8

53 2 0
                                        

"Seokjin, lu kok masih di kantor?" Kepala Yoongi menongol dari pintu divisi manajemen. "Katanya mau perayaan Seoho dapet photoshoot majalah?"

"Hah?! Ya ampun gue lupa. Duuuh, mana kerjaan gue belum beres Gi."

"Dia nggak chat lu? Kok tumben."

"Sekarang kalau gue lagi full dia nggak pernah ngechat. Biar nggak ganggu katanya."

Tetapi Seokjin mengambil ponselnya. Melenguh melihat angka notifikasi 3 digit.

Langsung ditandainya"read all" dan angka notifikasi semuanya langsung menghilang. Ia tahu sebagian besar adalah chat dari klien yang bisa menunggu sampai jam kerja besok.

"Baru jam 10 sih." Yoongi berteriak lagi. "Gue dan Geonhak kayaknya masih bisa ikutan kalau lu mau perayaan di bar?"

"Gi, kerjaan gue belum beres!" Seokjin menggebrak meja.

"Nah, lu ngomel itu tandanya udah stress dan butuh minum itu." Yoongi malah nyengir.

Keduanya saling tatap beberapa lama, hingga akhirnya Seokjin melengos. Merapikan laptopnya sambil memberi tatapan galak ke Yoongi. "Kalau gue nggak bisa menuhin deadline, itu salah lu."

Yoongi terbahak sambil menepuk punggung Seokjin. "Gue pulang dulu, mau mandi. Kabarin aja time & place ya. Wine, here we come!"

〰️〰️🔹🥡🔹〰️〰️

"Seoho, lu sudah pulang?" Seokjin berteriak kencang melihat sepasang converse oranye tergeletak di lantai apartemen mereka. "Capek nggak? Kita minum-minum yuk sama Yoongi dan Geonhak."

"Seoho, lu dimana?" Ia berteriak makin kencang sewaktu tidak ada jawaban.

Dibukanya pintu kamar tambahan yang jadi ruang kerja dan syuting konten Seoho. Tapi kamar itu kosong.

Ia tidak bisa menahan senyum. Beberapa hari lalu mereka sudah membicarakan untuk keluar minum merayakan proyek besar pertama Seoho.

Seokjin agak malu karena lupa dengan rencana ia sendiri. Apakah Seoho baru pulang juga? Kalau benar, baguslah. Artinya Seokjin tidak membuat Seoho menunggu terlalu lama.

Suara air shower menarik perhatian Seokjin. Cepat-cepat ia menuju kamar mandi yang tertutup rapat. Tapi langkahnya dengan cepat terhenti di depan pintu. Kenapa begitu dingin?

Seal pintu kamar mandi mereka sudah tua dan tidak begitu rapat. Saat mandi air panas, uap akan merembes keluar dan membuat udara di depan pintu teraza hangat dan lembab.

Disentuhnya pintunya, dingin. Mendadak muncul perasaan tidak enak. "Seoho?"

Tidak ada jawaban. "Seoho, lu di dalam?"

"Kaak..."

"Ho, lu ngapain mandi air dingin di winter begini? Mau jadi pertapa kayak di anime kesukaan lu itu?"

Tidak ada jawaban lagi. Dahi Seokjin berkerut. Harusnya candaan dia tadi akan menerima rentetan omelan balik dari Seoho, yang paling tidak suka tontonannya disindir.

"Gue masuk ya?"

Tidak ada jawaban. Pelan-pelan Seokjin membuka pintu kamar mandi. Berjaga-jaga Seoho menyiapkan kejutan aneh-aneh saat pintu terbuka.

Ia memekik melihat Seoho duduk memeluk dirinya sendiri di bawah air yang mengalir deras. Jemarinya membiru menggenggam erat ponselnya di dadanya. Kamar mandi begitu dingin sampai Seokjin sendiri menggigil.

Disambarnya handuk, ditariknya Seoho dari bawah air lalu diseretnya masuk ke kamar mereka yang lebih hangat.

"Lu ngapain sih sebenarnya..." Seokjin menjerit panik. Seoho kaku nyaris seperti daging yang baru dikeluarkan dari kulkas. Bibir dan ujung kukunya membiru. Dan ia gemetar hebat.

Takeaway Days [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang