6.

82 4 7
                                    

"Seokjin, kamu datang lagi mon cheri." Michel langsung bangkit dan tergopoh menghampiri Seokjin.

"Cuma memastikan saja semuanya lancar." Seokjin melempar pandang ke arah Jimin yang sedang sibuk dengan laptop dan ponselnya di meja yang penuh berisi berbagai kamera dan lensa.

"Lancar donk, kan kamu penanggung jawabnya."

Seokjin tidak menjawab karena bersamaan Jimin menyadari kehadirannya. Mulut Seokjin komat-kamit menyuarakan pertanyaan, yang dijawab Jimin dengan kode jari bahwa semuanya oke. Seokjin langsung menghela napas lega.

Setelah negosiasi yang alot baik dengan Michel dan Yoongi, akhirnya diputuskan hanya beberapa model terpilih yang akan melakukan photoshoot ulang.

Untunglah Paul Manon, si fotografer Perancis bersedia mengosongkan jadwalnya untuk Michel. Tidak seperti yang dikhawatirkan Seokjin, walaupun ternyata ia fotografer fashion yang sangat terkenal, tapi syukurlah ia tidak rewel sehingga semuanya terasa begitu mudah.

Terlalu mudah malah, sampai Seokjin cemas sendiri.

Dan itu jugalah alasan Seokjin ada di tempat yang hiruk pikuk ini. Ia melirik ke jajaran meja rias, dan matanya langsung bertemu dengan mata Seoho yang memperhatikannya melalui cermin.

Sekilas wajah Seoho memerah, dan ia langsung mengalihkan pandangannya. Seokjin tidak bisa menahan senyumnya. Lucu sekali.

Pelukan di bahunya membuat Seokjin langsung memutar tubuhnya. Dan matanya langsung tertumbuk pada cincin berlian besar di depan matanya. "I said yes." Michel nyengir lebar, tidak bisa menyembunyikan kebahagiannya.

"Oh.. Congratulations." Seokjin langsung memberi pelukan hangat, walaupun rasa yang aneh memenuhi dadanya.

Enam tahun lalu saat Michel pertama kali menjadi klien tempat kerja Seokjin, adalah juga saat dimana ia mulai dekat dengan kekasihnya. Bahkan di dunia fashion sekalipun, ternyata tabu bagi desainer untuk berkencan dengan modelnya.

Apalagi kalau modelnya itu 15 tahun lebih muda, baru memulai karir dan datang dari negara yang taraf hidup penduduknya lebih rendah daripada Perancis.

Seokjin yang saat itu juga masih AE junior dan belum mampu menolak keinginan klien, menjadi tempat sampah curhatan kehidupan cinta Michel.

Mungkin itu juga yang membuat hubungan mereka sedikit lebih dekat dibandingkan sekedar klien. Dan itu juga yang membuat Seokjin sulit menghalangi perasaan pribadinya untuk tercampur dalam pekerjaan ini.

Ia menggigit bibirnya, berharap Michel tidak memperhatikan perubahan suasana hatinya. "So, kapan weddingnya?"

"I don't know, sweety. I still can't get his proposal out of my head. Kau tau tidak kalau ia menyewa kapal buat kami berdua saja menyusuri sungai Han..."

Seokjin tidak tahu apalagi yang dibicarakan Michel. Cerita serunya terdengar seperti kaset rusak di telinga Seokjin.

Tanpa sadar matanya mencari Seoho, minta diselamatkan dari pembicaraan yang tidak ingin didengarnya ini.

Tapi Seoho sama sekali tidak memperhatikan Seokjin. Ia sudah bersiap di tengah set photoshoot, mengangguk-angguk mendengarkan pengarahan.

Setelah beberapa lama memandang penuh harap, Seokjin menyerah. Saat Michel menarik napas diantara cerocosan kalimat, Seokjin buru-buru memotongnya.

Untungnya Michel sungguh profesional sehingga tidak menghentikannya sedikitpun waktu Seokjin beralasan harus kembali ke kantor untuk koordinasi dengan tim produksi.

Walaupun sebenarnya begitu sampai di luar lokasi syuting, Seokjin langsung menaiki bus menuju ke apartemennya. Ia tidak ingin bertemu siapapun hari ini.

Takeaway Days [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang