~FLORA~
Sekarang, aku dan Toby sedang berada di Avenue Building yang ada di Brooklyn. Kami datang untuk mengikuti acara seminar teknologi yang diadakan di tempat ini. Toby diundang oleh panitia agar menjadi salah satu keynote speaker dalam acara tersebut, mengingat perusahaan milik keluarga Toby merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang teknologi yang paling besar dan sukses di Amerika. Selain itu, akan ada banyak investor dari berbagai negara yang hadir di acara tersebut. Jadi, ini adalah kesempatan yang baik bagi Toby yang mana dia bisa sekaligus mempromosikan teknologi terbaru di perusahaannya untuk menarik minat para investor agar menanamkan modal pada berbagai proyek yang akan dia kembangkan tersebut.
"Presentasi Anda tadi luar biasa, Sir. Aku yakin bahwa setelah melihat presentasi Anda tadi, para investor pasti akan berbondong-bondong berinvestasi pada proyek teknologi Anda selanjutnya.", aku memuji Toby karena ikut bangga atas penampilannya di seminar tadi.
Ngomong-ngomong, acara seminarnya sudah selesai sejak setengah jam yang lalu. Jadi, sekarang kami sudah berada di dalam mobil dan bersiap untuk pulang. Karena itulah aku berani mengucapkan selamat padanya ketika kami hanya berdua.
"Terimakasih, Flora. Aku juga senang karena tadi dapat melakukan presentasi dengan baik. Sama sepertimu, aku juga yakin bahwa para investor yang hadir tadi, pasti banyak yang tertarik dengan proyekku.", Toby menanggapi dengan percara diri.
Aku mengangguk setuju.
"Jika banyak investor yang datang pada Anda, setelah itu Anda pasti akan jadi jauh lebih sibuk."
Toby tertawa mendengar ucapanku.
"Ya. Bisa jadi. Tapi, aku tidak khawatir. Karena ada kau yang selalu membantuku dalam setiap pekerjaanku."
Sekarang, ganti aku yang tertawa kecil.
"Anda berkata seolah aku adalah asisten yang dapat diandalkan saja. Jangankan membantu segala kesibukan Anda, saat komputer atau printer di meja kerjaku bermasalah saja, aku sudah kebingungan. Justru, Anda yang jadi lebih repot karena berulang kali harus mengajariku tentang banyak hal yang tidak kumengerti.", gurauku.
"Soal kau yang mudah kebingungan itu memang benar."
Aku berdecak karena ucapan Toby yang tadinya sempat membuatku senang dan sedikit tersanjung, kini malah menjatuhkanku. Namun, aku tahu bahwa dia hanya bergurau.
"Tapi, aku tidak berbohong. Kau memang selalu membantuku, Flora. Entah kau sadar atau tidak, kehadiranmu di sini sering kali membuatku merasa tenang dan lebih baik saat hati dan pikiranku sedang kacau atau penat dengan segala macam pekerjaanku.", Toby melanjutkan ucapannya sambil tatapannya berubah jadi lembut.
Jika Toby sudah menatapku dengan cara seperti itu, seketika jantungku jadi berdegup lebih kencang. Ditambah dengan ucapannya tadi yang berhasil membuatku merasa tersipu. Jujur, ucapannya itu membuatku merasa senang.
Aku tidak tahu sejak kapan aku mulai merasa seperti ini, selalu tersipu dan salah tingkah saat Toby berbicara dengan lembut atau memujiku. Atau juga saat dia menatapku dengan lembut dan intens, seperti yang sekarang sedang dia lakukan.
Kalau diingat-ingat, hubunganku dengan Toby dalam waktu kurang lebih dua bulan belakangan ini jadi semakin membaik. Sekarang, dia sudah tidak pernah lagi marah padaku. Dia juga tidak pernah menunjukkan ekspresi dingin atau berbicara dengan nada yang ketus seperti pada saat awal aku bekerja dengannya dulu. Sepertinya, sekarang dia sudah benar-benar bisa menerimaku sebagai asistennya. Kami benar-benar jadi lebih dekat dan akrab.
Tentu saja, itu adalah hal yang sangat kusyukuri. Dia kini berubah menjadi atasan yang baik dan banyak membantuku. Karena perubahan sikapnya itulah, aku juga jadi tidak lagi merasa terlalu canggung atau kaku saat berhadapan dengannya. Bahkan, sekarang aku juga berani bergurau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Steal His Heart
RomanceKisah tentang usaha Flora Grant dalam mencuri hati Toby Coleman.