TW: Kekerasan seksual. Skip chapter ini apabila dianggap triggering.
〰️〰️💠💠💠〰️〰️
Seoho memercikkan air ke wajahnya yang tertutup makeup tebal. Ia tersenyum lebar.
Ia merasa bangga dan senang ditawari langsung oleh Paul Manon, fotografer di fashion show Michel Fountaine untuk menjadi modelnya.
10 halaman fashion spread di majalah fashion bergengsi, tanpa casting. Mengenakan busana rancangan desainer ternama yang baru kembali dari Milan fashion week. Difoto oleh fotografer kelas dunia yang datang ke Korea hanya untuk beberapa minggu.
Portfolionya akan sangat luar biasa. Ia yakin, selanjutnya pekerjaan akan mengalir deras.
Tapi ternyata, Seokjin jauh lebih bersemangat. Semalam ia sampai tidak bisa tidur. Padahal pekerjaan Seokjin sendiri sedang menumpuk.
Sudah beberapa hari ini Seokjin kembali pulang pagi, dan di jam kerja nyaris mustahil bisa menghubunginya.
Ia harus menghadiri berbagai meeting evaluasi proyek peluncuran brand Michel Fountaine yang baru beres minggu lalu. Ditambah masa evaluasi kinerja AE junior menjelang deadline. Juga ada beberapa proposal proyek yang harus ia bereskan.
Seoho merapikan poninya. Tidak apa-apa. Sudah biasa. Hari ini, jam berapapun Seokjin pulang, dia akan menunggunya karena pemotretan ini tidak akan terjadi tanpa dukungannya.
Seoho mulai cekikikan sendiri membayangkan reaksi Seokjin nanti malam melihat makeupnya yang luar biasa.
Sangat jarang ia dimakeup hingga tampak begitu maskulin. Dielusnya tulang pipi dan rahangnya, mengagumi contour dan highlight yang membuat wajahnya terlihat begitu berbeda.
Dikirimkannya selfie ke Seokjin. Lalu menghela napas melihat belasan pesan yang ia kirim dari pagi belum ada satupun yang dibaca Seokjin.
"It's alright, Seoho. He's just busy. That's all." Seoho berbicara pada dirinya sendiri. Diketiknya beberapa pesan, pura-pura marah karena Seokjin terlalu sibuk. Tapi kesananya ia malah tertawa sendiri karena chatnya terlalu dramatis dan menggelikan.
"You seems so happy."
Suara berat dan keriut kencang pintu toilet mengejutkan Seoho. Ponselnya terlempar, jatuh ke bagian belakang toilet cabinet, dibawah kotak penyimpanan tisu dan alat pengering tangan.
Tapi ia tidak segera mengambilnya, ada yang lebih penting. Dengan cepat ia berbalik, memasang senyum lebar sebelum membungkuk dalam-dalam. "Monsieur Manon."
"Hasil foto kamu bagus. Kamu punya bakat." Laki-laki kulit putih tinggi besar berusia 40an berkacamata frame kuning neon itu mencuci tangan di wastafel sebelah Seoho. "And it's easy to communicate with you. Your English is really good."
Seoho sumringah. "Terima kasih."
"Sebenarnya, saya masih ada proyek buat fashion spread majalah On Sleek sebelum balik ke Perancis minggu depan. Apa kamu tertarik jadi model saya lagi?"
Seoho membelalak. On Sleek adalah majalah fashion yang lebih terkenal daripada Cotton yang ia lakukan pemotretan hari ini.* "Tentu. Ah... maksudku... terima kasih. Ya, saya tertarik."
"Kamu tau kan style fotografi saya?"
Tawa Seoho menghilang. Ia memaki dirinya sendiri yang lupa kalau Paul Manon terkenal dengan fotografi yang cenderung erotis. "Ng, I-iya."
"Kamu keberatan nggak lepas baju lebih banyak daripada tadi?"
"Ng..." Pemotretan tadi saja kebanyakan ia hanya mengenakan jaket dan celana pendek, bahkan ada yang hanya biker shorts. Apa lagi yang harus dilepas?

KAMU SEDANG MEMBACA
Takeaway Days [COMPLETED]
Fanfiction⚠️ 21+ Underage jangan baca ⚠️ Sequel Dinner Days, bagian terakhir dari Days saga. Tinggal bersama tidaklah semudah yang dibayangkan. Dan saat kenyataan hidup menghantam begitu kencang, Seokjin dan Seoho hanya bisa berharap realita akan sejalan deng...