Bab 14

76 13 16
                                    

~TOBY~

Ngomong-ngomong soal Flora yang baru saja membahas tentang rumah, aku jadi ingat akan satu hal. Kemudian, aku meraih ponselku, lalu mengetik dan mengirimkan sesuatu padanya.

"Flora, sekarang buka ponselmu. Aku sudah mengirimkan kode akses pintu rumahku padamu.", aku berbicara padanya.

Dengan segera, dia mengambil ponselnya untuk membuka pesan dariku. Kemudian, dia menatapku seolah tidak percaya.

"Anda... mengirimkan kode akses pintu rumah Anda padaku? Kenapa?"

Benar juga tentang apa yang dia tanyakan? Kenapa juga aku tiba-tiba memiliki ide untuk memberikan kode akses pintuku padanya?

"Karena... kau adalah asistenku.", aku masih berusaha berpikir untuk memberikan alasan yang masuk akal. "Bisa jadi suatu saat nanti ketika aku sedang berada di luar, dan aku memerlukan bantuanmu untuk mengambilkan suatu barang, dokumen atau apapun yang tertinggal di rumahku. Jadi, akan lebih mudah bagimu untuk masuk ke sini untuk mengambil sesuatu yang kubutuhkan tersebut."

Kuharap alasan yang kuberikan itu cukup masuk akal untuk diterimanya.

Sementara, Flora masih diam menatapku. Dia seperti sedang berpikir.

"Jadi, Anda percaya padaku?", dia bertanya dan ekspresinya tiba-tiba berubah jadi sendu.

Aku langsung mengangguk.

"Tentu saja. Aku percaya padamu, Flora.", aku langsung menjawab dengan mantap.

Sedetik kemudian, Flora tersenyum.

"Baiklah. Aku akan menjaga kepercayaan Anda, Sir. Aku akan menghafal kode akses pintu rumah Anda ini."

Kalau aku tidak salah mengartikan, kali ini Flora tampak tersipu. Wajahnya memerah. Dan dia juga masih tersenyum seakan merasa senang.

Sedangkan, kini aku justru merasa bingung dengan apa yang baru saja kulakukan. Jujur saja, mudah percaya terhadap seseorang bukanlah kebiasaanku. Dulu, saat Tracey yang menjadi asistenku, aku baru percaya hingga memberikan kode akses pintu rumahku padanya saat kami sudah berkencan. Tapi, pada Flora, yang notabene kami baru mengenal selama beberapa bulan, aku begitu mudah percaya padanya. Aku tidak tahu kenapa. Tapi, hatiku merasa bahwa dia adalah wanita yang baik dan bisa dipercaya. Terlebih, aku juga sudah mulai merasa nyaman dengan dirinya yang kini menjadi asistenku yang baru.

"Hmm... kurasa, sekarang sudah larut malam. Sebaiknya, aku pulang.", ucapan Flora membuyarkan lamunanku.

"Oh ya... aku akan ke dapur dulu untuk mengambil barang yang akan kubawa ke rumah orang tuaku. Setelah itu, aku akan mengantarmu. Jadi, tunggulah di sini sebentar."

Flora mengangguk.

Lalu, aku berdiri dari sofa dan bergegas menuju ke dapur.

***

"Selamat, Sir! Aku sangat senang karena peluncuran produk teknologi terbaru gagasan Anda sangat sukses. Baru sehari saja, sudah banyak orang dan perusahaan yang mendaftar ingin membeli sistem teknologi yang baru saja kita rilis.", Flora berbicara dengan antusias.

Aku tersenyum padanya.

"Terimakasih, Flora. Itu semua karena kerja keras kita semua."

"Tapi, menurutku Anda adalah orang yang paling bekerja keras untuk hal ini."

"Bagaimana bisa?"

"Karena aku tahu sendiri bagaimana Anda selalu pulang larut untuk menyempurnakan prototype yang ada. Kalau diingat-ingat, rasanya hampir setiap hari Anda lembur untuk mengerjakan prototype itu hingga perilisannya hari ini."

Steal His HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang