdengar.

“Bodoh.” Gumam Isagi pelan, tapi masih bisa di dengar oleh gendang telinga Kurona.

“Lo pikir dengan ngelakuin hal bodoh kayak gitu bisa ngebuat diri lo keren? Lo udah bikin gue bener-bener khawatir, tau gak! Gara-gara ngebelain gue, lo malah jadi terluka begini. Hiks.. gue harus bilang apa nanti sama tante kalo dia ngeliat keadaan lo yang begini, Huaa!”

Kurona tersentak ketika Isagi tiba-tiba mengocehinya lalu menangis dengan kencang. Segitu khawatirkah Isagi kepadanya?

“Sstt, udah-udah, Yoichi jangan nangis lagi. Gue beneran baik-baik aja, cuman luka dikit doang, ini gak sakit sama sekali kok.” Kurona mengusap punggung lembut punggung mencoba menenangkan.

“Bohong! Pipi lo dipukul sampe bengkak kayak gitu masih dibilang gak sakit? Kalo mau bohong cari alesan yang pinter dikit lah, supaya orang bisa percaya.”

Jadi maksud Isagi secara tidak langsung dia mengatakan kalau Kurona bodoh gitu? Sudahlah! Kurona tidak mau memperpanjang perdebatan ini lagi.

“Ma-maaf..” Kurona menciut. Kurona memilih untuk mengalah saja.

“Nana, tolong jangan ngelakuin hal gegabah kayak gitu lagi. Gue nggak mau lo terluka.”

Isagi semakin mempererat pelukannya membuat wajah Kurona semakin memerah. Siapapun yang melihat mereka sekarang pasti akan merasa sangat iri. Kurona merasa sangat beruntung karena telah dipeluk oleh seorang bidadari cantik.

𝐈𝐒𝐀𝐆𝐈 𝐘𝐎𝐈𝐂𝐇𝐈 '𝐅𝐞𝐦. 𝐕𝐞𝐫𝐬𝐢𝐨𝐧' || 𝗕𝗹𝘂𝗲𝗟𝗼𝗰𝗸 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang