Chapter 26: Tetap Bungkam

196 6 2
                                    

"Apa kamu sudah gila, Intan?" tanya Rikza begitu mereka berhasil tiba di tepi pantai. Ia terlihat sangat marah.

Intan menunduk, tak berani menjawab karena tahu dirinya telah melakukan kesalahan.

"Maaf," lirihnya pelan penuh rasa besalah.

"Maaf? Kamu bilang, maaf?" ulang Rikza masih diliputi oleh emosi. "Coba kamu bayangkan, apa yang akan terjadi bila aku enggak ngikutin kamu sebelumnya? Kamu bisa tenggelam terbawa ombak, Intan."

"Maaf." Lagi hanya itu yang bisa Intan ucapkan, bibirnya mulai gemetar dengan air mata yang mengucur deras.

"Jangan bilang kalau kamu mau bunuh diri?" tanya Rikza curiga.

Sontak Intan menggeleng cepat, menyangkal apa yang Rikza tuduhkan. "A-aku enggak bermaksud begitu, a-aku ... aku ... aku hanya--"

"Hanya apa?" potong Rikza bertanya menuntut penjelasan.

"Aku ... aku hanya sedang frustrasi, Za. Aku bingung, aku gelisah, aku bimbang, aku benar-benar resah sekarang," ujar Intan menjawab. Wanita itu menjelaskan apa yang tengah dirasakan olehnya. "Itu sebabnya aku nyari tempat buat nenangin diri, ta-tapi saat aku sadar ti-tiba-tiba saja a-aku udah terseret ombak," terang Intan mulai menangis terisak.

Dahi Rikza berkerut, ia semakin bingung dan tidak mengerti. Wajah lelaki itu mulai melunak, merasa kasihan pada Intan yang mulai terisak dengan tubuh gemataran.

"Ada apa ini, Intan? Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Rikza penasaran.

"Aku hamil, Za. Aku sedang mengandung anakmu!" Ingin sekali Intan mengatakan hal itu, tetapi mulutnya seolah bungkam. Tidak ingin mengatakan hal yang sejujurnya.

"Intan," seru Rikza lembut. "Tolong katakan padaku, apa yang sebenarnya terjadi?" Lelaki itu memohon.

Namun, bukannya menjawab. Intan justru malah menangis semakin deras. Hal itu sontak saja membuat Rikza bingung dan kelabakan. Beberapa teman yang kebetulan melihat sontak datang menghampiri mereka. Merasa penasaran dengan apa yang telah terjadi.

"Rikza, Intan, apa yang terjadi?" seru Mala bertanya. Kebetulan ia memang tidak ikut kegiatan menyelam karena sedang halangan.

"Kamu apain dia sampe nangis sesenggukan kayak gini?" Giliran salah seorang gadis lainnya benarna Najwa--siswi kelas XII IPS 1-- yang bertanya. Kebetulan dia juga tidak ikut snorkeling hari ini.

"Ngomong-ngomong kenapa baju kalian pada basah gitu? Abis berenang, ya?" tanya Mala lagi kemudian.

"Enggak terjadi apa-apa kok, tadi cuma gak sengaja kecelakaan dikit aja," jawab Rikza memberi alasan.

Namun, bukannya berhenti bertanya. Mala dan Najwa justru malah semakin penasaran.

"Kecelakaan? Kecelakaan gimana?" Kembali Mala yang bertanya.

"Intan ampir aja keseret ombak, tapi untung ada aku. Jadi enggak sampe tenggelam," jelas Rikza tidak berniat untuk megatakan semuanya.

"Hah, kok bisa?" Najwa tampak kaget. Begitu pula dengan Mala yang tidak kalah terkejutnya dengannya.

"Coba ceritain yang jelas deh, Za. Jangan setengah-setengah!" pinta Mala ingin tahu lebih banyak.

Rikza memutar otak, untuk beberapa alasan lelaki itu tidak bisa mengatakan semuanya. Masalah Intan yang tadi hampir tenggelam bersamanya akan menjadi besar jika sampai di ketahui oleh Pak Wira selaku pembina. Intan bisa saja di hukum dan ditanyai lebih banyak oleh beliau. Mengingat jika dilihat dari satu sisi, insiden ini terjadi karena kecerobohan wanita itu.

"Aku sama Intan tadi rencananya mau snorkeling bareng di sekitaran pantai sini, eh tiba-tiba Intan malah kram. Otomatis dia jadi gak bisa berenang, jadi ya gitulah. Terus sekarang dia nangis karena syok," terang Rikza berbohong.

I'm PregnantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang