Bab 4

91 18 0
                                    

~TOBY~

"Sebenarnya, apa tujuan Mommy dan Daddy mengajak Flora ke sini?", aku mulai berbicara dengan orang tuaku.

"Sudah jelas bahwa kedatangan Flora ke sini adalah untuk bekerja, bukan?", ibuku menjawab dengan santai.

"Aku tidak percaya dengan alasan itu. Kalian pasti punya maksud tersembunyi dengan membawa wanita itu kemari, bukan? Jika tujuannya hanya bekerja, kalian tidak akan dengan mudah menempatkannya sebagai asisten pribadiku.", aku tetap saja skeptis.

Ayah dan ibuku saling menatap. Kemudian, mereka kembali menatapku.

"Oke. Kami akan jujur padamu. Alasan sebenarnya kami membawa Flora ke sini adalah karena kami ingin mendekatkan dia denganmu."

Aku tertawa remeh tidak percaya dengan pengakuan mereka.

"Apa? Itu alasan yang konyol."

"Kami sudah pernah mengatakan padamu bahwa kami tidak menyukai Tracey, bukan? Tapi, kau tetap keras kepala dan enggan memutuskannya."

"Tentu saja aku tidak akan memutuskan Tracey. Karena aku mencintainya."

"Sadarlah, Toby. Tracey itu bukan wanita yang baik. Dia membawa pengaruh buruk bagimu. Sejak kau berhubungan dengannya, kau jadi menjauh dan semakin keras kepala."

"Itu bukan salah Tracey, Mom. Sejak dulu, karakterku memang seperti ini."

"Tidak. Dulu, kau adalah pria yang baik. Kau tidak keras kepala seperti ini. Tapi, wanita itu membuat kau berubah menjadi liar dan pembangkang."

"Oke. Kalau kalian menilai Tracey membawa pengaruh buruk bagiku, sekarang katakan padaku apa istimewanya wanita yang kalian bawa itu. Mommy dan Daddy bahkan tidak mengenalnya."

"Jangan salah, Toby. Kami mengenal keluarga Grant dengan sangat baik. Kami tahu bagaimana cara mereka mendidik putri mereka. Dan kami juga mengenal Flora sejak dia masih kecil. Kami paham betul bagaimana latar belakangnya. Dia adalah wanita yang baik dan berasal dari keluarga baik-baik."

"Tapi, dia tidak sepadan dengan keluarga kita, Mom, Dad."

"Perhatikan ucapanmu, Son! Kami tidak pernah mengajarimu untuk menilai seseorang hanya berdasarkan status sosialnya. Sejak kapan kau berubah jadi pria yang sombong seperti ini?", ayahku tampak geram.

Oke. Kali ini, aku mungkin berlebihan. Sikapku tadi memang buruk dengan menilai Flora berdasarkan status sosialnya. Namun, dalam hati aku tetap tidak bisa melihat sisi menarik dalam dirinya hingga membuat dia terasa pantas untuk disandingkan denganku.

"Oke. Baiklah jika memang itu yang Mommy dan Daddy inginkan. Kalian boleh tetap berusaha mendekatkan wanita itu padaku. Tapi, di sisi lain aku justru akan berusaha untuk terus mendorong wanita itu agar menjauh dariku.", kataku yang mulai merasa bahwa di antara kami pasti tidak ada yang mau mengalah dalam perdebatan ini.

"Apa kau ingin bertaruh? Kami yakin bahwa kehadiran Flora di dekatmu pasti akan bisa mengubah perasaan dan penilaianmu terhadap dirinya dengan cepat. Karakter dan pesonanya pasti akan berhasil mencuri hatimu."

Aku tertawa remeh atas ucapan ayahku.

"Apa kata Daddy? Flora akan berhasil mencuri hatiku? Itu tidak mungkin, Dad. Karena di hatiku sudah ada Tracey. Tapi, baiklah jika Mommy dan Daddy ingin bertaruh demikian, aku akan menerimanya. Namun, sebagai gantinya, jika dalam waktu enam bulan perasaanku pada Flora tetap tidak berubah, maka Mommy dan Daddy harus merestui hubunganku dengan Tracey.", kataku tidak mau kalah.

"Sungguh, kenapa kalian malah melakukan taruhan seperti ini?", ibuku protes karena sejak tadi antara aku dan ayahku tidak ada yang mau mengalah.

"Oke. Daddy menerima tantanganmu itu, Son."

Aku tersenyum karena senang atas persetujuan ayahku.

"Deal!"

***

"Toby, apa maksud ayahmu melakukan ini padaku? Kenapa ayahmu secara tiba-tiba memindahkanku ke departemen marketing?", Tracey, kekasihku langsung marah-marah ketika dia tiba di rumahku.

Aku pun langsung berdiri dan menghampirinya.

"Sayang, tenanglah. Aku bisa menjelaskan semuanya padamu.", kataku sambil meraih pinggangnya lalu membimbingnya agar duduk di sofa.

"Ya. Aku memang butuh penjelasan itu sekarang juga!"

Setelah kami berdua duduk di sofa, aku pun meraih tangannya.

"Kemarin, aku sudah berbicara dengan ayahku perihal pemindahanmu tersebut. Menurut ayahku, kau adalah wanita yang berbakat. Akan sangat disayangkan bila kau tetap menjadi asisten pribadiku. Maka dari itu, ayahku memindahkan kau ke departemen marketing, itu semua bertujuan untuk kebaikan jenjang karirmu. Jika terus menjadi asistenku, kau tidak akan pernah bisa naik jabatan. Sedangkan, jika kau bergabung ke departemen marketing, aku yakin bahwa tidak akan membutuhkan waktu yang lama, kau akan menjadi salah satu pemegang jabatan penting di departemen tersebut.", aku terpaksa berbohong pada Tracey perihal alasan pemindahan tersebut. Aku tidak mungkin mengatakan padanya bahwa maksud asli pemindahan tersebut adalah untuk menjauhkannya dariku.

Untuk beberapa saat, Tracey tampak berpikir dan mencerna penjelasanku.

"Tapi, aku lebih suka bekerja sebagai asisten pribadimu, Toby. Aku ingin bekerja dekat denganmu.", dia merengek.

"Aku juga, Sayang. Awalnya, aku juga tidak setuju dengan ide ayahku ini. Tapi, setelah kupikir-pikir, ini semua untuk kebaikanmu. Jadi, aku menyetujuinya. Lagipula, kita masih bekerja di satu gedung yang sama. Ruangan kita hanya berbeda lantai. Jadi, kita masih tetap bisa bertemu setiap hari."

Tracey masih terlihat cemberut.

"Oke. Begini saja, untuk beberapa bulan ke depan, kau jalani saja pekerjaanmu di departemen marketing tersebut. Kau bisa merasakan bagaimana lingkungan pekerjaan di sana. Jika sampai enam bulan ke depan kau tetap tidak merasa cocok, kau bilang saja padaku. Maka, aku akan berusaha membujuk ayahku agar mengembalikan posisimu sebagai asisten pribadiku. Bagaimana? Apa kau setuju?", aku memberikan penawaran padanya.

Tracey tampak berpikir sejenak. Kemudian, dia menghela napas lelah.

"Baiklah. Lagipula, aku tidak punya pilihan lain selain menerima keputusan pemindahan tersebut. Ayahmu adalah bosnya di sini. Bahkan, kau yang anaknya pun tidak punya kekuasaan sebesar itu. Apalagi, aku yang hanya merupakan karyawan biasa ini. Aku bisa apa?", katanya mengalah, namun masih tampak terpaksa.

"Yakinlah, Sayang. Semuanya akan baik-baik saja. Kau adalah wanita yang cerdas. Aku yakin bahwa di mana pun posisi penempatanmu nanti, kau pasti akan tetap terlihat cemerlang."

Tracey mengangguk seraya tersenyum tipis setelah mendengar pujianku tadi.

"Sekarang, untuk memperbaiki suasana hatimu, bagaimana kalau kita makan malam di luar? Dan setelah itu, kita bisa jalan-jalan untuk membuat kau jadi merasa lebih baik."

"Itu ide yang bagus. Dan apa kau tidak keberatan bila selesai makan malam nanti kita ke bar? Aku benar-benar butuh refreshing sekarang.", ajaknya sedikit manja.

Aku tertawa kecil karena merasa senang emosi Tracey sudah membaik dan tidak berapi-api seperti tadi.

"Oke. Apapun yang kau inginkan.", kataku langsung menyetujui ajakannya. "Kalau begitu, kau tunggu di sini sebentar. Aku akan ganti baju dulu. Setelah itu, kita berangkat."

***

Steal His HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang