Chapter 10: Villa Mewah

76 7 0
                                    

Hari yang selama ini telah di nanti pun tiba. Tepat setelah pulang sekolah para siswa kelas XII IPA 1 pun berangkat menuju Kota Bogor untuk liburan bersama.

Beberapa jam berlalu, tujuh buah kendaraan roda empat pun sampai di sebuah kawasan Villa mewah di tengah perkebunan dan pegunungan.

Ke-36 remaja yang merupakan siswa siswi kelas XII salah satu SMA elite di Jakarta itu pun langsung saja turun dari mobil. Mereka tampak memandang takjub ke arah bangunan mewah dengan background pemandangan alam yang masih terasa asri dan terhindar dari polusi.

"Gila ... Villanya keren abis!" ujar Dina takjub.

"Suasanya juga enak! Sejuk dan segar banget!" timpal Intan yang ikut terpesona pada keindahan bangunan mewah yang menyatu dengan alam itu.

"Kalau gini sih jangankan cuma dua malam, dua bulan pun aku bakal betah," celetuk Dodi seraya terkekeh kecil.

"Sumpah, aku gak nyangka Kek Yadi bakal ngizinin villa ini buat dipakai sama kita. Padahal setahuku biasanya beliau cuma pakai ini untuk acara keluarga atau pertemuan antar kerabat," ucap Haris masih tak percaya dengan apa yang ia lihat.

"Aku juga awalnya ragu, tapi ternyata respon Kakek positif. Apalagi pas aku bilang ini buat acara liburan dan healing anak-anak satu kelas. Kakek enggak keberatan sama sekali, dia cuma bilang agar aku tidak membiarkan orang lain masuk ke kamar khususnya. Soalnya di sana ada banyak buku dan barang kesayangan Kakek," jawab Rikza menjelaskan.

"Ngomong-ngomong, Za. Penjaga Villanya ke mana? Perasaan kemarin pas kita ke sini ada, deh," tanya Aldrian dengan kepala yang celingukan ke kanan dan ke kiri.

"Sengaja aku liburkan, selain agar mereka bisa punya waktu istirahat lebih. Biar kita di sini bisa ngerasa nyaman dan lebih bebas juga," jawab Rikza memberi tahu.

"Ya sudah, bagaimana kalau sekarang kita masuk saja. Lihat-lihat sekaligus ngatur pembagian kamar," lanjutnya seraya mengajak seluruh teman-temannya masuk.

_

Villa mewah dengan beragam fasilitas ini memiliki 11 kamar dengan ukuran yang cukup luas. Beberapa diantaranya bahkan memiliki toilet dalam ruangan dan view yang menakjubkan.

"Pertama-tama kita buat aturan dulu, ya!" Aldrian memulai diskusi di ruang tamu.

"Satu, dilarang main HP saat lagi ngumpul bareng," ucap Aldrian memberi tahu larangan pertama.

Anak-anak itu mengangguk.

"Dua, dilarang mojok apalagi mesra-mesraan sama pacar." Hal itu sontak membuat seluruh pasang mata tertuju ke arah Andre dan Mala yang kini tengah saling menautkan jari satu sama lain.

"Lah? Kok gitu sih?" tanya Andre hendak protes.

"Iya nih, gak seru ah kamu, Yan. Masa gak boleh pacaran? Kami juga 'kan mau ambil foto bareng buat di post di sosmed," gerutu Mala menambahkan.

"Lah, yang bilang gak boleh ngambil foto siapa? Yang gak boleh itu berduaan, mojok, apalagi mesra-mesraan. Ntar kalau kalian berdua kesambet setan terus kelabasan gimana?" tanya Aldrian menjawab.

"Ya kami juga tahu batasan, lah, Yan," jawab Mala masih dengan wajah ditekuk.

"Tetap gak boleh, titik! Pokoknya dilarang pacaran di sini. Jangan lupa, guys. Tujuan kita healing bareng itu buat mempererat kekompakan, kalau pacaran 'kan bisa dilakuin lain waktu," jelas Aldrian tegas tak terbantahkan.

Mau tak mau Andre dan Mala hanya bisa setuju, lantas keduanya melepaskan tautan tangan satu sama lain.

"Ok, sekarang kita bagi kamar, ya?" ucap Aldrian melanjutkan diskusi.

I'm PregnantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang