Beberapa hari berlalu sejak Intan meluahkan unek-uneknya pada Rayyan dan Revan. Selama itu pula gadis itu terus menghindar dan menjauh dari kedua lelaki berstatus teman dekatnya tersebut.
"Lagi marahan, ya, sama Duo R?" tanya Olivia yang heran melihat tingkah laku Intan akhir-akhir ini.
"Enggak kok, kata siapa memang?" jawab Intan menyangkal.
"Elah, jujur aja, sih. Kamu pikir kami gak sadar kalau kamu lagi jaga jarak sama mereka?" Kini giliran Dena yang berbicara.
"Siapa yang jaga jarak? Enggak, kok," sangkal Intan masih mengelak.
"Hilih ... jangan bohong! Kamu kayak gini pasti gegara gosip itu 'kan?" tebak Olivia tepat sasaran.
"Enggak, kok! Siapa bilang? Bukannya aku sudah bilang kalau aku itu enggak peduli sama rumor itu!" Kukuh Intan tak mau mengaku.
"Sudah jujur ada, Intan. Kami paham, kok, kalau kamu marah atau kesel, memangnya siapa juga sih yang mau dijadiin boneka pengganti sama orang lain?" ujar Dena peduli.
"Dena benar, In. Kami paham, kok, kamu pasti marah 'kan sama mereka berdua. Gila aja coba! Tindakan mereka memang keterlaluan banget, sih!" ketus Olivia ikut marah. "Harusnya kalau memang rumor itu gak benar, ya mereka itu coba jelasin dong! Jangan malah bungkam tanpa penjelasan kayak sekarang."
"Sudahlah, jangan dibahas lagi. Aku lagi males buat ngomongin mereka berdua, untung aja dua tahun kemarin aku gak sampe baper," tukas Intan berbicara. "Kebayang gak sih kalau aku jatuh cinta sama salah satu dari dua cowok itu? Bisa patah hati aku sekarang," keluh Intan penuh kekecewaan.
"Bisa nangis kejer kamu, In. Soalnya Kania sudah datang dan balik lagi kepelukan mereka," balas Dena menimpali.
"Haha ... bisa aja kamu kalau ngomong, Den," kekeh Olivia tertawa lucu. "Eh ... by the way, masih ingat gak sih sama kejadian di kantin waktu itu?" tanyanya hendak memulai gosip.
"Mulai deh ngegosip," sindir Intan malas.
"Udah kamu dengerin aja deh, In. Jangan komen!" ketus Olivia berbicara. "Kalian masih ingat 'kan yang Kania nyamperin Rikza di kantin terus si Retno ngehalangin?"
"Oh ... iya, inget! Itu 'kan, yang ... Rikza sampe emosi gitu karena kesel sama mereka berdua? Asli, aku kaget banget sekaligus gak percaya. Ternyata Rikza bisa ngambek juga, ya?" ujar Dena takjub. "Padahal biasanya itu anak paling nunjukkin tampang datar atau dingin kalau lagi kesel atau gak nyaman, tapi bisa-bisanya dia meledak hari itu," sambungnya seolah tak percaya.
"Kamu tahu enggak, Den? Sekarang banyak yang ngeraguin gosip soal Kania yang katanya cinta pertama Rikza itu loh. Mungkin saat ini orang-orang akan lebih percaya kalau Retno pacaran sama Rikza," ucap Olivia berikutnya.
"Hm ... aku juga udah tahu. Angggota klub PMR saja banyak yang lagi bicarain soal itu sekarang," jawab Dena menimpali. "Tapi bener deh, coba kamu pikir. Meski gak pernah ditanggapi, tapi seenggaknya Retno gak pernah ditolak secara langsung sama Rikza. Itu berarti menunjukkan bahwa posisi Kania bahkan gak lebih tinggi dari Retno dong?"
"Setuju sama kamu, Den. Tapi wajar aja sih, untuk saat ini Retno itu 'kan satu-satunya perempuan yang paling deket sama Rikza. Bagaimana pun juga dia adalah teman masa kecilnya Rikza," ucap Olivia kembali menimpali.
"Eh ... tiba-tiba saja aku jadi kepikiran deh. Katanya ibu mereka berdua 'kan akrab tuh, jangan-jangan nanti Rikza sama Retno dijodohin?" celetuk Dena berfantasi.
Uhuk!
Sontak Intan terbatuk kecil, tersedak oleh jus jeruk yang barusan ia minum. "Kenapa kamu, Intan?" tanya Dena kaget.
"Keselek," jawab Intan memberi tahu.
"Kami juga tahu kamu keselek, maksudnya itu loh ... kenapa bisa sampe keselek?" giliran Olivia yang bertanya.
"Abis kalian kalau ngegosip bisa sampe bercabang ke mana-mana, dikira ini novel apa? Sampe mikir kalau mereka bakal dijodohin segala, ada-ada aja," ujar Intan menjawab.
"Tapi bisa saja 'kan kalau ucapanku itu benar-benar terjadi? Gak mustahil juga 'kan kalau misal nanti mereka dijodohin? Toh keduanya sama-sama gak punya pacar, udah tahu keluarga satu sama lain," ucap Dena mengemukakan pendapatnyam "Apalagi kalau nanti si Retno sampe merengek sama ibunya biar dijodohin sama Rikza, perasaan mamanya Rikza juga gak bakalan nolak deh kayaknya."
Intan terdiam mencerna ucapan Dena barusan, tentu saja itu adalah hal yang sangat masuk akal dan tidak mustahil untuk dilakukan. Jadi, kenapa Intan harus berkomentar?
Olivia dan Dena tiba-tiba saja menunjukkan senyum miring dengan ekspresi yang terlihat jahil.
"Hayoloh ... ketahuan! Jangan-jangan kamu suka, ya, sama Rikza?" tanya Olivia menggoda.
"Dih! Apa-apaan sih kalian, jangan ngawur deh!" jawab Intan mengelak.
"Wah ... pantesan aja enggak pernah tergoda atau pun baper sama Revan atau pun Rayyan. Ternyata kamu sudah ada crush di kelas," goda Dena berikutnya.
Intan memandang kedua sahabatnya tersebut dengan tatapan tajam. "Jangan ngada-ngada deh. Please, guys! Jangan sampe nanti malah muncul gosip yang enggak-enggak, masalah sama Rayyan dan Revan saja ini belum kelar loh!" ucapnya benar-benar tidak habis pikir dengan kelakuan kedua sahabatnya tersebut.
Sontak Dena dan Olivia hanya tertawa kecil, tentu saja mereka hanya bercanda untuk menggoda Intan yang sedari tadi hanya diam dan asyik dengan makannya saja.
"Iya-iya, canda elah ... enggak usah sewot segala. Habisnya kamu kayak gak pernah tertarik gitu sama cowok," ujar Olivia kemudian.
"Kamu normal 'kan, In?" tanya Dena menyelidik.
"Astagfirullah ... memangnya kalian pikir aku penyuka sesama gitu?" tanya Intan dengan kedua bola mata yang membola.
"Ya ... bisa aja 'kan gitu," ujar Dena ragu.
"Enak aja, aku itu 100% normal tahu!" jawab Intan penuh penegasan. "Astagfirullah...," lagi Intan beristigfar. "Pemikiran kalian gila banget sumpah!"
"Wajar lah kami curiga, habis sejak SMP kamu enggak pernah tuh kelihatan suka apalagi pacaran gitu sama cowok. Bahkan saat dideketin, diperhatiin dan dispesialin sama dua cowok seganteng dan se-sweet Rayyan sama Revan aja gak pernah kelihatan baper," ucap Olivia berikutnya. "Itu kalau cewek lain ada diposisi kamu udah pasti bakal klepek-klepek! Mustahil buat gak baper, misal kalau aku juga kayaknya gak bakal kuat deh perasaan," sambungnya dramatis.
Intan menghela nafas pelan. "Setiap orang 'kan pemikiran dan perasaannya beda-beda. Gak ada yang sama. Lagian nih, ya, coba kalian bayangin. Kalau misal aku kemarin sampe baper apalagi sampe jatuh cinta sama salah satu dari mereka, sekarang gimana nasib aku coba?" kata Intan berbicara panjang lebar.
"Aku itu memang tipikal yang gak baperan orangnya, gak gampang jatuh cinta sama cowok. Tapi asal kalian tahu saja aku normal kok, catat, ya! N-o-r-m-a-l, normal!" tekan Intan menegaskan di akhir.
_
Assalamualaikaiku, guys!
I'm come back!
Oh iya, gimana sama ceritanya? Bila dirasa ada kesalahan atau ketidak sesuaian tolong komen, ya! Soalnya aku masih belajar, masih kurang ngerti tanda baca, penempatan kata dan kalimat dengan benar.Tapi, aku orangnya suka belajar dan mau menerima kritikan. Jadi, jangan ragu-ragu buat ngeluarin krisar pedasnya, Ok.
Ditunggu vote and komennya.
Thank you and see you
15 Juni 2023
Indi
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Pregnant
General FictionIntan dan Rikza adalah dua siswa berprestasi di sekolah. Sama-sama berasal dari keluarga terpandang membuat mereka harus pintar dalam menjaga sikap dan perilaku. Suatu ketika sebuah kecelakaan nahas pun terjadi diantara keduanya, menghadirkan janin...