Chapter 25: Insiden Tenggelam di Lautan

127 6 2
                                    

Note: kemungkinan part ini akan aku revisi nanti. Sekarang belum sempet karena sibuk.

So, kalau ada kesalahan tandai saja ya!

Happy reading❤❤

_

Setelah kejadian kemarin, Rikza memutuskan untuk tidak lagi bertanya pada Intan. Ia memilih untuk menunggu sampai wanita itu sendiri yang ingin mengajaknya berbicara duluan. Apalagi dirinya sadar, kalau sejak pulang liburan hari itu Intan mulai menghindarinya.

Rikza tentu tidak mau ambil resiko dengan memaksa Intan untuk berbicara, bisa-bisa perempuan itu akan membangun tembok yang semakin tinggi untuk membuat batasan dan menjaga jarak darinya.

Lalu sesuai dengan rencana, Sabtu ini para anggota klub Sipala hendak melakukan kegiatan snorkeling dan diving di kawasan perairan Pulau Seribu. Pagi-pagi sekali mereka sudah memulai perjalanan, berangkat dari titik kumpul menuju tempat tujuan.

Ada lebih dari 50 orang yang ikut serta dalam kegiatan tersebut, dengan mayoritas rata-rata merupakan anggota dari kelas XII.

Kegiatan diawali dengan sedikit penjelasan, aturan dan juga larangan yang harus mereka ketahui, mengingat ada beberapa pemula yang baru akan mencoba kegiatan tersebut. Kemudian diakhiri dengan doa bersama yang dipimpin oleh Iqbal sebagai ketua klub.

Namun, saat para teman-temannya sibuk untuk memulai kegiatan snorkeling atau diving. Intan justru malah mencari tepat untuk menyepi dan menyendiri, melangkahkah kakinya guna menyusuri pesisir pantai menuju tempat yang sedikit sunyi.

Sejak awal dirinya memang sudah memutuskan untuk tidak ikut kegiatan menyelam hari ini, rencananya Intan akan melakukan squba diving diesok hari.

Tibalah dirinya di kawasan yang di rasa cocok, Intan mulai berbelok menuju ke arah laut. Langkah demi langkah terus berganti secara perlahan, gadis itu meresapi sejuknya hawa air yang perlahan mulai semakin menenggelamkan tubuh Intan sedikit demi sedikit.

Intan terus bergerak maju, tidak peduli meski ombak berdebur silih berganti dan menghantam tubuh rampingnya yang setengahnya sudah berada di dalam air. Perempuan itu seolah ingin dipeluk oleh ombak. Atau justru memang berniat untuk melemparkan dirinya ke dalam ombak?

Tanpa Intan sadari, kedalaman air laut sudai mencapai batas dada. Sampai tiba-tiba sebuah deburan ombak membuatnya tersentak, tetapi seolah tidak memberinya kesempatan untuk berbalik. Sebuah hantaman air laut kembali datang menabrak tubuhnya, membuat ia terpeleset dan terbawa oleh ombak menuju ke tengah.

Hal itu tentu saja membuat Intan yang baru ditarik paksa oleh kesadarannya terkejut dan kaget bukan kepalang. Apalagi seolah tidak mengenal situasi, kaki dan tangannya tiba-tiba merasa kram. Sontak saja Intan menjadi panik, mengingat dirinya jadi tidak bisa menggunakan anggota geraknya untuk berenang menuju permukaan.

_____

Rikza baru saja hendak menaiki perahu yang akan membawanya bersama beberapa temannya menuju area yang bagus untuk squba diving. Namun, penampakan dari seseorang yang kini tengah berjalan menyusuri pantai tanpa tujuan membuatnya membatalkan rencana.

"Guys, kalian duluan saja, ya. Aku mau snorkeling di pinggiran pantai aja," ujar Rikza tiba-tiba.

"Loh, kenapa tiba-tiba? Kita 'kan udah janji mau diving bareng sambil sekalian bikin konten buat dipost di medsos kelas," tanya Aldrian meminta penjelasan.

"Kalian sajalah yang bikin, toh sama aja 'kan? Aku tiba-tiba saja pengen snorkeling di kawasan deket pantai dulu, buat diving masih bisa besok. Toh kita di sini selama dua hari 'kan?" jawab Rikza beralasan.

"Yakin, nih?" tanya Haris memastikan.

"Yakinlah, sudah kalian duluan aja, gih! Keburu siang entar," tegas Rikza yakin.

_

Entah apa yang membuat Rikza ingin mengikuti Intan secara diam-diam dan dari kejauhan. Awalnya lelaki itu hendak menyerukan dan memanggil nama Intan kala merasa bahwa perempuan itu telah berjalan terlalu jauh dari titik awal. Namun, rencana tersebut ia urungkan saat melihat wanita itu berbelok ke arah laut.

Sebelumnya, Rikza masih berpikir positif. Mengira jika mungkin Intan mungkin hanya ingin menikmati pemandangan laut dengan tenang. Sampai akhirnya Rikza mulai lengah dan justru malah ikut terhanyut pada pemandangan indah di depan mata.

Namun, saat kesadarannya mulai kembali ke permukaan, sebuah pemandangan mengejutkan justru malah mengusik netra penglihatannya. Tampak Intan yang sudah berada cukup jauh dari bibir pantai, dengan posisi batas air laut yang sudah hampir melewati perut.

Matanya semakin membola kala melihat deburan air laut yang datang silih berganti, bagaimana jika Intan sampai terbawa ombak?

"Intan!" seru Rikza memanggil dengan keras.

"Intan!" ulang lelaki itu lagi kemudian.

Namun, tampaknya Intan tidak mampu mendengar suaranya. Refleks, Rikza pun langsung saja berlari menuju ke arah wanita itu, menghampiri Intan yang jutru malah bergerak semakin menjauh.

Byur!

Suara debur ombak kala menghantam tubuh Intan untuk yang kesekian kalinya, membuat gadis itu terpeleset dan terbawa hanyut oleh air laut. Melihat hal itu, Rikza pun berusaha untuk melompat dan menangkap tubuh Intan dengan kedua tangannya.

Namun, nasib sial seolah menghampiri. Kedua remaja itu justru malah sama-sama terperangkap di dalam air. Lantas terbawa jauh semakin ke tengah.

Rikza berusaha agar tetap tenang, lantas segera naik ke permukaan untuk menghirup udara sebanyak-banyaknya. Beruntung ia membawa kacamata renang. Lalu tanpa membuang banyak waktu, Rikza pun langsung mencari Intan. Dengan harapan semoga perempuan itu tidak berada terlalu jauh dari tempatnya berada saat ini.

Di sisi lain, Intan tengah berjuang agar tidak menghirup dan menelan terlalu banyak air laut. Dalam kondisi ini, ia mulai merasa takut akan datangnya kematian yang seolah sudah menanti di depan mata, Insting untuk bertahan hidup seolah memberinya peringatan agar segera mencari cara guna menyelamatkan diri.

Sampai tiba-tiba saja Intan merasa kalau tubuhnya diraih oleh seseorang dari belakang, kepalanya berbalik, berusaha untuk melihat siapa gerangan yang datang.

Rikza mengintruksikan Intan untuk tenang, berada di posisi antara hidup dan mati membuat perempuan itu melupakan sekelumit masalahnya dengan Rikza. Menyebabkan dirinya menjadi sosok penurut yang hanya bisa mengangguk dengan patuh.

Rikza pun mulai berenang kepermukaan, membawa Intan untuk menghirup oksigen sebanyak mungkin agar perempuan itu tidak kehabisan nafas.

Dengan nafas yang tersenggal-senggal, Intan mulai menghirup udara sebanyak mungkin.

"Ka-kaki dan tangan aku keram, Za. Aku enggak bisa gerak," ucap Intan dengan nafas yang masih tak beraturan.

"Enggak, papa. Kamu jangan panik, Ok! Tenang ... aku akan berusaha untuk bawa kamu kembali ke daratan," jawab Rikza berusaha untuk menenangkan.

"Ta-tapi ... a-aku takut, aku takut, Za," tangis Intan dengan tubuh yang gemetar antara takut dan juga dingin.

"Kamu jangan takut, Ok. Coba tenang, kalau kamu panik justru itu akan mempersulit aku saat berenang," ujar Rikza meminta agar Intan berusaha tenang.

Intan mengangguk pelan. Lantas tanpa membuang banyak waktu, Rikza pun kembali berenang mengarungi lautan, berusaha dengan segenap kemampuan untuk membawa Intan kembali ke daratan.

_

5 Juli 2023

I'm PregnantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang