Bagi seorang gadis yang selalu menjaga diri dan kehormatan, keperawanan itu sama berharganya dengan nyawa. Jika hal itu hilang apalagi dicuri dengan paksa, maka rasa sakit dan hancurnya seolah bagaikan kehilangan jiwa
-Indi_ik-
_Setelah mengambil obat pereda mabuk dari dalam tas milik Fajar, Rikza berpikir untuk pergi ke dapur dan mengambil air guna memudahkannya saat meninum obat tersebut. Namun, rendahnya toleransi tubuh terhadap alkohol membuat ia tidak mampu mempertahankan lebih lama lagi kesadarannya.
Hingga dalam keadaan setengah sadar Rikza bertemu dengan Intan yang tengah berdiri membelakanginya. Sebuah dorongan tanpa sadar membuat ia bergerak semakin mendekat dan memeluk tubuh perempuan itu dari belakang.
Lalu begitu Intan berbalik dan menatap ke arahnya, entah kenapa perempuan itu terlihat sangat cantik hari ini. Hingga tanpa mampu dikendalikan ia pun mengecup bibir tipis sewarna ceri yang terlihat indah dan menggoda di depan mata
Perasaan nikmat membawanya untuk bergerak semakin berani, rasa manis itu membuat ia semakin ingin merasakan lebih. Rikza pun berpikir untuk melumat dan menghisap bibir itu dengan rakus. Sampai akhirnya sebuah dorongan keras melepaskan pangutannya.
Namun, bahkan setelah sebuah tamparan keras itu melayang kepipinya, tetap tidak mampu membuat kesadaran Rikza kembali memulih. Malah kata-kata yang penuh damba dan nafsulah yang keluar dari mulutnya.
Logikanya mati, tubuh Rikza bergerak tak terkendali. Lalu entah mendapat keberanian dari mana ia pun membopong paksa tubuh Intan dan membawanya kedalam kamar sang Kakek yang memang jaraknya paling dekat dari sana.
_
Seorang wanita terusik dari tidurnya, kelopak matanya mulai terbuka sedikit demi sedikit. Saat rasa sakit mulai terasa mendera di sekujur tubuh, kedasaran perempuan itu pun mulai kembali sepenuhnya.
Sekelebat bayangan atas sebuah kejadian mulai mengusik ingatan. Membuat kepala sang wanita menggeleng seolah menyangkal untuk percaya.
"Ti-tidak, kejadian itu pasti cuma mimpi. Semua itu pasti hanya mimpi!" yakin Intan pada diri sendiri.
Namun, keberadaan sosok pria di sampingnya membuat mata Intan bergetar dengan mulut yang menganga tak mau percaya.
"Tidak! Pasti ada kesalahan di sini." Intan kembali menyangkal keadaannya.
Perempuan itu memutuskan untuk merubah posisi agar menjadi duduk, tetapi sakit dan perih di bagian bawah tubuhnya justru malah semakin terasa dan membuat ngilu.
Matanya membelalak lebar saat melihat selimut tebal yang menutupinya mulai tersingkap dan memperlihatkan tubuh polos tanpa sehelai benang. Ia hampir saja menjerit jika saja tidak menahan mulutnya dengan kedua tangan.
"Ti-tidak ... tidak mungkin ... kami berdua tidak mungkin melakukan hal itu," ucap Intan kembali meyakinkan diri. Mengabaikan banyaknya jejak merah yang tercetak di leher, dada dan perutnya.
Dengan tangan bergetar, Intan mencoba dan memberanikan diri untuk menyingkap bagian selimut yang tengah menutupi tubuh Rikza yang kini masih terlelap dengan nyenyak di sampingnya.
"Aku yakin Rikza pasti masih mengenakan pakaiannya, dia tidak mungkin melakukan itu padaku. Ya ... tentu tidak mungkin, mustahil kami berdua melakukannya bukan?" tukas Intan lagi pada dirinya sendiri.
Wanita itu menjerit tertahan saat melihat tubuh polos milik lelaki itu. Nafasnya mulai tercekat dan tak beraturan. Tetapi lagi-lagi Intan menggeleng pelan. Ia masih ingin menyangkal fakta segar dalam ingatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Pregnant
Fiction généraleIntan dan Rikza adalah dua siswa berprestasi di sekolah. Sama-sama berasal dari keluarga terpandang membuat mereka harus pintar dalam menjaga sikap dan perilaku. Suatu ketika sebuah kecelakaan nahas pun terjadi diantara keduanya, menghadirkan janin...