Chapter 24: Bimbang

107 6 0
                                    

Happy reading💜
Jangan lupa vote dan komen💜

Maaf kalau ada typo atau ketidak sesuaian dalam cerita. Soalmya draf ini langsung ku post tanpa di revisi dulu. Jadi tandai saja bila ada kesalahan! Thank you❤

____

Saat kedua sahabatnya sudah mulai makan dengan lahap, Intan justru malah terdiam memandangi Rikza yang tengah menyantap makannya dalam diam.

Perlahan tangannya terulur ke bawah, menyentuh perut rata yang akan segera membesar dalam beberapa bulan ke depan. Haruskah ia mengatakannya pada Rikza? Memberitahukan soal keberadaan makhluk kecil yang kini tengah tinggal dan bertumbuh di rahimnya.

"Kenapa kamu, In? Aku perhatiin dari tadi kamu mandangin si Rikza terus," celetuk Haris bertanya penasaran.

Seketika itu juga, Intan langsung menjadi pusat perhatian semua orang yang berada di meja yang sama, termasuk juga Rikza. Hal itu tentu membuat wanita itu menjadi gugup dan gelagapan.

"Hayoloh ... jangan-jangan kamu naksir ya sama si Rikza," tanya Andre dengan nada bercanda.

"O, ow. Kamu ketahuan ... mandangin doi ... lagi asyik makan mi ... aduh malunya ... sungguh tak terkira," tambah Fajar ikut-ikutan dengan sedikit menggunakan nada asal dalam dialognya. Tak lupa sedikit berjoget guna medramatisir suasana.

"A-apa sih kalian! Siapa juga yang suka sama Rikza?" tanya Intan mengelak dengan wajah yang sudah memerah karena malu. Duh! Bisa-bisanya dia ketahuan oleh anak-anak usil itu.

"Terus kalau enggak suka ngapain kamu mandangin Rikza?" Giliran Aldrian yang bertanya.

"Itu, aku ... aku--" gugup Intan tergagap. Ia bingung harus menjawab apa.

"Aku apa?" Dodi tampak tidak sabaran. Sedang Dena dan Olivia hanya diam, mereka juga ikut penasaran. Ingin ikut bertanya tetapi tak berani.

"A-aku cuma ... aku...," gagapnya menggantung.

"Aku?" Irsyad mulai gemas.

"Tahu, ah ... aku udah enggak nafsu buat lanjutin makan. Duluan, ya!"

Intan lantas bangkit dari duduknya, lalu segera pergi meninggalkan para anak laki-laki dan kedua sahabatnya yang terlihat kebingungan. Melarikan diri adalah satu-satunya cara yang terpikirkan olehnya saat ini, tidak peduli meski nanti mereka akan berpikir yang tidak-tidak tentangnya. Toh sudah bukan sekali dua kali dirinya menjadi bahan gosip.

"Dih malah kabur," ucap Aldrian dengan kedua alis yang terangkat heran.

"Napa tuh si Intan?" tanya Haris tak kalah bingung.

"Tahu nih, gitu aja ngambek. Padahal kita 'kan cuma becanda," ujar Irsyad berikutnya.

"Masa sih dia beneran suka sama Rikza," celetuk Fajar yang sontak membuat Rikza terbatuk.

Uhuk!

"Hati-hati, Za. Minumnya pelan-pelan aja." Haris memberi nasihat.

"Tapi kupikir sepertinya Intan mau ngomong sesuatu deh sama Rikza," ucap Irsyad mencoba untuk menafsirkan perilaku Intan.

"Setuju sama kamu, Syad. Kelihatannya Intan juga gelisah banget, kayak orang yang bingung gitu mau ngomong apa enggak," timpal Aldrian sependapat.

"Seolah kayak lagi punya masalah gede gak sih?" Haris ikut bersuara.

"Hm ... btw kalian kira-kira tahu nggak tuh si Intan kenapa?" tanya Dodi pada Dena dan Olivia.

"Kami juga enggak tahu." Dena menggeleng pelan.

I'm PregnantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang