Globalisasi itu seperti pisau bermata dua, bisa memberikan dampak yang baik dan buruk di saat bersamaan. Salah satunya dalam pergaulan.
-Indi_ik-
_
"Good evening, everything!" sapa Intan yang baru saja tiba di dapur kala teman-temannya sudah hampir menyelesaikan masakan mereka.
"Selamat datang tuan puteri, dari mana saja nih, kok baru muncul?" sindir Dina menyeletuk.
Intan tertawa kecil. "Tadi habis solat magrib aku gak sengaja ketiduran bentar. Eh tahu-tahu sudah mau isya aja," jawabnya menjelaskan.
Dina hanya menggelengkan kepalanya, lantas meminta Intan untuk turut serta membantu menghidangkan makanan ke ruang keluarga. Mereka sengaja tidak memilih ruang makan sebagai tempat makan malam, mengingat jumlah mereka yang banyak sehingga menjadikan ruang keluarga sebagai alternatif agar semuanya bisa makan malam bersama dengan nyaman.
Selepas makan malam, mereka pun kembali berkumpul di ruang keluarga untuk bermain Truth or Dare. Sorak sorai terdengar saat botol berhenti berputar di salah satu pemain yang ada. Beragam pertanyaan dan tantangan tidak masuk akal tercetus dan keluar dari mulut usil orang-orang itu.
"Hayooo ... pilih truth or dare?" tanya orang-orang itu penuh semangat.
"Em ... aku pilih truth ajalah, males di suruh ngelakuin hal yang aneh-aneh," jawab Mala yang mendapat giliran.
"Udah pernah ciuman bibir gak sama si Andre?" tanya Fajar disertai tatapan usilnya.
"Ih ... Pertanyaanya kok gitu sih!" ketus Mala tak terima. Ia tampak enggan untuk menjawab jujur.
"Pertanyaan kalian gak mutu tahu, ganti!" tuntut Mala meminta agar pertanyaanya diganti dengan yang lain.
"Gak bisa gitu dong, pertanyaan atau pun tantangannya gak bisa di ganti," jawab Aldrian tak kalah usil.
Mau tak mau setelah terus di desak oleh teman-temannya, Mala pun akhirnya menjawab dengan wajah yang memerah. "Pernah," cicitnya pelan sontak dijawab dengan derai sorak anak-anak usil tersebut.
"Ck, kalian kek yang gak pernah ngapa-ngapain aja sama pacar kalian. Jangan pada sok polos deh," ucap Andre membela sang kekasih yang kini wajahnya sudah memerah seperti tomat.
Pacaran tanpa mengenal batas, hal yang menjadi masalah utama generasi muda bangsa Indonesia saat ini. Sungguh membuat miris, para pemuda dan memudi saat ini seolah tidak mencerminkan diri sebagai orang yang tinggal di negara yang menjungjung tinggi adat ketimuran.
Tak jarang bunga yang bahkan belum sepenuhnya mekar itu layu sebelum berkembang, sebab nektarnya di hisap sebelum waktu sang bunga untuk mekar.
Dari segi tren, pergaulan, gaya hidup dan beberapa aspek lainnya. Para remaja memang sudah lebih banyak meniru orang barat yang memang berpikiran bebas. Tak jarang dari mereka yang bahkan melupakan aturan dan batasan yang sesuai dengan norma bahkan agama.
Permainan terus berlanjut dan botol itu kembali di putar. Satu persatu anak lainnya mendapat giliran yang berakhir dengan beragam tanya dan tantangan nyeleneh. Hingga saatnya giliran Intan yang sial karena ditunjuk oleh botol kosong tersebut.
"Jiah ... akhirnya si Intan kena juga!" teriak mereka senang.
"Seneng banget kelihatannya, ya, kalian?" tanya Intan dengan mata memicing curiga. "Pasti udah ngerencanain sesuatu, 'kan?"
"O ... jelas senang, dong! Tebakan kamu tidak salah sama sekali," jawab Aldrian senang tidak menutup-nutupi.
"Ih ... gak mau, ah! Aku gak mau pilih! Mau berhenti aja," ucap Intan tak ingin dikerjain.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Pregnant
General FictionIntan dan Rikza adalah dua siswa berprestasi di sekolah. Sama-sama berasal dari keluarga terpandang membuat mereka harus pintar dalam menjaga sikap dan perilaku. Suatu ketika sebuah kecelakaan nahas pun terjadi diantara keduanya, menghadirkan janin...