16. Help Me

32 0 0
                                    

"kak, mulai kerjanya kapan?"

"Hari Rabu, tiga hari lagi."

"Kok aneh sih mulai kerja di tengah minggu?" Seoho bertelekan di meja sambil satu tangannya mengaduk-aduk spaghetti yang sudah setengah habis di depannya.

"Karena katanya Senin itu mereka meeting strategi kantor. Terus Selasa meeting tim produksi. Jadi, ya, Rabu."

"Bukannya Kak Seokjin harusnya ikutan meeting strategi?"

"Ikutan yang Minggu depannya, biar gue nggak bengong-bengong amat."

"Ah ya ya ya" Seoho manggut-manggut.

Ia melempar pandang ke arah taman bermain tempat kencan mereka hari ini. Ia seharusnya kuliah, tapi Seokjin sangat ingin bisa kesini setelah kencan di taman bermain terakhir mereka berakhir pada pertengkaran.

Seoho tersentak saat sentuhan terasa di punggung tangannya. Tapi lalu ia tersenyum mengetahui kalau itu adalah Seokjin yang dengan hati-hati menyentuhnya.

Seokjin celingukan. Saat yakin tidak ada yang memperhatikan, ia menggenggam tangan Seoho. Lalu celingukan lagi.

Terus begitu sampai akhirnya jari mereka terjalin dan Seokjin mengeluskan pipinya di tangan Seoho yang jemarinya saling menjalin.

Ia tersenyum. Terlihat begitu bahagia. Apalagi sewaktu ia memberanikan diri mengecup tangan Seoho, dan Seoho dengan santainya menarik genggaman mereka dan balas mengecup punggung tangan Seokjin.

"Ah..." Seokjin tercekat. "Andaikan gue lebih kaya dan bisa pindah kesini dari dulu."

"Kalau gitu kita nggak akan ketemu."

"Tetep ketemu kalau jodoh."

"Kalau sampe Kak Seokjin pindah kesini dulu, mungkin udah nikah sama bule sekarang."

"Mungkin."

"Tapi katanya orang kulit hitam lebih gede loh kak." Seoho menggodanya mengedipkan sebelah mata.

"Heh! Not in front of my steak." Seokjin mengeplak kepala Seoho.

Seoho tertawa, tapi langsung terdiam dan kembali memandang ke kejauhan.

"Ho, jadi kita beneran bisa married disini?"

Seoho tidak mendengar omongan Seokjin. Ia terlalu sibuk dengan keributan di dalam kepalanya.

"Ho?"

"Seoho?"

"Oh, eh iya kenapa kak?"

Seokjin menyeka bibirnya dengan tisu. Menggeleng pelan. "Nggak ada apa-apa. Eh, lu kok mendadak keringetan gini? Panas ya disini?" Ia menatap langit yang sedikit mendung, lalu menepuk-nepuk tisu dengan hati-hati ke kening Seoho.

"Udahan aja yuk makannya. Mau main apa lagi?"

"Rollercoaster."

"Lagi?"

"Yep."

"Kita udah naik rollercoaster tiga kali." Seokjin merengek.

"Ya udah. Ayo naik buat keempat kali." Seoho berdiri lalu mengulurkan tangannya.

"Dasar adrenaline junkie. Kalau bukan lu yang minta, ogah gue berasa kayak mau mati berkali-kali." Seokjin langsung melompat berdiri, dan menggenggam tangan Seoho begitu kencang.

"You're so cute when you're afraid, kak." Seoho merapikan poni Seokjin. "That's why I love you."

〰️〰️〰️🔸🥡🔸〰️〰️〰️

Takeaway Days [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang