Sore ini Rikza tengah bermain PS bersama sepupu sekaligus sahabat terbaiknya, Haris. Kedua remaja itu tampak sedang saling menyerang dan bertahan dalam game yang mereka mainkan dengan penuh semangat.
"Za," panggil Haris di sela-sela permainannya.
"Hm?" jawab Rikza berdehem singkat.
"Kamu tadi ngebisikin apa aja sama si Kania sampe wajahnya pucat pasi gitu?" tanya Haris penasaran.
"Enggak banyak, aku cuma minta supaya Kania agar tidak macam-macam sama dia, kamu ngerti 'kan diaku itu siapa?" jawab Rikza memberi tahu.
"Oh ... maksud kamu gadis yang ada di album rahasia kamu itu 'kan?" tanya Haris kemudian.
"Iyalah, siapa lagi memang?" jawab Rikza dengan pandangan yang masih pokus ke layar kaca permainan.
"Tetapi ... apa kamu yakin kalau dia enggak akan macam-macam? Secara 'kan obsesinya dia sama kamu itu lebih parah dari pada si Retno," tanya Haris terdengar penuh keraguan. "Tahu sendirilah, Kania itu orangnya manipulatif. Si Rayyan sama Revan yang enggak gampang buat dijerat saja bisa sampai terperangkap sama dia," sambungnya penuh kekhawatiran.
"Kamu lupa? Kania itu pakai tipuan ke mereka berdua," jawab Rikza balik bertannya. "Rayyan sama Revan mengira kalau Kania itu orang yang selama ini mereka rindukan. Kedua orang itu telah salah mengenali bebek bertopeng sebagai angsa," sambungnya penuh kiasan.
Game yang mereka mainkan pun berakhir dengan kekalahan, keduanya gagal mencapai finish. Sepertinya obrolan ini membuat konsentrasi Rikza dan Haris terganggu sehingga gagal memenangkan pertandingan dalam game.
"Bisa saja kamu kalau ngomong, Za. Tapi ... apa kamu enggak berniat buat ngasih tahu mereka?" tanya Haris melanjutkan obrolan.
"Awalnya aku berniat buat ngasih tahu mereka, tetapi ... saat aku tahu kalau ternyata sosok yang selama ini mereka rindukan adalah dia. Aku ... aku jadi enggak sanggup, Ris. Kamu tahu? Aku tidak setabah Salman Alfarizi yang merelakan gadis yang hendak dipinangnya untuk Abu Darda, aku juga enggak bisa seikhlas dan setulus Ali bin Abi Thalib yang membiarkan Abu Bakar dan Umar melamar Fatimah," jelasnya kembali puitis.
Haris tampak menghembuskan nafasnya pelan. Sebagai sahabat tentu ia mengerti perasaan Rikza. Hal yang wajar bagi lelaki yang tidak mudah untuk jatuh cinta itu untuk bersikap seperti ini. Siapa pun pasti ingin memiliki sosok pujaannya dan tidak akan mudah untuk merelakan sosok itu meski pada sahabat sekalipun.
"Balik lagi ke pertanyaan awal, kamu yakin Kania gak bakal macam-macam?" tanya Haris yang tampaknya masih ragu.
"Kupikir kalau Kania pintar dia tentu tidak akan berani macam-macam, soalnya dia juga pasti gak mau kalau rahasianya sampai terbongkar, khususnya oleh Rayyan dan Revan," tukas Rikza menjawab.
_
Esok harinya di sepulang sekolah, ada sekelompok siswa yang tidak langsung pulang meninggalkan lingkungan sekolah. Mereka tampak berkumpul di salah satu ruangan yang dijadikan titik kumpul.
Termasuk juga Intan, sebagai salah satu anggota Klub Sipala SMA Nebula, tentu saja ia pun mengikuti rapat bulanan yang biasa membahas soal kegiatan klub akan akan atau sedang dilakukan.
"Assalamualaikum untuk teman-teman yang seiman dan selamat siang untuk kalian teman-teman yang seperjuangan," sapa Iqbal memulai rapat.
Para siswa menjawab dengan serentak. Lantas Iqbal pun kembali bersuara. "Ok, guys. Sekarang kita akan membahas soal kegiatan apa yang berikutnya akan dilakukan oleh klub selama satu bulan kedepan."
"Begini, aku 'kan sudah ngobrol sama beberapa anak sebelumnya. Nah ... mereka menyarankan untuk melakukan kegiatan di perairan seperti sungai atau laut," sambung Iqbal memberi tahu. "Jadi sekarang aku akan untuk mengajak kalian melakukan voting untuk memilih antara sungai atau laut," jelasnya melanjutkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Pregnant
General FictionIntan dan Rikza adalah dua siswa berprestasi di sekolah. Sama-sama berasal dari keluarga terpandang membuat mereka harus pintar dalam menjaga sikap dan perilaku. Suatu ketika sebuah kecelakaan nahas pun terjadi diantara keduanya, menghadirkan janin...