"KAAAK!!!" Seoho melambai ke arah sesosok pria dalam coat panjang yang baru keluar dari gerbang imigrasi.
Seokjin menoleh, matanya membulat penuh kerinduan. Senyumnya melebar seiring langkahnya makin mendekat ke pria berjaket abu-abu yang selama enam bulan ini hanya bisa dilihatnya melalui layar.
"Hai..."
"Kaaak!!!" Belum sempat Seokjin mengucapkan apapun, pelukan yang begitu kuat melingkari lehernya.
Bukannya senang, Seokjin justru mematung. Ia menengok kanan kiri dengan panik. Tapi tidak seorangpun yang memperhatikan mereka.
Maka dengan perlahan dielusnya punggung Seoho. "Apa kabar?"
"Setengah tahun nggak ketemu yang ditanya apa kabar?"
Seokjin terkekeh. Betapa rindunya ia mendengar langsung nada suara judes dan rewel dari kekasihnya ini. "I Miss you."
"Gitu donk."
"Lu kangen gue nggak?"
"Pelukan aku masih kurang kenceng? Atau pengen dicekek biar makin jelas kangennya aku segede apa?"
Seokjin tidak tahan. Ia tertawa kecil sambil melingkarkan pelukan di pinggang Seoho. "Cekeknya nanti aja. Ada waktu dan tempatnya."
"Ooh, naughty naughty." Seoho melepaskan pelukannya lalu memandangi Seokjin tajam. "Nggak nakal kan disana sendirian?"
"Bukannya pertanyaannya harusnya buat lu?"
Seoho cemberut.
"Jangan manyun gitu." Seokjin berbisik. "Gue jadi pengen cium lu."
"Cium aja. Disini nggak apa-apa."
"Oh..." Seokjin kembali mematung, kembali melempar pandang ke senatero bandara yang ramai.
"Take your time. Nanti juga biasa." Seoho menggamit tangannya. "Kak Seokjin bisa ciumin aku semaunya di rumah. Yuk."
Ia menarik koper Seokjin dan terlihat kecewa. "Kok, bawaannya sedikit kak? Aku kira bakalan paling nggak setahun disini."
"Miskom deh. Paling lama setahun." Seokjin merasa bersalah harus meralat yang ia yakin akan membuat Seoho kecewa. "Lagian ada kemungkinan gue harus bolak-balik, jadi bawa yang essential aja."
"Oh gitu..." Benar kan, Seoho menghela napas murung.
"Bisa beli atau pake yang lu dulu kan?"
Seoho tersenyum, biarpun lebih seperti menghibur diri sendiri karena matanya masih terlihat sedih. "Iya. Pake aja."
"Lu udah makan belum? Gue lapar."
"Di pesawat nggak makan? Pas transit?"
"Nggak selera lihat harganya."
"Iya sih, emang mahal." Seoho menggamit tangan Seokjin. "Kalau gitu jangan makan di bandara. Aku tau cafe yang enak, tepat di tengah rute ke rumah. Mau makan disana?"
Seokjin tiba-tiba merengek. "Masakkin donk."
"Nanti sakit perut kalau nunggu aku beres masak."
"Nggak akan." Seokjin mengayun tangan mereka yang terpaut erat. "Mau ya?"
"Mau donk. Buat Kak Seokjin apa yang nggak?" Tiba-tiba Seoho menarik bahu Seokjin lalu melayangkan ciuman ke pipinya.
Seoho tergelak sewaktu Seokjin memekik dan sontak mendorongnya. Ditatapnya Seokjin yang menatapnya balik dengan cemberut. Lembut disapunya bekas ciumannya dengan jarinya. "Akhirnya, bareng lagi. So happy."
〰️〰️〰️🔸🥡🔸〰️〰️〰️
"Kok, kecil..."
"Apanya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Takeaway Days [COMPLETED]
Fanfiction⚠️ 21+ Underage jangan baca ⚠️ Sequel Dinner Days, bagian terakhir dari Days saga. Tinggal bersama tidaklah semudah yang dibayangkan. Dan saat kenyataan hidup menghantam begitu kencang, Seokjin dan Seoho hanya bisa berharap realita akan sejalan deng...