Chapter 6: Mulai Bimbang

75 8 0
                                    

"Ray...," seru Kania memanggil.

Rayyan tak menyahut.

"Rayyan," ulangnya kembali memanggil.

Lagi-lagi lelaki itu tak menyahut.

"Rayyan!" panggilnya sedikit menyentak.

"Eh ah, iya. Ada apa, Kania?"

Kania tampak merenggut sebal, "Kamu dari tadi dengerin aku cerita enggak sih?"

"De-denger, kok," jawab Rayyan berbohong, kenyataannya sejak tadi dirinya hanya terdiam melamun dan memikirkan hal lain di kepalanya.

"Bohong!" Kania tak percaya. "Kalau iya kamu dengerin aku cerita coba jawab, tadi aku ngomong apa?" tanyanya sontak membuat Rayyan kebingungan.

"Itu ... so-sorry, Nia. Aku lagi mikirin sesuatu tadi," ucap Rayyan meminta maaf.

"Lagi mikirin apa sih memang?" tanya Kania penasaran.

"Sesuatu yang penting," jawab Rayyan jujur. Bagaimana pun juga meski tidak mengatakan semuanya ia tetap tidak bisa bohong.

"Soal apa?" Kania ingin tahu.

"Maaf, Nia. Aku enggak bisa bilang ke kamu," jawab Rayyan merasa bersalah.

"Pasti kamu lagi mikirin Intan 'kan?" tebak Kania tepat sasaran.

Rayyan terdiam, tidak mengiyakan tetapi juga tak mengelak.

"Apa sekarang aku sudah tidak lagi berarti di hatimu?" tanya Kania sendu.

Rayyan menggeleng, "Bukan begitu, Nia. Sungguh kamu sangat berarti bagiku, bagaimana pun juga kamu adalah cinta masa kecilku. Sosok yang menjadi kenangan terindah di masa kecilku," ujarnya mencoba untuk memberi pengertian. "Kamu cinta pertamaku, Nia. Tetapi ... bukankah kamu sendiri yang menolakku saat itu? Mengatakan kalau kamu tidak bisa memilih antara aku dan juga Revan. Apakah kamu lupa? Aku dan Revan bahkan sampai putus hubungan karenamu."

"Jadi kamu nyalahin aku, Ray?" Kania bertanya marah.

"Tentu saja tidak, Nia. Aku hanya ingin kamu mengerti, kalau kamu akan selalu memiliki posisi khusus dihatiku. Namun, tidak lagi sebagai sosok yang kucintai," jelas Rayyan berharap agar Kania mengerti.

"Apa itu berarti kamu sudah tidak lagi menyayangiku?" tanya Kania seolah terluka. Ia sungguh syok mendengar pengakuan yang Rayyan ungkapkan.

Rayyan kembali menggeleng. "Tentu saja aku masih menyayangimu, Kania. Mustahil bagiku untuk melupakanmu. Namun, aku juga tidak bisa menyangkal perasaanku saat ini. Faktanya Aku memang telah jatuh cinta pada Intan," ungkap Rayyan jujur.

Ia tidak ingin membohongi perasaannya, juga tidak ingin menutupi apa pun dari Kania. Rayyan sungguh tidak bisa menyangkal perasaannya, perasaan yang seringkali membuatnya ragu dan bertanya-tanya. Apa benar Kania adalah gadis yang pernah ditemui olehnya bertahun dahulu saat dirinya berusia sekitar 8 tahun? Entah bagaimana, tetapi Rayyan seringkali merasa kalau Intan adalah gadis mungil yang dahulu pernah ia temui.

_

Kebimbangan yang sama juga tengah Revan rasakan. Ada sesuatu yang terasa mengganjal perasaannya. Kania dan Intan, dua sosok yang tengah mengombang ambing perasaan Revan saat ini. Namun, seperti halnya Rayyan. Revan merasa hatinya seolah lebih condong ke arah Intan, seolah ada ketertarikan kuat yang membuatnya tidak bisa memalingkan wajah dari gadis itu.

Kania, sosok yang mengaku sebagai teman masa kecilnya. Cinta pertama yang selalu ingin Revan temui dan ridukan semasa kanak-kanak.

Kepindahannya untuk mengikuti kedua orang tua yang bekerja di pulau Jawa begitu lulus SD beberapa tahun lalu, seolah menjadi takdir yang mempertemukannya dengan Kania. Sosok yang akhirnya ia percayai sebagai teman masa kecilnya.

I'm PregnantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang