~FLORA~
"Aku sangat kenyang...", ucapku sambil bersandar pada punggung kursi lalu mengelus kecil perutku dengan perasaan puas.
"Apa kau menikmatinya?", Toby bertanya seraya terkekeh saat melihatku.
"Ya. Dan terimakasih atas traktirannya, Sir.", ucapku tidak lupa.
"Sama-sama.", balasnya dengan tersenyum. "Ngomong-ngomong, aku sengaja mengajakmu makan di sini karena aku tahu kau suka makanan di restoran ini."
Aku sedikit terkejut mendengar ucapannya.
"Bagaimana Anda bisa tahu?"
"Karena aku memperhatikanmu, Flora."
Seketika, wajahku memanas begitu mendengar ucapannya.
Jadi, selama ini Toby memperhatikanku?
"Sudah beberapa kali aku mengajakmu makan di restoran ini saat kita sedang ada jadwal bertemu dengan klien. Dan setiap kita makan di sini, kau selalu memesan menu yang sama. Wajahmu juga selalu tampak berbinar setiap kali melihat pelayan datang mengantarkan makanan yang kita pesan seakan tidak sabar ingin segera memakannya."
Selain tersipu, kini aku juga jadi malu karena ternyata Toby memperhatikanku hingga sedetail itu.
"Di antara semua restoran di New York yang pernah kucoba, bistik di restoran ini adalah yang terbaik. Itu sebabnya aku selalu memesan menu tersebut setiap kali kita makan di sini.", aku menanggapi dengan jujur.
"Kalau begitu, lain kali kita makan berdua lagi di restoran ini. Bagaimana?"
Apakah maksud Toby dia berencana mengajakku makan malam berdua lagi setelah ini?
Jika memang benar, aku langsung mengangguk mengiyakan ajakannya.
"Tentu.", kuharap nada suaraku saat menjawab pertanyaannya tadi terdengar normal dan tidak terdengar terlalu antusias.
Selesai makan, aku dan Toby tidak langsung pulang. Kami lanjut berbincang hingga beberapa saat. Dalam obrolan kali ini, kami sama sekali tidak membahas tentang urusan pekerjaan, melainkan kami lebih banyak bertanya satu sama lain dan bercerita tentang diri kami masing-masing.
Jujur saja, perbincangan kami kali ini membuatku cukup terkejut ketika tahu bahwa ternyata karakter Toby sendiri adalah pria yang banyak bicara. Maksudku, obrolan dan percakapan di antara kami selama ini selalu efisien karena hal-hal yang kami bicarakan hampir selalu berhubungan dengan pekerjaan. Sebelumnya, kami belum pernah berbicara tentang hal pribadi masing-masing. Jadi, ini merupakan hal yang baru bagiku ketika mengetahui sisi Toby yang seperti ini. Selain itu, aku juga merasa senang karena Toby bertanya banyak hal tentang diriku, seperti apa saja makanan favoritku serta pengalaman menarik apa saja yang pernah kualami dulu.
Dengan pertanyaannya yang seperti itu, bolehkah aku berharap bahwa Toby sedikit berminat terhadap diriku?
***
"Sir, terkait dengan jadwal Anda bertemu dengan Mr. Roberto di luar kantor nanti malam, apakah ada hal khusus yang harus kupersiapkan?", aku bertanya pada Toby setelah selesai menyerahkan beberapa laporan padanya.
"Oh ya, benar. Aku hampir lupa kalau pertemuanku dengan Mr. Roberto adalah nanti malam.", Toby menjeda kalimatnya lalu menghela napas lelah. "Di antara semua klien yang pernah kutemui, Mr. Roberto adalah klien yang paling rewel dan menyebalkan. Dan ketika tamunya itu datang hanya dengan tangan kosong, sudah dapat dipastikan bahwa dia akan langsung menolak kerja sama bahkan sebelum kita sempat mengajukan proposal padanya. Jika bukan karena dia adalah salah satu orang yang penting dalam bidang bisnis ini, aku tidak akan mau repot-repot menemui pria itu.", imbuhnya tampak enggan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Steal His Heart
RomanceKisah tentang usaha Flora Grant dalam mencuri hati Toby Coleman.