12.

65 3 0
                                    

Hi reader, sebelum baca tolong kasih vote dulu ya untuk bantu story ini naik di algoritma nya Wattpad. Thank you n selamat membaca.

〰️〰️💠💠💠〰️〰️

"Kak, itu udah aku buatin list sertifikasi dan tes bahasa Inggris biar Kak Seokjin lebih gampang dapat kerja di Australia ya."

Seokjin yang baru selesai mandi melirik sobekan notebook di meja makan dengan tulisan Seoho diatasnya. Bukan cuma link, tapi sampai beberapa tips dan alamat serta nomer telepon tempat kursusnya dituliskan disana.

"Thanks." Seokjin mencoba terdengar antusias. Tapi diletakkannya lagi kertas itu begitu saja. "Udah beres packing nya?"

"Udah. Aku nggak bawa banyak-banyak kok. 1 koper aja sama 1 backpack."

"Kalau ada yang ketinggalan?"

"Ya tinggal beli aja disana." Seoho tertawa. "Australia kan mirip aja sama disini kak."

"Ah? Ah, iya." Seokjin mengacak-acak rambutnya yang masih basah. Ia tertawa kecil menertawai kebodohannya sendiri.

Cepat-cepat ia masuk ke kamar mereka karena tiba-tiba merasa matanya basah dan tenggorokannya tercekat.

Di kamar dibukanya lemari pakaian untuk mengambil piyama. "Babe, kamu nggak bawa jaket?" Ia langsung berteriak melihat tumpukan hoodie Seoho masih menggunung.

"Nggak kak. Disana panas." Seoho balas berteriak.

Seokjin merangsek meja rias mereka. Menyambar sebotol sunscreen. "Kalo gitu jangan lupa..."

Mendadak ia menunduk. Air matanya menetes ke lantai. Ditutupnya wajahnya dengan kedua tangannya, meredam isaknya supaya tidak terdengar.

Beberapa minggu belakangan, bagaikan surga baginya. Ia dan Seoho hanya berpisah waktu ia bekerja. Seoho diam di rumah seharian setelah keluar dari semua part-timenya.

Seokjin berani bilang itu masa terdamai dalam hubungan mereka. Ia senang bisa mengobrol panjang lebar setiap malam sampai salah satu ketiduran duluan.

Dan Seokjin bisa lagi merasakan masakan Seoho. Masakan aneh-aneh dengan kombinasi bahan luar biasa. Beberapa, sungguh diluar nalar. Tapi seperti dulu, Seokjin tetap memakan habis semuanya.

Tapi segalanya ada akhirnya. Malam ini ia hanya bisa memandangi punggung kekasihnya yang sibuk merapikan koper, memasukkan gadget dan buku-bukunya. Besok sore Seoho akan meninggalkannya pergi ke negara lain. Dan lusa, mereka akan tidur sendirian, terpisahkan jarak ribuan kilometer.

Ia tidak bisa menahan emosinya lagi. Ia ingin menahan Seoho untuk tidak pergi. Tapi ia tidak bisa.

Cinta yang sesungguhnya adalah mendukung orang terkasihmu untuk berkembang. Dan Seokjin akan melakukannya karena itu adalah hal yang benar.

Jadi saat ini yang bisa ia lakukan hanyalah menangis tanpa suara setiap kali ia sendirian.

Sentuhan lembut di tangannya membuatnya tersadar bahwa Seoho tahu. Kini keduanya bertatapan, dan jari-jari itu hangat mengelus pipi Seokjin yang basah. "Sayangnya Seoho kenapa?"

Seokjin menggigit bibirnya. "I Miss you already." Ia menggumam.

"Me too."

"Gue tau harusnya nggak usah ngerasa gini. Lu sering keluar negeri sendiri. Lu bakal baik-baik aja. Gue bisa langsung chat atau video call lu kalau kangen." Seokjin menunduk. "Tapi gue khawatir. Gue takut."

"Kenapa?"

"Segalanya..." Seokjin menggigit bibirnya. "Gue cuma bisa mikirin yang jelek-jelek sekarang."

Takeaway Days [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang