Sudah beberapa hari berlalu semenjak Jimin dan Ningning sadar, tapi mereka belum diperbolehkan untuk pulang, harus menjalani perawatan terlebih dahulu.
Maka dari itu Winter dan Giselle tiap hari selalu saja datang kerumah sakit untuk menjenguk mereka.
Sekarang, di sebuah taman rumah sakit Jimin mendorong kursi rodanya sendiri mendekat ke arah bunga matahari yang berjajar rapih disana.
"Minjeong liat, uletnya lagi kawin, hihihi"ujar Jimin terkekeh melihat sepasang ulat yang hinggap di daun bunga matahari dan melakukan hal yang begituan.
Semakin ia pulih, semakin cerewetnya juga kembali. Tidak jauh beda dengan Karin.
"Kamu gak inget ya kalo kamu pernah jadi Karina"gumam Winter menatap Jimin dari tempatnya duduk.
"Apa aku kasih tau aja ya kalo roh kamu pernah nemenin aku terus aku kasih nama Karina".
Winter tersenyum saat mengingat kembali harinya yang ditemani sesosok hantu, yang ia jadikan assisten. Apa sekarang Jimin juga bisa menjadi assisten nya?
"Minjeong..."
"Iya Karin?"
Seketika Winter menutup mulutnya rapat-rapat, tak sengaja mengucapkan nama yang sedari tadi ada dipikirkannya.
"Kamu manggil aku apa tadi?"tanya Jimin penuh selidik.
"E-engga, kamu salah denger"jawab Winter berusaha mengelak.
"Bohong! jelas-jelas aku denger kamu manggil aku Karin"ucap Jimin.
Winter tidak tau harus apa, mungkinkah dia jujur saja?.
"Mau gak... kalo kak Jimin aku panggil kak Karina"ucap Minjeong pelan memainkan ujung lengan bajunya.
Jimin terdiam sesaat, menatap Winter yang sekarang malah menduduk tak berani membalas tatapannya.
"Kenapa harus Karina? kan nama aku Jimin, jauh banget"ucap Jimin.
"Kak Jimin lupa? nama baptis kaka itu Katharina, jadi nama Karina itu diambil dari situ"jawab Winter.
Jimin baru ingat dengan itu, sekali lagi dia tatap mata Winter dan akhirnya menggeleng membuat Winter menghembuskan napasnya pelan dan kembali menunduk.
"Asal panggilan 'kak' nya di ilangin, aku mau"ujar Jimin, dengan cepat Winter mendongak menatap Jimin.
"Tapi kak..."belum selesai Winter berbicara, Jimin memberinya tatapan tajam seolah menyuruhnya berhenti memanggilnya dengan sebutan kakak.
"Mau atau engga?"tanya Jimin.
"... Mau"
Jimin tersenyum lalu merentangkan tangannya mengundang Winter untuk masuk kedalam pelukan.
"Coba panggil aku"ucap Jimin mengelus punggung milik Winter.
"Karina..."ucap Winter pelan, Jimin kembali tersenyum. Bagus juga namanya, pikir Jimin.
"Kalo aku panggil kamu apa? masa aku doang yang dapet nama panggilan"tanya Jimin, Winter melepaskan pelukannya dan menatap Jimin.
"Winter, aku pernah nyebut nama aku sebelum kamu koma"jawab Winter.
Karina mengingat kembali saat sebelum dia jatuh koma, tapi tidak berhasil. Karina tidak bisa mengingat nya.
"Gapapa kalo gak inget, coba panggil aku"ujar Winter.
"Wintel, hehe"ucap Karina yang sengaja dicadelkan.
"Ish gak asik ah kamu"Winter memukul Karin pelan lalu beranjak dari kursi roda Karin.
KAMU SEDANG MEMBACA
She is [winrina] | ✔️
RandomBayangkan jika hantu menjadi assisten mu, memasak setiap pagi, membersihkan ruang tamu, menemanimu main dan belanja. Awalnya Winter menolak kehadiran nya, tapi seiring berjalannya waktu, bahkan takdir pun akan disalahkan jika ini benar-benar terjadi...