Malam ini, adalah malam terakhir sekaligus malam puncak liburan mereka. Tidak banyak acara yang direncanakan, hanya barbecqu-an bersama sembari menikmati kembang api sudah sangat menyenangkan bagi mereka.
"Intan, kamu kenapa malah ngurung diri dalam selimut gitu? Kita 'kan mau barbecqu-an sambil nonton kembang api," tanya Dena heran.
"Kalian saja lah yang pergi, aku mau tiduran saja di sini," jawab Intan tanpa mengubah posisinya sedikit pun.
"Jangan gitu dong, In. Ayok cepetan, bangun!" tegas Olivia seraya menarik paksa selimut yang membungkus tubuh Intan.
"Ck," decak Intan menggerutu. "Aku bilang enggak mau, ya enggak mau!" Intan malah menenggelamkan kepalanya ke dalam bantal.
"Kamu kenapa sih Intan, PMS, ya?" tanya Dena kemudian.
"Olivia, Dena, Intan, kenapa masih di kamar? Ayok cepetan keluar, bantuin kita-kita elah!" teriak Dina tiba-tiba dengan suara nyaring.
"Bentar ... ini si Intan gak tahu kenapa malah gak mau turun dari kasur," jawab Dena memberi tahu.
Dina tampak menggelengkan kepalanya pelan, "Intan ... ayok cepet turun! Itu anak-anak semuanya udah pada ngumpul di bawah, kalau enggak aku siram pakai air seember, mau?" ancam Dina kemudian.
"Ish ... iya, iya, kalian duluan saja. Nanti aku nyusul!" jawab Intan dengan wajah yang masih ditutupi oleh bantal.
"Nggak, kamu turun sekarang pokoknya! Nanti kalau kita tinggal kamu malah gak nyusul!" ucap Dina kukuh.
"Beneran, nanti aku nyusul." Intan berusaha meyakinkan, "sekarang aku mau ganti baju dulu. Bajuku tipis ini, takutnya nanti masuk angin kalau keluar pakai ini," tambah Intan beralasan.
"Ya sudah, pokoknya kalau nanti kamu enggak turun-turun kita bakal siram pakai air seember!" kata Dina lagi mengancam.
"Hm...," jawab Intan berdehem singkat.
Selepas kepergian teman-temannya, Intan pun turun dari ranjang. Kemudian dirinya berjalan sedikit tertatih ke arah cermin, tampak beberapa kiss mark yang menghiasi leher, pundak hingga ke dada. Inilah alasan mengapa ia tidak mau turun ke bawah.
Intan tidak membawa sesuatu yang bisa menutupi semua tanda yang telah Rikza tinggalkan di tubuhnya. Jika teman-temannya melihat tanda itu, mereka pasti akan bertanya-tanya dan curiga.
Berikutnya, Intan kembali berjalan tertatih menuju tas berisi pakaian miliknya. Ia mencari benda yang mungkin saja akan berguna untuk menutupi area lehernya. Sampai tiba-tiba saja sebuah ketukan pintu terdengar dan membuatnya tersentak kaget serta gelagapan.
"Be-bentar, aku masih ganti baju. Kalian tunggu saja di bawah, nanti aku pasti turun kok," teriak Intan gugup sekaligus panik.
"Intan, i-ini aku," seru Rikza di seberang pintu.
_
#FlashbacOn
"Eh si Intan mana sih? Kok belum turun juga?" tanya Mala karena Intan tak kunjung datang.
"Tahu nih, katanya mau ganti baju. Tapi kok lama banget." Kini giliran Rindi yang bertanya heran.
"Iya, kelakuannya juga agak aneh sejak tadi sore. Dia kayak gak mau keluar dari selimut gitu," tambah Dena menimpali.
"PMS kali si Intan, atau mungkin dia sakit?" ucap Sekar menebak.
"Kayaknya sih Intan gak kuat sama udara dingin di sini deh, mungkin karena lagi gak enak badan kali ya? Tadi aja lewat chatt dia nanyain ada anak cewek yang bawa sweater leher tinggi atau syal enggak ke aku," jawab Sheila memberi tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Pregnant
Ficción GeneralIntan dan Rikza adalah dua siswa berprestasi di sekolah. Sama-sama berasal dari keluarga terpandang membuat mereka harus pintar dalam menjaga sikap dan perilaku. Suatu ketika sebuah kecelakaan nahas pun terjadi diantara keduanya, menghadirkan janin...