Tengah malam mungkin waktu yang paling disukai banyak orang, tapi itu tidak berlaku bagi (Fullname). Gadis yang tinggal di apartemen semenjak kejadian ayahnya yang meninggal dunia.
(Name) memilih untuk tinggal di apartemen agar bisa terbebas dari mulut jahannam adiknya yang selalu menuduhnya. Ditambah ibunya yang selalu menyuruh dirinya. Sebenarnya (Name) tidak keberatan, tapi apa gunanya dia punya adik kelas delapan yang tidak pernah disuruh oleh ibunya. Alasannya dia masih kecil lah, dia gatau lah, kasihan lah. Sedangkan (Name) yang dari kelas tiga SD disuruh ibunya belanja ke pasar sendiri?.
Kini kaki (Name) berada diatas pembatas balkon kamarnya. Sekali saja kakinya melangkah maju maka nyawanya akan melayang.
Angin yang menerpa wajah sembab (Name) membuat isi pikirannya seketika kosong. (Name) berfikir, apa gunanya ia disini? Sedangkan dia memiliki pacar namun seperti tak pernah menganggapnya. Pacarnya terlalu sibuk mengurusi fans-fansnya. (Name) juga mempunyai sahabat yang selalu mendukung hubungannya dengan pacarnya, namun siapa sangka ternyata sahabatnya menikung dirinya.
Tak peduli jalan raya yang begitu ramai orang berlalu lalang dibawahnya. Bukan hanya tubuhnya saja yang lelah, hati dan pikirannya juga sudah lelah.
Syuuuu
Angin berhembus dengan kencang, menemani aksi gila yang akan dilakukan (Name).
Memejamkan matanya, dan siap menemui dunia baru.
Tapi...
Brakk
Suara dobrakan pintu yang berhasil menggagalkan aksi (Name) membuat (Name) menoleh kebelakang dan segera mengecek ke kamarnya.
"Siapa lu? Kenapa ada dikamar gua?" Tanya seorang lelaki itu sembari memegangi kepalanya.
"Hee? Kamar lu? Maap maap nih, tapi ini kamar gua" Jawab (Name) heran.
(Name) melihat dari gerakan lelaki itu sepertinya dia mabuk.
"Kamar lu? Terus kamar gua mana?" Lelaki itu masih saja ngelantur.
"Hadehh... Ini kamar gua. Kamar nomor 294. Kamar lu nomor berapa?" Tanya (Name).
"Nama lu siapa? Kenapa lu cantik? Gua gapernah lihat lu?" (Name) dibuat kesal dengan omongan lelaki ini. Di tanya apa jawabnya juga apa.
"Hehh gua tanya kamar lu! Bukan malah nanya nama gua" Ujar (Name) dengan geram.
"Ha? Kamar gua? Satu bulan tiga ratus. Bukannya sama aja ya?" Lelaki itu semakin ngelantur.
"HEH!! GUA TANYA NOMOR KAMAR LU!! BUKAN HARGA PERBULAN NYA" Ucap (Name) dengan nada yang ditinggikan.
"Ohh... Kamar gua? Kenapa gak bilang daritadi. Kamar gua nomor 293." Mendengar penuturan lelaki itu membuat (Name) menepuk dahinya.
"Oh kamar sebelah. Yaodah sono balik, tapi jangan lupa gantiin pintu kamar gua yang udah lu rusak" Ujar (Name) berkacak pinggang.
"Iya, gua ganti rugi. Tapi besok ya? Btw kenalin nama gua Boboiboy Taufan. Terserah lu mau panggil gua apa. Nama lu?" Tanya Taufan.
"(Name). Udahhh sono balik. Gua mau tidur" Usir (Name) yang mendorong tubuh Taufan keluar dari kamarnya.
Setelah dirasa lelaki itu masuk ke kamarnya sendiri, (Name) merebahkan dirinya ke kasur. (Name) baru sadar jika dirinya gagal bunuh diri hanya karena lelaki biru yang mendobrak kamarnya.
(Name) menghela nafas panjang lalu menutup matanya sejenak untuk menenangkan hatinya.
~Keesokan harinya
KAMU SEDANG MEMBACA
➳༻BoEl X Readers༺➳
Historia CortaPerintilan kisah mu yang menjadi tokoh utama bersama para Boboiboy Elemental Mau cari yang romantis? Sad? Comedy? Hororr? Mysteri? Semua ada disini-!! Biasakan vote sebelum membaca yaaa Ga pake lamaa Happy Reading semuaa!!!